Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Novel Tabula Rasa karya Ratih Kumala

22 Januari 2024   18:43 Diperbarui: 28 Mei 2024   19:13 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain , merupakan novel kedua kak Ratih yang saya baca. Novel ini tak kalah memikatnya meskipun secara gaya penceritaan lebih suka dengan .

merupakan novel Ratih Kumala yang mendapat apresiasi sebagai Pemenang Ketigas sayembara DKJ 2003.

Di sini penulis suka berganti sudut pandang. Itu juga dilakukan dengan sangat cepat dari tokoh satu ke tokoh lainnya. Kalau tidak cermat, kita bisa dibuat bingung, ditambah lagi dengan alur maju mundur yang cepat juga. Ada banyak tokoh yang dimunculkan, tetapi setidaknya ada tokoh utama yang porsinya lebih banyak, yaitu Raras dan Galih. Terkait tokoh-tokoh pendukung, yang punya peranan besar dalam alur cerita ada Krasnaya dan Violet. Selainnya hanya tokoh pendukung yang memang dibutukan untuk menggerakkan plot.

Terkait tema, saya sama sekali tidak punya praduga bahwa novel ini mengambil tema LGBT. Namun, saya melihat tema itu menjadi sesuatu yang menarik karena fokus pada pergolakan rasa Raras karena masa orientasi seksualnya. Penulis tidak terjebak pada justifikasi (mungkin karena penulis dekat dengan komunitas ini). Kita bisa memahami pribadi Raras yang berupaya mencari jati dirinya hingga pada akhirnya ia berani mengambil keputusan besar dalam hidupnya. Melalui Raras, kita akan diajak untuk melihat bahwa sesungguhnya tak ada orang yang ingin terlahir 'tidak normal'. Ketika lingkungan sosialpun menolak, menghimpit dan berusaha menghapuskan 'keabnormalan' itu, kita selalu bisa memilih    kita ingin jadi seperti apa. Apakah maksud novel ini ingin menormalisasi LGBT? No. Arahnya bukan ke sana. Namun, saya pikir penulis hanya ingin kita peka dengan realita yang ada.

Hal menarik lainnya ada pada pembagian babnya. Penulis membagi novel ini ke dalam 4 bab. Bab tersebut terasa seperti babak-babak kehidupan tokoh utama yang mempermudah kita memahami alur cerita. Dua bab pertama berbau tragedi, bab ketiga mengesankan konflik batin oleh raras, dan bab terakhir adalah resolusi dan pengambilan keputusan.

Novel ini diberi bumbu Sejarah yang menurut saya masih kurang rapi dan agak sulit dinikmati. Kesannya tak lebih seperti sedang membaca artikel sejarah. Memang tak mudah mengolah cerita sejarah lebih sederhana. Ada banyak informasi yang mungkin saling berbenturan dan riskan disinformasi kalau tidak hati-hati. Cuma tricky-nya sekaligus tantangannya ya di situ.

Novel yang menarik tak selalu ada . Setidaknya itu yang diperlihatkan oleh novel ini. Ia tetap bisa mengajak pembacanya untuk menuntaskan tanpa rasa kecewa. Ending-nya terasa sangat pas. Tokoh utama, Raras, mengambil keputusannya. Kita akhirnya bisa menutup buku ini dengan turut merasa lega seraya menghormati pilihan yang ia ambil.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun