Mengayam bambu menjadi kebiasaan sekaligus tradisi bagi masyarakat Kampung Naga. Mengayam menjadi pekerjaan sampingan masyarakat Kampung Naga, bambu memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Kampung Naga seperti digunakan sebagai bahan dasar atap dan rumah di Kampung Naga. Bambu akan dijadikan beberapa jenis kerajinan tangan oleh masyarakat Kampung Naga, seperti keranjang buah, kipas, boboko atau tempat nasi, aseupah atau kukusan, nampan serta tempat padi seperti tolombang, giribig dan tampir. Anyaman bambu tersebut dijual secara langsung di toko depan rumah, dan di atas gerbang Kampung Naga. Toko tersebut selain menjual anyaman bambu, juga menjual cenderamata, aksesoris dan oleh-oleh khas Kampung Naga.
Kondisi alam di Kampung Naga sangat terjaga, mereka tidak pernah terkena bencana alam seperti longsor maupun banjir. Padahal Kampung Naga berada di lereng bukit dan bantaran sungai Ciwulan. Masyarakat Kampung Naga memiliki prinsip bahwa alam dijaga ku urang maka alam pasti ngajaga urang (Jika kita menjaga alam maka alam pun menjaga kita). Masyarakat Kampung Naga memiliki aturan yang disebut pamali, kata tersebut sangat tabu bagi mereka. Di sana terdapat tiga hutan yang sangat dijaga oleh mereka, yaitu Leuweung Larangan (Hutan Terlarang), Hutan Keramat dan Hutan Garapan.
- Leuweung Larangan (Hutan Terlarang).
Leuweung Larangan (hutan terlarang) terletak di sebelah Timur Kampung Naga seberang sungai Ciwulan, Hutan ini sangat dijaga oleh masyarakat Kampung Naga, wisatawan termasuk masyarakat Kampung Naga dilarang masuk ke hutan tersebut, wisatawan dilarang mengambil foto dari Leuweung Larangan dan dilarang mengambil hasil alam dari hutan tersebut. Seperti mengambil patahan ranting untuk kayu bakar, menebang pohon dan sebagainya. Terbukti keberadaan hutan tersebut masih terjaga hingga sekarang masih terlihat lebat dan hijau.
- Hutan Keramat
Berbeda dengan Leuweung Larangan, Hutan Keramat terletak di sebalah Barat Kampung Naga. Hutan Keramat dilarang dimasukan oleh sembarang orang, hanya orang seperti kuncen Kampung Naga yang diperbolehkan memasuki Hutan Keramat. Alasan hutan tersebut dinamai Hutan Keramat karena di dalam hutan tersebut terdapat makam leluhur Kampung Naga, Hutan Keramat juga dijaga alamnya oleh masyarakat Kampung Naga.
- Hutan Garapan.
Hutan Garapan yaitu hutan produktif milik perorangan dari warga Kampung Naga yang diwariskan secara turun-temurun, Masyarakat Kampung Naga yang bermata pencaharian sebagai petani, mereka menanam semua kebutuhan pangan yang dibutuhkan masyarakat Kampung Naga. Di hutan garapan inilah masyarakat Kampung Naga bisa mengambil hasil dari hutannya seperti kayu dari hutan ini yang akan digunakan untuk membangun rumah adat Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga yang mempunya
Ketiga hutan tersebut merupakan tempat yang sangat dijaga oleh masyarakat kampung Naga. Mengingat lokasi kampung Naga berada di lembah yang bahkan dapat dimungkinkan terjadinya longsor. Sehingga kearifan ekologis masyarakat di sana menekankan ke penjagaan alam sekitar yaitu Hutan, dan Sungai. Terutama Hutan yang paling dijaga, karena jika hutan di sana sudah rusak dapat dimungkinkan bahwa kampung Naga akan terkena longsor. Oleh karena itu, masyarakat di sana menjaga ke dua hutan tersebut dari eksploitasi alam yang dapat menimbulkan bencana.
Seiring dengan dijadikan nya Kampung Naga sebagai Kampung Adat di Jawa Barat, dan bertambah banyaknya wisatawan yang datang berkunjung ke Kampung Naga, terdapat berbagai bentuk usaha baru yang ada di Kampung Naga, seperti pemandu wisata.  Pemandu wisata di Kampung Naga mayoritas laki-laki dan berumur, pemandu ini akan membantu dan mengajak wisatawan berkeliling Kampung Naga, menjelaskan sejarah inti dari Kampung Naga dan mengenalkan budaya yang ada di Kampung Naga. Selain pemandu wisata, bentuk usaha baru yang ada di Kampung Naga yaitu homestay. Pemilik dari rumah-rumah tersebut  akan diedukasi terlebih dahulu oleh pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) agar rumah tersebut siap dijadikan homestay untuk menyambut wisatawan yang ingin bermalam di Kampung Naga.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H