3. Empati Kognitif (Cognitive Empathy)
Seiring dengan perkembangan kognitif anak, empati mulai memasuki tahap yang lebih kompleks, yaitu empati kognitif. Pada tahap ini, individu tidak hanya merasakan perasaan orang lain, tetapi juga dapat memahami alasan atau penyebab perasaan tersebut. Anak-anak mulai mampu mengerti perspektif orang lain, yakni menyadari bahwa orang lain mungkin memiliki pikiran, perasaan, dan pengalaman yang berbeda dari mereka sendiri. Ini adalah tahap yang sangat penting dalam perkembangan empati karena memungkinkan individu untuk lebih memahami perasaan orang lain secara lebih rasional dan menyeluruh.
4. Empati yang Didasarkan pada Pengalaman Sosial (Social Empathy)
Tahap ini mencakup kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain dalam konteks sosial yang lebih luas. Pada tahap ini, individu mulai dapat mengidentifikasi perasaan orang lain dalam situasi sosial yang kompleks, seperti dalam hubungan interpersonal yang melibatkan perbedaan peran atau status. Mereka juga dapat merasakan penderitaan atau kebahagiaan orang lain yang lebih besar, seperti merasakan empati terhadap kelompok yang tertindas atau korban bencana alam. Ini adalah bentuk empati yang lebih kompleks dan berhubungan dengan kepekaan terhadap ketidakadilan sosial dan masalah sosial lainnya.
5. Empati Moralis (Moral Empathy)
Tahap terakhir dalam teori empati Hoffman adalah empati moralis. Pada tahap ini, individu tidak hanya memahami dan merasakan perasaan orang lain, tetapi juga memiliki dorongan moral untuk bertindak dalam membantu mereka yang membutuhkan. Empati moralis mengarah pada perilaku prososial, yaitu tindakan yang dilakukan untuk membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Ini mencakup dorongan untuk menolong orang lain yang sedang mengalami kesulitan, serta keinginan untuk memperbaiki ketidakadilan sosial dan membantu menciptakan dunia yang lebih baik.
Peran Empati dalam Perkembangan Moral
Bagi Hoffman, empati tidak hanya sekadar kemampuan untuk merasakan atau memahami perasaan orang lain, tetapi juga memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan moralitas. Melalui empati, individu belajar untuk memahami penderitaan orang lain dan merasa terdorong untuk membantu mereka. Hal ini memainkan peran kunci dalam membentuk perilaku prososial, seperti tolong-menolong, berbagi, dan berbuat baik terhadap orang lain.
Selain itu, empati juga merupakan dasar dari rasa keadilan. Dengan merasakan atau memahami perasaan orang lain, individu dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang kesulitan yang dialami oleh orang lain, terutama dalam situasi yang tidak adil. Dengan demikian, empati dapat mendorong individu untuk bertindak demi keadilan sosial dan melawan ketidakadilan yang mereka lihat di sekitar mereka.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati
Hoffman juga mengemukakan bahwa perkembangan empati dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan empati antara lain adalah: