Resiko Dakwah di Era Digital 4.0
Era Digital 4.0 membawa kemajuan teknologi yang mempermudah berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam penyampaian dakwah. Melalui media sosial, website, dan platform digital lainnya, dakwah dapat menjangkau audiens/mad'u yang lebih luas dengan waktu yang relatif singkat. Namun, kemudahan ini juga disertai dengan berbagai risiko yang perlu diantisipasi oleh para dai dan penyampai pesan agama agar tidak menimbulkan permasalahan atau perpecahan umat Islam.
APA SAJA RISIKO DAKWAH DI ERA DIGITAL 4.0
1. Penyebaran Informasi yang Tidak Akurat
Dalam era digital, banyak informasi agama yang beredar tanpa melalui proses verifikasi. Dakwah yang tidak berbasis pada sumber yang valid atau pemahaman yang mendalam dapat menyesatkan audiens/mad'u. Selain itu, potongan ceramah atau artikel yang diambil di luar konteks dapat memicu kesalahpahaman dan perpecahan umat Islam.
2. Konflik di Media Sosial
Media sosial sering kali menjadi arena perdebatan yang tidak sehat. Pesan dakwah yang disampaikan dapat memicu polarisasi apabila tidak disampaikan dengan bijak. Hal ini terutama terjadi jika topik yang diangkat sensitif, seperti perbedaan pandangan antar mazhab atau isu-isu sosial yang berkaitan dengan agama.
3. Ujaran Kebencian
Para dai sering kali menjadi target serangan berupa cyberbullying dan ujaran kebencian. Hal ini dapat mengganggu fokus mereka dalam menyampaikan pesan dakwah dan bahkan mempengaruhi kesehatan mental.
4. Radikalisasi
Platform digital juga rentan digunakan oleh kelompok tertentu untuk menyebarkan paham radikal atas nama agama. Audiens/mad'u yang kurang memahami ajaran agama secara mendalam dapat terjebak dalam narasi ini, sehingga berpotensi menimbulkan konflik di masyarakat.
5. Ketergantungan pada Popularitas
Di era digital, ukuran kesuksesan sering kali diukur dari jumlah like, komentar, dan followers. Hal ini dapat memicu para dai untuk lebih fokus pada popularitas dibandingkan kualitas dakwah itu sendiri. Dakwah yang seharusnya berorientasi pada kemaslahatan umat bisa bergeser menjadi sekadar upaya menarik perhatian.
Berikut diatas merupakan beberapa resiko atau permasalahan yang terjadi dalam dakwah di era digital 4.0, tetapi permasalahan yang terjadi tidak menjadikan para dai bersifat pesimis dalam berdakwah, adapun beberapa solusi untuk mengatasi resiko dalam berdakwah di era digital 4.0 agar tidak menimbulkan permasalahan dan perpecahan dan agar para dai tidak merasa pesimis dalam menyampaikan dakwah nya.
APA SOLUSI NYA?
1. Meningkatkan Literasi Digital
Memahami cara kerja platform digital, algoritma media sosial, dan cara menyaring informasi sangat penting agar dakwah tetap relevan dan tidak terjebak dalam kontroversi.
2. Mengutamakan Sumber yang Valid
Setiap materi dakwah harus berdasarkan pada Al-Qur'an, hadist, dan pandangan ulama yang kredibel. Hal ini akan mengurangi risiko penyebaran informasi yang salah.
3. Menjaga Etika dan Bijak dalam Berdakwah
Dakwah harus disampaikan dengan santun dan menghindari provokasi. Hal ini akan membantu menciptakan suasana yang kondusif di tengah masyarakat yang beragam.
4. Membangun Tim Keamanan Digital
Para dai atau organisasi dakwah dapat bekerja sama dengan ahli keamanan siber untuk melindungi data dan privasi mereka dari serangan digital.
5. Mengutamakan Dakwah yang Berorientasi pada Nilai
Alih-alih mengejar popularitas, dakwah harus fokus pada dampak positif yang diberikan kepada masyarakat.
Maka dari itu pada Era Digital 4.0 membuka peluang besar untuk berdakwah secara efektif, tetapi risiko yang ada tidak boleh diabaikan karena akan menimbulkan permasalahan dan perpecahan. Dengan strategi yang tepat dan pendekatan yang bijak dakwah dapat menjadi sarana yang membawa manfaat besar tanpa terjebak dalam tantangan era digital.
Oleh : Raosan Ma'ruf  Rifa'i_G100200003
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI