Mohon tunggu...
Ranu Narotama Said
Ranu Narotama Said Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

favorite!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sahabat Sejati!

6 Juli 2020   15:24 Diperbarui: 6 Juli 2020   15:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sahabat Sejati!

Namaku adalah Syifa. Aku punya seorang sahabat bernama Ibrahim. "Aku tak mengerti kenapa semua teman-temanku termasuk geng Reza, Akmal, dan Rama sangat membenci dia?". Padahal dia anaknya baik dan pintar?. Mungkin karena ayahnya. Ya! ayahnya dan keluarganya yang miskin. Tetapi apakah kita harus menyalahkan Ibrahim atas kesalahan ayahnya tersebut? Tentu tidak bukan?. Namun aku sebagai seorang sahabat hanya bisa menyemangati dan mendukungnya agar Ibrahim tidak pantang menyerah, atau putus asa dengan apa yang ia inginkan untuk masadepan nya nanti sehingga Ibrahim tidak pernah menarik kata-kata itu kembali.

Sesampainya di sekolah Ibrahim langsung disambut dengan ejekan dari teman-temannya. Tetapi yang paling sering adalah Reza dan Akmal seorang anak dari pemilik sekolahan tempat Ibrahim belajar.

"Hey teman-teman ada anak yang termasuk orang miskin nih!!" Ucap Reza.

"Kalau aku sih malu banget jadi anak yang miskin" sahut dari Akmal.

"Betul tuh, malu jadi orang miskin HAHA" sahut juga dari Rama

Dengan menghiraukan ucapan itu Ibrahim terus melangkahkan kakinya dengan berjalan yang membisu dan diiringi tatapan sinis dari teman-temanya tersebut sepanjang perjalanan. Syifa yang berada tepat di belakangnya hanya bisa menarik nafas panjang dan mencoba menyemangati Ibrahim kembali.

"Ibrahim yang sabar ya! dan tetap ingat kata-kata yang kamu sudah ucapkan kepadaku" ucap Syifa penuh semangat.

Ibrahim hanya bisa menjawab dengan menganggukkan kepala dan dengan senyum tipis dari bibir manisnya. Melihat senyumnya, Syifa merasa lega karena keadaan Ibrahim baik baik saja karena tidak tersinggung dengan apa yang telah ia rasakan.

Setelah itu Syifa menarik tangan Ibrahim dan mengajaknya masuk ke dalam kelas untuk belajar. Suara bel berbunyi itu tandanya pelajaran akan dimulai. Dari kejauhan terlihat pria tegap yang menuju kelas untuk mengajar Bahasa Indonesia. Pria itu adalah guru Bahasa Indonesia dari sekolah itu.

Orang-orang disekolahnya tersebut selalu memandang Ibrahim dari fisik dan gaya hidup, padahal gaya hidup dia sangat sederhana bahkan jika ada seorang pengemis ia akan mengasih makanan untuk mereka makan sehari-hari. Setiap harinya Ibrahim selalu dibully habis-habisan, tetapi Ibrahim mengatakan "itu adalah semangat api yang tidak pernah padam" Ujar Ibrahim kepada Syifa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun