Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Novel Anak: Petualangan Anak Natuna

10 Oktober 2023   10:38 Diperbarui: 10 Oktober 2023   10:55 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Identitas

Judul Buku: Petualangan Anak Natuna

Penulis: Dini W. Tamam

Penerbit: Bhuana Sastra

Halaman: 128 hlm.

Tahun Terbit: 2017

Tersedia di EPerpusdikbud dan Ipusnas

Blurb

Ikan di pesisir Pantai Natuna tiba-tiba hilang. Saba yang baru saja memasuki masa liburan sekolah, untuk pertama kalinya melaut bersama ayahnya, Pak Dahlan. Mereka berharap ada ikan di tengah laut. Namun, alih-alih mendapat ikan. Mereka justru melihat sebuah rumah perahu mencurigakan.

Saba mengajak Jauhari dan Mail, sahabatnya, untuk melakukan penyelidikan. Satu-persatu petunjuk ditemukan, yang membawa ketiganya dalam penyelidikan yang lebih menegangkan.

Usaha yang dilakukan Saba dan teman-temannya tidak mulus, karena ketiganya tertangkap dan disekap disebuah pulau. Semakin mereka mengetahui sesuatu, semakin membuat mereka terkejut tak percaya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Ulasan

Novel ini adalah novel anak, dan... umur enggak bisa bohong ternyata wkwkwk. Selera udah berubah dan ekspektasi akan ceritanya apalagi. Dulu cerita petualangan anak selalu seru dan sekarang merasa biasa aja.

Tapi kesampingkan umur dulu, kalau pakai kaca mata anak-anak atau orang dewasa yang mau merekomendasikan bacaan, tentu buku ini sangat layak.

Di awal cerita kesannya lambat, padahal udah sampai pertengahan, belum ada tanda-tanda menuju klimaks. Lalu tiba di klimaks malah terkesan terburu-buru. Mungkin akan lebih seru apabila porsinya seimbang. Clue-clue mungkin bisa ditebarkan di sepanjang alur cerita menunggu tiga detektif cilik dalam cerita ini memecahkannya satu per satu. Sehingga setelah selesai membacanya, nggak muncul pernyataan "hah, gitu doang?"

Untuk karakter sendiri, aku tidak memfavoritkan satu pun. Entahlah, seperti tidak ada tokoh yang ditonjolkan dari ketiga anak tersebut. Walaupun terlihat Saba adalah pemimpinnya, cuma aku enggak melihat perbedaan mencolok dari mereka.

Untuk setting tempat di pesisir pantai Natuna, ah aku cukup berharap sih kita diajak untuk melihat keindahannya melalui deskripsi atau aksi tokoh-tokohnya. Sayang, belum terpenuhi aja.

Mungkin ada banyak orang yang bisa menerima kelemahan di atas karena berpikir, ini hanyalah cerita anak. Namun, bagiku pribadi, kalau bisa dibuat lebih seru, kenapa enggak? Toh, banyak juga cerita petualangan dengan tokoh anak kecil tetapi bisa memberikan kesan mendalam bagi pembacanya dan bahkan bisa disukai orang dewasa sekalipun.

Lagi-lagi karena ini adalah novel anak, jumlah halamannya cukup sedikit. Bisa dibaca sekali duduk tetapi bukan berarti enggak berbobot. Novel anak ini cukup ringan, bisa jadi hiburan tetapi tetap mengandung pesan moral untuk tidak serakah dan peduli terhadap lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun