Mohon tunggu...
Raphael Pascal Dyandra
Raphael Pascal Dyandra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seorang Pelajar

Sepeda, audio, kopi, fotografi, apa ajalah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menanggapi Artikel "Merindukan Sosok Pemimpin Humoris"

19 Mei 2023   15:38 Diperbarui: 19 Mei 2023   15:40 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemimpin merupakan seorang yang bertugas menunjukan jalan bagi orang - orang yang dipimpinnya. Begitu juga seorang pemimpin harus mampu menjadi sosok yang dapat menghibur para pengikutnya. Salah satu contoh pemimpin yang dimaksud adalah presiden Indonesia keempat, Gus Dur. Tak jarang Gus Dur menghibur dengan menggunakan teks anekdot yang seringkali dinilai kontroversial.

Menurut KBBI, teks anekdot merupakan sebuah cerita singkat yang menarik, lucu, dan mengesankan. Biasanya, teks ini bercerita mengenai orang atau fenomena yang dinilai penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang nyata. Tujuan adanya teks ini adalah untuk menyinggung kejadian nyata dengan cara yang dibalut humor. Tokoh Gus Dur terkadang melemparkan anekdot ini untuk menyinggung jajaran pejabat di pemerintah atau hanya sebagai canda tawa.

Beliau pernah mengkritik dan menyindir polisi di Indonesia. Menurutnya, di negeri ini hanya ada 3 polisi yang jujur, "Pertama, patung polisi. Kedua, polisi tidur. Ketiga, polisi Hoegeng (mantan Kapolri)." Pernyataan singkat ini memberi pesan yang menohok bagi polisi Indonesia yang masih dipertanyakan dalam integritasnya. Hoegeng memang terkenal dengan kejujurannya dan pendiriannya yang kuat. Bagi Gus Dur, pihak kepolisian Indonesia kala itu harus menjadikan sosok Hoegeng sebagai contoh dalam cara mereka menegakan hukum di Indonesia. 

Dari contoh anekdot singkat oleh Gus Dur, secara langsung kita tahu fungsi dari teks anekdot. Teks ini berfungsi menyatakan kritik kepada suatu masalah melalui teks yang mengandung kelucuan sebagai ciri khas dari teks anekdot. Biasanya anekdot sendiri digunakan sebagai sarana untuk menyurakan kritik tanpa menimbulkan kontroversi. 

Contoh nyata dari penggunaan anekdot adalah seperti yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu teks anekdot yang mengkritik integritas polisi yang patut dipertanyakan. Kasus suap, pembunuhan berencana, penyeludupan, dan lain-lain membuat institusi kepolisian tercoreng nama baiknya kala itu. Anekdot yang dilemparkan oleh Gus Dur dapat menjadi sarana refleksi bagi para polisi di Indonesia untuk menjunjung tinggi integritas seperti sosok Hoegeng. 

Di dalam kehidupan kita ada banyak masalah-masalah yang perlu diperbaiki. Dalam menyampaikan suatu kritik yang dapat diterima dengan baik, perlu sebuah sarana yang mendukung. Salah satunya adalah anekdot. Melalui anekdot, kita dapat menyampaikan suatu kritik tanpa menimbulkan kontroversi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun