Pasaman, Durian Tinggi (03/8/21) – Banjir merupakan bencana alam yang sering terjadi dan selalu menghantui masyarakat terutama yang berada di daerah sekitar sungai dan dataran rendah. Seiring dengan perubahan iklim yang terjadi sekarang ini, dimana mulai memasuki musim penghujan maka dalam upaya mewujudkan Nagari Durian Tinggi tanggap bencana maka dilakukan pembuatan peta daerah rawan banjir di Nagari Durian Tinggi. Memiliki topografi datar bergelombang hingga berbukit terjal dan dilewati oleh sungai-sungai besar, sehingga mengakibatkan daerah ini memiliki potensi bencana banjir. Selain itu kesadaran masyarakat sekitar masih kurang terhadap pembuangan sampah ke sungai juga menjadi faktor pemicu bencana.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Kantor Wali Nagari Durian Tinggi tercatat pada Desember 2015 lalu terjadi bencana banjir bandang yang sangat besar di Keamatan. Lubuk Sikaping yang mengakibatkan puluhan rumah mengalami kerusakan, 1 bangunan mushala rusak, 1 tiang listrik tumbang, puluhan hektar sawah rusak dan sebanyak 220 Kepala Keluarga (KK) mengungsi. Dan pada April 2021 ini banjir terjadi di Kampuang Lua, Nagari Durian Tinggi yang menyebabkan lalu lintas terganggu, dan jalan dipenuhi dengan lumpur serta sampah.
Yulia Marantika, mahasiswa jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, didampingi dosen pembimbing Karnoto, S.T., M.T., melaksanakan KKN di Nagari Durian Tinggi, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Salah satu program yang diusung adalah pemetaan daerah rawan banjir di Nagari Durian Tinggi. Kegiatan pemetaan dilakukan secara daring menggunakan metode penginderaan jauh atau inderaja. Metode ini dipilih seiring dengan diberlakukannya PPKM Darurat di wilayah Lubuk Sikaping. Kegiatan pemetaan ini dilakukan melalui berbagai tahap meliputi studi literatur, pengumpulan data, analisis dan pengolahan data, serta layout-ing peta.
Gambar 1. Peta Rawan Banjir Nagari Durian Tinggi(dokpri)
Saat melakukan survey terkait bencana banjir yang terjadi di Nagari Durian Tinggi kepada warga yang tinggal ditepian sungai, kami mahasiswa TIM KKN II Undip periode 2020/2021 mendapati salah satu warga berkata “Di daerah sungai Panapa ini memang sering banjir, apalagi kalo hujan lebat seharian, soalnya air dari daerah bukit sana turun kebawah, dan mengakibatkan lalu lintas terganggu dan jalan dipenuhi sampah dan lumpur “.
Gambar 2. Sosialisasi peta dan mitigasi bencana banjir kepada Bapak Wali Nagari(dokpri)
Durian Tinggi dan Bapak Sekna
Sosialisasi peta rawan banjir dilakukan kepada Bapak Wali Nagari Durian Tinggi selaku kepala desa, dan juga dihadiri oleh Bapak Sekretaris Nagari serta satu orang perangkat nagari. Sosialisasi ini berupa penjelasan mengenai daerah yang tidak rawan banjir hingga daerah yang sangat rawan banjir. Kemudian dilakukan juga edukasi terkait mitigasi bencana banjir meliputi prabencana, saat bencana dan pascabencana. Selain sosialisasi yang dilakukan kepada Kepala Desa, juga dilakukan sosialisasi mitigasi bencana banjir dengan penjelasan modul kepada warga yang tinggal disekitar sungai dengan sistem Door to door.
Gambar 3. Sosialisai modul bencana banjir dan mitigasinya kepada warga Nagari Durian Tinggi yang tinggal disekitaran sungai.(dokpri)
Sosialisasi yang telah dilakukan mendapat respon positif dari warga sekitar dan perangkat Nagari Durian Tinggi. “Kami sangat senang dengan adanya program mahasiswa KKN Undip mengenai pembuatan peta rawan banjir ini, semoga dengan sosialisasi ini masyarakat dapat lebih tanggap bencana dan memiliki kesadaran untuk tidak melakukan hal-hal yang mengakibatkan terjadinya banjir. Terimakasih juga untuk oleh-oleh yang telah diberikan berupa peta rawan banjir yang akan di pajang di Kantor Wali Nagari Durian Tinggi” Ujar Bapak Richa Afandy selaku Wali Nagari Durian Tinggi.
Gambar 4. Penyerahan Peta Rawan Banjir kepada Bapak Wali Nagari Durian Tinggi(dokpri)
Dengan dilakukannya pembuatan peta rawan banjir dan edukasi terkait mitigasi bencana, harapannya pemerintah Nagari Durian Tinggi dapat melakukan perencanaan pembangunan lebih efektif kedepannya, dan pemanfaatan tata guna lahan yang lebih baik. Untuk masyarakat yang tinggal di tepian sungai memiliki pemahaman akan bencana yang menghantui mereka dan paham dalam menyelamatkan diri saat bencana itu datang serta tidak membuang sampah sembarangan ke sungai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H