"Yang, tadi malam kamu ngundang orang lain gabung vid-call?" Begitu terhubung, aku langsung melontarkan pertanyaan kepada Sapta. Ia terlihat tidak siap dengan pertanyaanku sebab ada banyak lipatan di dahinya.
"Coba cek deh riwayat panggilan tadi malam," perintahku.
"Aneh, aku nggak ada gabungin siapa-siapa," kata Sapta setelah melakukan instruksiku.
"Serius, Yang? Aku jadi takut," desahku.
"Sumpah, Yang. Aku nggak telpon siapa-siapa. Buat apa? Lagian aku juga ketiduran."
Aku terkesiap. Perkataan Sapta ada benarnya. Malam kemarin ia mengaku sangat kelelahan karena harus menyelesaikan deadline tugas kuliahnya. Aku refleks mematikan dan melemparkan ponsel ke kasur. Kemudian, jantungku berpacu lebih cepat hanya karena sebuah notifikasi yang masuk. Aku takut untuk mengecek, tetapi notifikasi hanya sekali. Mungkin Sapta juga ikut terkejut karena panggilan kumatikan dengan tiba-tiba.
Aku menarik napas lega. Untungnya dugaanku benar. Kekhwatiran Sapta bisa terasa walaupun ia hanya mengirimkan pesan lewat whatsapp.
Kamu kenapa?
Nomor misterius itu muncul lagi, tapi yang ini beda dengan yang kemarin. Aku harus gimana? Aku takut.
Tenang. Tenang dulu ya, Yang. Siapa tahu nomor nyasar.