Mohon tunggu...
BANYU BIRU
BANYU BIRU Mohon Tunggu... Guru - Guru | Pecandu Fiksi

Orang yang benar-benar bisa merendahkanmu adalah dirimu sendiri. Fokus pada apa yang kamu mulai. Jangan berhenti, selesaikan pertandinganmu.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Novel "Berdansa dengan Kematian"

21 Juni 2023   19:49 Diperbarui: 21 Juni 2023   20:03 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: Berdansa dengan Kematian
Penulis: Acek Rudy
Tahun terbit: 2023
Penerbit: Elexmedia Komputindo
Halaman: 264
Genre: Horor-Misteri
ISBN cetak: 9786230047312


Berdansa dengan Kematian. Judul yang kontradiktif karena memberikan nuansa romantis sekaligus teror. Kita semua mendamba sesuatu yang romantis karena identik dengan cinta kasih. Namun, untuk kematian, kita berusaha menyangkalnya atau menghindarinya walau kita tahu itu adalah sebuah kepastian selama kita masih ada di dunia yang fana ini.


Novel ini hadir dengan tampilan sampul yang menawan. Kesan mistisnya menyeruak keluar ketika semakin diamati. Menguar rasa penasaran luar biasa untuk segera menemukan siapa dua tokoh yang dipilih sebagai representasi isi cerita tersebut.


Dari desain sampul itu, saya mulai menerka-nerka, membiarkan otak saya membentuk imajinasinya  bahwa makhluk yang akan sering ditampilkan adalah siluman dengan wajud manusia berkepala banteng (ternyata dalam ceritanya kerbau). Ia memiliki koneksi yang cukup dekat dengan gadis penari tersebut dan cukup terjalin baik karena siluman tersebut tidak memberikan kesan jahat atau amarah yang meluap-luap. Matanya bukan berwarna merah melainkan kuning bercahaya. Saya senang sekali mengamati sampul buku, untuk membangun persepsi-persepsi awal agar saya terhindar dari kebosanan saat mengarungi lautan kata yang disajikan bang Rudy.


Dari sampul saja, novel ini sudah seperti menjanjikan sesuatu yang berbeda. Dan benar saja, bab 1  yang memiliki judul yang sama dengan judul novel ini langsung berusaha membangun dunia tokoh utama yang terpengaruh budaya Jawa dan Tionghoa serta pengaruh kepercayaan Buddha-Dhamma. Bang Rudy menarasikan asal-usul tokoh utama bernama lengkap Go Arundaya Gayatri dan tragedi yang menyertainya dengan sangat baik sehingga bab pertama sebagai pemikat dapat dibilang berhasil.


Bang Rudy sangat bisa memunculkan rasa penasaran saya dalam setiap bab-nya. Menebar setiap petunjuk atau detail-detail kecil dan mengajak pembaca untuk menyambungkan setiap petunjuk itu untuk menemukan benang merahnya supaya utuh. Bagi saya, ini adalah novel misteri horor terbaik sejauh yang saya baca. Elemen-elemen spiritual dan mistisnya diramu dengan begitu apik. Kita diajak berkelana pada realitas (gaib dan dunia nyata) yang berbeda, masa lampau dan masa sekarang juga budaya yang berbeda.

Uniknya, Bang Rudy menciptakan karakter-karakter yang pastinya bertentangan apabila disatukan. Tomi Kantaka, mantan jurnalis yang skeptis terhadap pandangan spiritualisme masyarakat. Lintang Ayu, seorang psikolog yang terlahir sebagai anak indigo. Felix sitorus, seorang arkeolog dan juga sosiolog. Karakter-karakter tersebut dipersatukan dalam mengungkap satu misteri yang sama. Padahal kalau dipikir-pikir, di dunia nyata ketiganya pasti mengejar sesuatu yang rasional, logis dan membutuhkan fakta dan data untuk menguatkan setiap dalil, argumen atau teori-terori yang mereka pelajari.


Sebagai masyarakat yang memiliki keyakinan yang berbeda dengan tokoh pada novel ini, saya terbantu dengan adanya glosarium. Terlebih lagi, terdapat ilustrasi yang menguatkan imajinasi pembaca. dan jujur saja, ketika saya membaca novel, saya berusaha untuk segera menyelesaikannya. Tetapi untuk novel yang satu ini, saya menahan diri agar tidak terburu-buru. Saya merelakan empat jam saya untuk menyelesaikannya karena benar-benar ingin memahami setiap bagiannya. Untung saja saya cocok dengan  cara Bang Rudy menuliskan kalimat demi kalimatnya. Pendek dan membuat saya betah. Biasanya kalimat panjang bisa membuat bingung sehingga perlu diulang dua kali atau lebih.


Nah, masuk pada karakterisasi tokoh.


1. Atundya Gayatri, ia disebut sebagai orang terkutuk dan tukang tenung. Sedangkan sang ibu melihatnya sebagai anak yang istimewa. Arun berusaha untuk mengingkari takdirnya, melupakan seluruh kepahitan dalam hidupnya. Perlahan-lahan ia melupakan masa lalunya dan sosok yang menemaninya sejak kecil. Namun, saat ia berusia 17 tahun, keadaan memaksanya kembali terlibat dengan sesuatu yang berusaha ia lupakan. Iblis terus membayanginya, merenggut orang-orang terdekatnya dan ia dibujuk untuk bersekutu dengannya.


2. Zasil, satu-satunya teman masa kecil Arun yang hanya muncul setelah matahari terbenam. Sosok yang diketahui Arun bukan manusia biasa yang setia menemaninya dan mencoba memahami keadaan Arun. Namun, ternyata Zasil tidak seperti dugaan Arun. Ia adalah makhluk yang dahaga untuk melakukan pembelasan dendam.


3. Maandy, perempuan berdarah Belanda yang diteror oleh kutukan buku autobiografi misterius yang awalnya ditujukan untuk bos di perusahaan tempatnya bekerja. Justru buku itu mengantarnya pada penyelidikan yang bermuara pada asal-usul Arun dan legenda desa Karuwungan. Untuk mengungkap misteri tersebut, Mandy mencari tim investigasi yang terdiri dari dirinya, Arun, Olfa, Tomi, Felix dan Lintang.


Bab demi bab berlanjut, pembaca akan terbawa pada konflik personal yang akhirnya mempengaruhi setiap tokoh. Perselisihan yang menunjukkan bahwa setiap pribadi mereka sebenarnya memiliki motif-motif yang terselebung yang tidak sepenuhnya bersih.


Pesan yang saya dapatkan dari novel ini adalah bahwa kebencian hanya bisa ditumpas oleh cinta kasih. Kebahagian yang dicari oleh setiap kita pun akan tercipta kalau setiap kita dipenuhi oleh cinta kasih itu.


Sebelum saya mengakhiri ulasan ini, saya ingin memberikan sedikit masukan untuk kepenulisan yang berkaitan dengan tanda baca.
1. Untuk penulisan tanda pisah, alih-alih menggunakan simbol tanda pisah, penulisan dilakukan dengan membuat tiga tanda hubung (---).
2. Penulisan dialog tag masih keliru. Misalnya, pada halaman 67, 116, 125, 186. Saya ambil contoh yang ada di halam 186.


"Tidak usah repot-repot." Jawab Maandy ketus.


seharusnya


"Tidak usah repot-repot," jawab Maandy ketus.


Ada beberapa yang sudah benar, hanya saja perlu saya sampaikan karena saya cukup sering temukan. Untung saja, di novel ini lebih banyak menggunakan dialog aksi daripada dialog tag.


Nah, Sejauh ini yang mengganjal dalam benak saya setelah menyelesaikan novel ini adalah terkait kertas putih yang bisa meramalkan masa depan yang disimpan Mandy untuk dirinya sendiri. Juga foto keluarga Arun di rumah Kebo Kumembeng yang bisa berganti wajah. Saya belum menemukan kisah yang kuat dibalik itu. Apakah kertas putih yang bisa meramalkan masa depan itu adalah bagian dari permainan Zasil? Apakah pergantian wajah pada foto tersebut menandakan korban Zasil selanjutnya atau justru yang menyelematkan seperti adengan Mandy di rumah bosnya? Apakah Zasil akan kembali selama manusia masih dipenuhi keserakahan dan foto maupun kertas itu menjadi pertanda yang bisa dimusnahkan? Kalau Zasil masih bisa kembali, apakah Arun juga bisa melakukan hal yang sama untuk menolong orang lain?


Setelah menyelesaikan novel ini, saya sangat ingin menyampaikan kekaguman saya kepada Bang Rudy melalui ulasan ini. Idenya yang luar biasa, premis yang tidak biasa dan karakter yang humanis yang jauh dari kesempurnaan menjadi cerminan setiap kita. Semuanya itu diramu ke dalam sebuah cerita dengan alur yang menarik. Jika ada yang meminta rekomendasi novel horor yang keren, maka saya tidak akan ragu untuk merekomendasikan novel ini.


Saya senang sekali bisa menikmati novel Berdansa dengan Kematian setelah menjadi pemenang dalam sayembara cerpen horor yang diselenggarakan Komunitas Pulpen Kompasiana sejak 29 Mei-12 Juni 2023 yang dinilai langsung oleh Bang Rudy.


Novel ini masih ada kelanjutannya dan saya akan menjadi bagian kecil dari cerita tersebut sama seperti kakak-kakak Kner yang sudah digaet terlebih dahulu menjadi karakter di dalam novel ini. Saya sungguh tersanjung. Semoga prosesnya dimudahkan dan novel tersebut segera terbit.
Sekali lagi, terimakasih kepada Pak Rudy untuk novel yang super keren ini. Semoga saya juga bisa jadi pembaca novel Bang Rudy berikutnya.

Salam,
Banyu Biru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun