Self love dapat didefinisikan sebagai bentuk penghargaan, penerimaan, dan kasih sayang terhadap diri sendiri. Ini melibatkan pengakuan terhadap nilai-nilai, kekuatan, dan kelemahan kita tanpa menghakimi diri sendiri.
Self-love melibatkan praktik-praktik seperti memperlakukan diri dengan baik, menetapkan batasan yang sehat, dan menghargai kebutuhan fisik, emosional, dan spiritual kita. Ini juga tentang memberikan diri kita izin untuk tumbuh dan berkembang tanpa menyalahkan diri sendiri atas kesalahan atau kegagalan.
Ada beberapa perilaku yang bertentangan dengan self-love, diantaranya meliputi:
1. Pembanding diri: Terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain dan merasa kurang bernilai karena perasaan tidak memadai.
2. Perfectionisme yang berlebihan: Mengharapkan kesempurnaan dari diri sendiri dalam segala hal, dan merasa gagal ketika tidak mencapainya.
3. Mengabaikan kebutuhan sendiri: Mengorbankan kebutuhan dan keinginan pribadi demi memenuhi ekspektasi orang lain atau demi perhatian dari orang lain.
4. Menyalahkan diri sendiri secara berlebihan: Menginternalisasi kesalahan dan kegagalan sebagai sesuatu yang hanya terjadi karena kekurangan diri sendiri, tanpa memberi ruang untuk belajar atau tumbuh dari pengalaman tersebut.
5. Menyiksa diri sendiri secara emosional: Memelihara pikiran negatif dan mengulangi pola perilaku yang merugikan diri sendiri, tanpa mencari bantuan atau dukungan yang diperlukan untuk mengubahnya.
Perilaku-perilaku ini dapat menghambat kemampuan seseorang untuk merasa bahagia, memenuhi potensi mereka, dan mencapai hubungan yang sehat dengan diri sendiri dan orang lain.
Lalu bagaimana self love dalam Islam, apakah ada?
Dalam Islam, konsep cinta terhadap diri sendiri sering diinterpretasikan dalam konteks kasih sayang dan penghargaan terhadap diri sendiri sebagai makhluk Allah. Meskipun istilah "self love" mungkin tidak secara eksplisit ditemukan dalam teks-teks agama Islam, konsepnya tersirat dalam ajaran tentang mencintai sesama manusia sebagaimana kita mencintai diri sendiri.