Mari sama-sama kita merenungkan sejenak. Apakah kita sudah mengucap syukur hari ini. Mulai dari kita bangun dari tidur, berjalan, memasak atau melakukan rutinitas kita lainnya. Apakah kita sungguh-sungguh ambil waktu menikmati kasih Allah di pagi hari dan meminta kekuatan serta penyertaannya untuk menjalani hari ini.
Bersyukur adalah kata yang sangat mudah diucapkan namun sulit untuk diaplikasikan. Belum lama kita bangun dari tempat tidur kita, sudah berapa kali kita mengeluh?Â
Mungkin kita mengeluh," aduh dingin sekali pagi ini (jika anda berada di dataran tinggi)" atau "ihh mendung terus, gimana mau ke ladang kalau begini?" atau mungkin ada juga yang mengatakan "malas banget, bangun pagi harus standby di depan laptop gara-gara kelas online" dan mungkin masih banyak lagi yang kita keluhkan.
Kitab 1 Tesalonika 5:18 mengingatkan kita agar mengucap syukur dalam segala hal. Dan disana juga disebutkan alasan bersyukur yaitu Allah sendiri yang menghendaki demikian.Â
Bagaimana kita bisa bersyukur jika banyak hal buruk yang menimpa kita? Saya ingin menjelaskan konsep bersyukur yang mungkin bisa membantu kita untuk selalu mengucap syukur.Â
Secara pribadi ini juga sangat membantu saya untuk menguap syukur kepada Allah sehingga saya selalu merasa lebih baik dan merasa bahwa Allah itu juga baik.
Konsep bersyukur bagi saya adalah bersyukur bukan "karena" tetapi bersyukur "meskipun" artinya kita bersyukur bukan karena hal-hal yang baik, yang menyenangkan kita tetapi bersyukur meskipun banyak hal buruk atau tidak menyenangkan terjadi. Sebagai contoh yang saya alami, suatu kali saya mempersiapkan microteaching saya.Â
Saya yakin pada malam sebelumnya saya sudah mempersiapkan power point yang akan saya gunakan untuk mengajar dan saya juga sudah mempersiapkan perlengkapan lainnya.Â
Keesokan paginya saya membuka file power point saya. saya terkejut file saya berantakan. Sebagian materi yang saya cantumkan hilang dan saya harus memperbaikinya padahal waktu yang saya miliki hanya 60 menit belum lagi mempersiapkan komputer dan lain sebagainya. Saya baru menyadari bahwa saya tidak langsung menyimpan file setelah diedit.Â
Hal ini membuat saya panik. Puji Tuhan saya memiliki file cadangan yang di dalamnya terdapat semua materi sekalipun belum dihias dan sebagainya. Puji Tuhan juga saya memiliki template sehingga saya bisa memindahkan isi dari file cadangan tadi ke template yang ada.Â
Saya harus mengerjakan secara terburu-buru tentunya dan tentu microteaching saya menjadi jauh dari ekspektasi saya sebelumnya saya melupakan beberapa hal dalam mengajar.
Kondisi yang terjadi pada saya sangat memungkinkan saya untuk mengeluh dan saya juga bisa menganggapnya wajar apalagi dalam situasi panik yang demikian.Â
Tetapi saya juga segera disadarkan bahwa saya juga memiliki pilihan untuk tidak mengeluh. Jika saya beryukur "karena" maka saya sulit melihat alasan untuk bersyukur.Â
Faktanya apa yang sudah saya persiapkan menjadi berantakan, microteaching saya tidak maksimal. Saya tidak puas dengan apa yang saya lakukan. Tetapi ketika saya memilih beryukur "meskipun" saya bisa beryukur meskipun power point saya sempat berantakan namun saya bisa menyelesaikan lagi bahkan bisa digunakan untuk mengajar. Saya bersyukur meskipun dalam kepanikan saya ternyata saya bisa  menyelesaikan microteaching dan menyampaikan materi dengan baik.
Sekilas memang terlihat tidak ada perbedaan. Bersyukur "meskipun" juga membutuhkan alasan-alasan untuk bersyukur. Ya, itu benar. Tetapi mari kita lihat perbedaannya. Bersyukur "karena" akan selalu melihat hal baik sebagai alasan bersyukur.Â
Jika tidak, maka tidak ada alasan bersyukur. Namun beryukur "meskipun" mampu mengubah kondisi yang tidak baik menjadi alasan bersyukur karena dari hal yang tidak baik ternyata ia mampu melihat dari sisi yang lain. Ini semakin membuat rasa syukur kita akan semakin besar dan akan semakin kagum akan penyertaan Allah.
Mengapa tidak bersyukur dapat dikatakan dosa? Jawabannya, karena kita tidak memiliki iman kepada janji-janji Allah. ingat, Roma 8 :28-29 dan ayat 38-39 memberitahu kita janji yang Allah berikan yaitu:
1. Â Jika kita percaya pada Allah, maka segala sesuatu bekerja untuk kebaikan. Kita akan semakin dikuduskan (menumbuhkan karekater Kristiani) ketika mampu melewati tantangan yang ada.
2. Â Hal-hal jahat/ buruk tidak akan mampu memisahkan kita dari kasih Allah.
 Hal terpenting juga yang harus diingat adalah, ucapan syukur juga harus sampai kepada rasa syukur. Ucapan syukur bisa saja hanya sekedar ucapan bukan emosi kita. Ucapan syukur harus mampu mempengaruhi emosi kita sehingga dalam tindakan kita kita dapat menunjukkan kita sedang bersyukur. Apa yang bisa kita syukuri meskipun saat ini kita sedang berada dalam situasi pandemi ini?
Bahan Bacaan.
Bridges, J. (2008). Respectable Sins : Dosa-dosa yang dianggap pantas. Bandung: Pionir Jaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H