Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Novel Ayah oleh Andrea Hirata

24 Juni 2023   11:10 Diperbarui: 24 Juni 2023   11:16 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang manarik bagi saya:

1. Manisnya persahabatan Sabari, Tamat dan Ukun karena kekonyolan-kekonyolan yang ada mungkin jadi impian banyak orang. Dengan problem hidup mereka sendiri-sendiri, mereka tidak saling meninggalkan. Mengharukannya ketika mereka terus memperhatikan Sabari yang bergumul dengan kewarasannya. Bahkan mereka rela 'mengembara' untuk terus mencari Marlena dari jejak-jejak yang ditinggalkan Marlena melalui surat-surat Marlena kepada sahabat penanya. Kebayang kan sulitnya bagaimana?

2. Entah bagaimana caranya, dengan tokoh yang amat banyak, penulis mampu menghubungkan semuanya dengan begitu rapi. Kisah ini menjadi drama keluarga yang sangat manis. Kita bisa lihat bagaimana Sabari mendambakan Zorro. Zorro adalah hidupnya. Bukan kemiskinan atau patah hati karena ditinggal Marlena yang membuatnya bisa dibilang gila, tetapi karena Zorroo yang adalah hidupnya diambil darinya.

3. Selama membaca novel ini, saya ikut tersenyum, terbahak, sedih dan juga geram. Belum lagi membayangkan Zorro, di dalam lubuk hatinya yang terdalam juga sedang mencari-cari ayahnya. Ia mewarisi bakat ayahnya, pintar berpuisi.

Yang perlu saya sampaikan ialah kalian harus cermat membaca novel ini. Karakter dalam cerita ini banyak. Waktu karakter-karakter baru muncul, kita bisa kehilangan minat baca karena terlanjur bingung. Ini siapa? Kok tiba-tiba muncul? Kok ceritanya udah beda? Setidaknya itulah yang juga muncul di benak saya. Jadi, buat kalian yang mau baca, jangan sampai berhenti dulu ya. Baca sampai tuntas karena justru klimaks dan antiklimaksnya dibagian itu. Setiap karakter itu penting dan mereka akan memperkaya cerita. Kalian akan semakin deg-degan tak sabar ingin melanjut bagian demi bagiannya.

Ending ceritanya tertutup dengan penyelesaian konflik yang mulus dan manis. Pas dan tidak mengecewakan.

Selamat membaca, jangan lupa siapkan kopi, camilan, musik atau apalah yang membuatmu nyaman.  Novel ini butuh perhatian banget, jangan sampai kegannggu dengan hiruk-pikuk di hari Minggu pagi (paham kan maksud saya? hehe).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun