Mohon tunggu...
Raphael Gavyn Leonard
Raphael Gavyn Leonard Mohon Tunggu... Nelayan - Murid

Saya menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Transportasi Umum: Solusi Kemacetan

6 Mei 2024   22:16 Diperbarui: 6 Mei 2024   22:24 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta adalah salah satu kota terbesar di dunia. Jakarta merupakan kota metropolitan yang besar, dan menjadi pusat perekonomian Indonesia. Sebagai ibukota negara, Jakarta merupakan kota paling penting di negara kita, dan oleh karena itu jumlah penduduk di Jakarta sangatlah banyak, lebih banyak dari provinsi - provinsi dan kota - kota lain di Indonesia. Itu merupakan sebuah keunggulan yang kita miliki, karena itu akan terus mendorong negara kita agar bisa lebih maju lagi dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, politik, dan juga sosial budaya.


Namun, banyaknya penduduk juga memiliki sebuah kekurangan, yaitu banyaknya aktivitas yang harus dilakukan banyak orang setiap hari. Aktivitas - aktivitas tersebut sangatlah beragam, namun aktivitas yang paling sering dilakukan oleh penduduk Jakarta adalah bekerja. Untuk bekerja, banyak sekali penduduk yang harus bergerak dan berpindah tempat. Dan karena kondisi ekonomi penduduk Jakarta yang bekerja cukup baik, maka mereka akan memiliki kendaraan bermotor untuk pergi bekerja. Masalahnya mulai di sini. Banyaknya kendaraan bermotor yang dipakai cukup banyak, dan pada akhirnya terjadilah macet.


Macet adalah masalah yang cukup serius di Jakarta, dan memang sudah dibicarakan dan dipermasalahkan oleh sebagian besar penduduk Jakarta sejak lama. Jakarta termasuk top 10 kota paling macet di Asia menurut TomTom Traffic Index (2023). Jakarta memiliki rata - rata 23,33 menit yang dibutuhkan untuk setiap 10 kilometer yang dilalui. Jika dihitung dengan mendalam, maka akan didapatkan kecepatan rata - rata dari kendaraan bermotor di Jakarta yaitu sekitar 25,7 km / jam. Kemacetan di Jakarta sangatlah berdampak bagi para penduduknya. Dampak yang paling terlihat adalah banyaknya waktu berharga yang dibuang. Waktu yang bisa digunakan untuk hal - hal yang jauh lebih berguna dibandingkan dengan menunggu di kemacetan. Menurut TomTom Traffic Index (2023), penduduk Jakarta menghabiskan 225 jammengemudi dalam setahun, dan 117 jam dari 225 jam tersebut dihabiskan menunggu
kemacetan (CNN Indonesia, 2024). Itu lebih dari setengah waktu yang digunakan untuk mengemudi tanpa kemacetan. 

Bukan hanya berdampak terhadap para penduduk, tetapi juga terhadap lingkungan. Kendaraan bermotor menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2), dan emisi tersebut masih dihasilkan selama kemacetan, meskipun kendaraan tidak bergerak. Menurut TomTom Traffic Index (2023), emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan selama kemacetan mencapai 270 kg (CNN Indonesia, 2024). Itu menunjukkan bahwa kemacetan bukan hanya berdampak buruk terhadap kita, para penduduk, tetapi juga terhadap lingkungan dan bumi. 

Untuk mengatasi masalah kemacetan ini, sudah dilakukan beberapa program kerja dari pemerintah, yang paling terlihat adalah pemberlakuannya kebijakan ganjil genap dan juga peningkatan dalam transportasi umum. Namun, sebenarnya bisa dikatakan bahwa program kerja dari pemerintah kurang efektif. Walaupun diberlakukan kebijakan ganjil genap, tetap saja akan ada kemacetan di jalan tersebut. Peningkatan transportasi umum juga tidak terlalu terlihat dan efektif. Belum lagi, ada program kerja lain dari pemerintah yang justru menghasilkan semakin banyak kemacetan. Program kerja yang paling terlihat adalah pembesaran trotoar yang mengakibatkan jalanan yang lebih sempit dan kemacetan yang lebih parah.


Solusi untuk menyelesaikan masalah kemacetan ini sebenarnya cukup mudah, yaitu dengan benar - benar meningkatkan transportasi umum di Jakarta. Transportasi umum di Jakarta belum maksimal dan masih kurang efektif. Sebenarnya, jika transportasi umum di Jakarta ditingkatkan, maka akan berdampak besar pada Kita bisa lihat contoh di negara - negara lain, seperti Jerman, Perancis, dan juga Australia. Transportasi umum di sana jauh lebih baik dari di Jakarta. Dan hasilnya, kemacetan yang ada lebih sedikit dari di Jakarta. Untuk meningkatkan transportasi umum di Jakarta, perlu diprioritaskan beberapa aspek agar peningkatan ini berdampak terhadap masalah kemacetan ini. 

Aspek pertama adalah lokasi dari halte, stasiun, dan pemberhentian secara umum dari semua transportasi umum. Di Jakarta, pemberhentian yang ada sangatlah mengasal dan kurang strategis. Di negara - negara lain, pemberhentian lebih strategis, sehingga transportasi umum juga lebih efektif.


Aspek kedua adalah kemudahan menggunakan transportasi umum. Di Jakarta, ada banyak sekali rute yang bisa diambil, dengan banyak pemberhentian yang ingin dituju. Namun, mencari pemberhentian yang ingin dituju cukup sulit, karena tidak ada cara untuk benar - benar mencari rute yang terbaik untuk pergi ke suatu lokasi yang ingin dituju. Aplikasi transportasi umum Jakarta masih memiliki banyak error hingga sampai kondisi dimana lebih baik tidak perlu menggunakan aplikasi. Di negara lain, mencari rute untuk sampai ke lokasi yang ingin dituju jauh lebih mudah.


Aspek ketiga dan yang paling penting adalah kenyamanan. Kenyamanan ini meliputi kenyamanan sebelum, sedang, dan setelah menggunakan transportasi umum. Kenyamanan sebelum dan setelah menggunakan transportasi adalah kenyamanan untuk pergi ke pemberhentian, dan waktu selama di pemberhentian tersebut. Transportasi umum yang baik harus memiliki kemudahan dalam mencapai pemberhentian. Kebersihan dalam pemberhentian juga penting. Kebersihan akan menarik kesan - kesan yang baik sehingga ada keinginan untuk naik transportasi umum. Namun, yang paling penting adalah waktu menunggu. Dibutuhkan waktu menunggu yang singkat dan konsisten sehingga transportasi umum di Jakarta menjadi sebuah metode transportasi yang bisa diandalkan. 

Lalu, ada kenyamanan selama perjalanan. Ini merupakan aspek paling penting dalam transportasi umum, dan jika ini disempurnakan, maka bisa dikatakan sebuah transportasi umum adalah sebuah transportasi umum yang baik dan efektif. Kenyamanan selama perjalanan adalah kenyamanan selama di dalam transportasi. Ini meliputi kebersihan, waktu, dan juga persediaan tempat duduk. Kebersihan memberikan kesan yang baik bagi para pelanggan, dan menumbuhkan keinginan untuk menggunakan transportasi umum. Waktu adalah jangka waktu yang dibutuhkan sampai pada pemberhentian secara singkat dan tepat waktu. Transportasi umum yang baik adalah yang cepat dan selalu tepat waktu. Ini berarti harus memperhitungkan halangan - halangan yang mungkin akan ada selama perjalanan, seperti kemacetan, ataupun proyek - proyek yang sedang dikerjakan yang dapat memperlambat transportasi umum. Jika ada halangan, maka sebaiknya diberikan pemberitahuan di pemberhentian terlebih dahulu. Persediaan tempat duduk juga penting, karena inilah yang memberikan kenyamanan terbesar bagi para pelanggan. Persediaan tempat duduk yang cukup bukan hanya akan meningkatkan kenyamanan bagi para pelanggan, namun juga akan memampukan transportasi umum untuk menampung lebih banyak orang sehingga bisa menjadi lebih efektif lagi. 

Semua peningkatan ini bisa dilakukan untuk memperbaiki masalah yang dimiliki transportasi umum Jakarta. Hal yang paling penting adalah menarik kesan yang baik dari para penduduk. Banyak orang mengetahui adanya transportasi umum, namun masih memilih untuk menggunakan kendaraan bermotor pribadi, karena menganggap bahwa transportasi umum kotor, tidak tepat waktu, lambat, tidak nyaman, dan tidak bisa diandalkan. Dengan peningkatan ini, diharapkan bahwa transportasi umum memiliki kesan - kesan positif seperti bersih, tepat waktu, cepat, nyaman, dan bisa diandalkan, sehingga orang - orang tertarik untuk naik transportasi umum. Dengan itu, maka semakin sedikit kendaraan bermotor pribadi di jalanan, dan masalah kemacetan bisa diselesaikan.


Sumber:


databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/01/12/jakarta-masuk-10-besar-kota-termacet-di-asia
-pada-2023


cnnindonesia.com/teknologi/20240115073423-199-1049459/macet-jakarta-buang-waktu-117
-jam-dan-270-kg-emisi-karbon-selama-2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun