Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat-Surat Sabda | Cerpen Banyu Biru

17 Juni 2024   16:27 Diperbarui: 17 Juni 2024   16:37 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
diedit dengan Canva

Teruntuk gadisku yang tercipta dari buah imajinasi

Hari ini, resmilah sudah Kirana, setelah sekian lama aku mencoba menciptakanmu dalam imajinasiku sebelum malam menjemput kesadaran. Aku sempatkan membentuk tubuhmu sambil menatap lampu 10 watt yang terang benderang memberiku ide bahwa kulitmu akan putih, mulus dan bersih. Saat aku memejam, kubayangkan rambutmu lurus tergerai hingga ke pinggang. Aku menciptakanmu persis seperti wanita idamanku. Wajah bulat dengan dekikan di kedua sisi pipimu dan kutitikkan andeng-andeng di atas alis sebelah kananmu supaya kita punya kesamaan. Aku melihat kau tersenyum dan mengedipkan mata menggoda sehingga nyenyaklah aku dalam dekapan malam.

Kuberi kau nama Kirana. Alasannya sederhana, sebatas menghilangkan huruf 'y' dari kata 'kiranya'. Sesederhana harapku tentang keberadaanmu kiranya menjadi nyata. Bagaimana tidak, aku hanya bisa merangkulmu ketika aku memeluk bantal membayangkan itu dirimu. Kukecup bibirmu setelah membisikkan kata rindu sambil membayangkan desis kipas angin adalah desahanmu. Namun, jangan khawatir. Aku bukan pria yang suka terburu-buru. Aku tidak akan langsung mengajakmu bergelut di ranjangku dan menenggelamkan diriku pada cawan yang memabukkan. Aku menghargaimu. Sumpah! Membayangkanmu tak selalu bercampur nafsu.

Ini tahun 2023 Kirana. Zaman yang cukup gila menurutku. Zaman yang menunjukkan kemajuan peradaban tetapi merosot secara moral. Andai saja kau tahu, sekarang kedua ibu jari yang kita punya ini bisa melakukan hal-hal ajaib. Kau bisa menjadi rohaniawan, menjadi orang yang suka hura-hura atau menjadi orang yang kerasan dengan huru-hara. Kau bisa lakukan itu dengan sekejab dengan kedua jempol itu. Sekarang ada yang namanya media sosial tempat orang memperluas jejaring katanya. Tetapi, sedemikian cepatnya kabar dan berita menyebar, sedemikian cepatnya pulalah kehancuran menyerang. Aku sendiri, kadang-kadang menyembunyikan diriku di balik kutipan-kutipan motivasi yang kubagikan di sana.

Aku menetapkanmu tidak pada masa ini, Kirana. Aku menciptakanmu pada lini 25 tahun silam. Pada masa itulah aku tiba pada seperempat abad perjalanan hidupku. Kupikir saat itu adalah masa-masa paling romantis dibanding sekarang. Surat yang kutujukan padamu seperti ini akan selalu lebih berkesan dari pada sekedar menyatakan perasaan lewat media sosial atau aplikasi kencan online. Kalau dulu, tak apa surat-surat menjadi kucel, tiba berminggu-minggu kemudian, tetapi cinta dan rindu tersampaikan. Malah lebih terasa awet karena tibanya surat saja sudah menunjukkan sebuah perjuangan. Sekarang beda. Kau tak membalas pesan kekasihmu walau berselang semenit saja, rasa curiga langsung menyergap dan menghilangkan rasa percaya. Siap-siap kau dituduh mendua padahal bisa saja kau sedang sakit perut dan harus segera menuntaskan hajat.

Kirana, aku tahu surat ini tidak akan beranjak kemana-mana selain dari meja ke amplop atau dari amplop ke meja. Aku tidak akan menitipkan surat ini kepada siapa pun karena aku juga enggan memberikannya kepada tukang pos. Bisa-bisa aku dicap gila karena menuliskan alamatku sendiri. Kau tahu bukan? Hal yang tidak biasa lebih gampang dicibir daripada dipuji. Sama dengan kau yang kuciptakan dengan sempurna sebagai objek kecintaanku. Namun, aku tetap menanti keajaiban itu Kirana. Kau akan membalas suratku. Bukan melalui aplikasi obrolan atau aplikasi kencan, tetapi melalui sepucuk surat cinta yang digoreskan oleh mata pena. Aku ingin tahu bagaimana kehidupanmu di sana.

Untuk Sabda yang telah memulai kisah hidupku!

Aku bisa membayangkan keterkejutanmu saat membaca surat ini. Aku juga sama. Bagaimana mungkin seseorang mengirimiku surat dari tahun 2023?

Kendati demikian, aku jadi berterima kasih padamu. Aku sempat kebingungan. Aku terbangun di sebuah toko kelontong tanpa tahu apa-apa. Aku kelimpungan karena semua wajah yang ada di hadapanku begitu asing. Aku tidak mengenal mereka. Tiba-tiba saja seorang paruh baya memanggilku dan meminta aku membantunya. Kirana, tolong bantu ibu, katanya. Langsung saja aku memposisikan diri sebagai anak pemilik toko kelontong itu.

Sabda, waktu menerima suratmu. Aku langsung jatuh cinta. Mungkin karena aku ini buah dari kesempurnaan cinta yang kau rajut di tubuhku. Hampir setiap hari pengunjung toko memuji kecantikanku. Ayahku juga menganggap kecantikanku adalah pembawa keberuntungan untuk toko kami.

Aku penasaran dengan duniamu di masa depan. Aku ingin tahu aplikasi seperti apa yang justru membuatmu resah. Sepemahamanku alat bantu semacam itu harusnya memudahkan, mempererat hubungan dan harusnya memperindah jalinan asmara mereka-mereka yang sedang bercinta. Kenapa kau justru mengirimkan surat padaku? Masalah romantis atau tidak, bukankah itu relatif? Lagi pula kau 'kan pria. Kau pasti punya cara untuk membuat sesuatu yang romantis kalau kau cinta. Oh iya, bagiku kalau sepasang pria dan wanita sama-sama mencinta, harusnya setiap waktunya pasti akan terasa romantis.

 

Baca juga: Pernikahan

Kirana, Kau hampir membunuhku. Aku terkejut, benar-benar terkejut. Bahkan saat menulis surat ini, jemariku bergetar tak karuan. Maaf, jika tulisanku berantakan. Aku hanya belum bisa menalar ini semua. Kau hanya gadis yang kucipta dalam aksara. Bagaimana bisa kau tiba-tiba menerima dan membalas suratku seperti ini?

Namun, bagaimanapun juga kau membuatku besar kepala dan melonjak kegirangan. Malah saat ini tumbuh niat untuk bertemu denganmu kalau bisa. Sayang, bagai upaya memeluk gunung, aku tidak akan bisa kembali ke masa lalu. Aku tidak punya mesin waktu seperti film-film fiksi ilmiah zaman sekarang. Paling masuk akal, ya, kau yang harus menyusulku sampai 2023. Masalahnya, aku tidak yakin kelak kita saling mengenali. Kita akan semakin menua dan bisa saja aku sudah mati duluan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun