"Tendanganmu Bagus Dendi. Kamu hanya perlu menentukan posisi yang tepat untuk membobol lawan dari arah yang strategis" kata coach Ilham
"Siap Coach" Jawabku yang lansung mempraktekannya
Ketika aku menendang sesuai dengan perintah Coach Ilham, aku berhasil dan ia lansung mengacungiku jempol. Aku di angkatan 23 sebagai Kapten tim. Tim ku berhasil memenangkan banyak perlombaan dan pertandingan-pertandingan yang bergengsi. akan teteapi belum ada yang peranh terseleksi untuk masuk ke sebuah liga.
Saking sukanya dengan sepak bola, aku sampai banyak membeli buku-buku, majalah dan koran tentang pemain bola. Seperti CR7, aku sangat mengidolakannya. Ia merupakan dari seseorang yang susah. Namun, karena usaha yang gigih, ia berhasil menjadi orang yang sukses. aku ingin seperti ia, tapi ntah kenapa benar-benar terasa sulit.
"Den, kamu besok mau ikut kami Nobar di Squenta gak?" ajak Yoga
"hm, gimana besok aja lah. Soalnya aku nya jua gak punya uang hem" Kataku
"Ya gapapalah nyantai aja, nanti biar aku yang bayar" Kata Yoga sambil menepuk bahuku
"gak enak duh asli" kataku sambil cemberut
"ah kaya ke siapa aja. Sans aja" Kata Yoga sambil memberiku sebuah permen dan aku pun menerimanya.
Ketika esok malam minggu, aku dan Yoga pergi ke Squenta. Squenta adalah sebuah warung besar di daerah gembol yang menyediakan fasilitas seperti bioskop. Disana ramai orang-orang dari kalangan muda sampai tua hanya untuk menyaksikan sepak bola.
"Rame banget yak" kataku
"hooh" jawab Yoga yang lansung memesan makanan
"kamu mo makan apa?" Tanya Yoga
"bebas. Gimana kamu aja" jawabku
"Ih pesen aja, gausah kek gitu coy" Kata Yoga sambil ketawa
"Yaudah aku pesan Nasi goreng dan jus mangga aja" kataku sambil mengetuk-ngetuk meja.
"Ok kapten Dendi"Â
Yoga merupakan seseorang yang telah kuanggap sebagai sahabat. Ia menjadi wakil di tim sepak bola ku. Kami juga satu sekolah, tetapi hanya beda kelas saja. Aku kelas XI MIPA 3. Sedangkan Ia XI MIPA 4.
Kehobohan di Squenta benar-benar luar binasa. Suara malam yang sangat ricuh dan dipenuhi dentuman keras bak sedang bertempur di medan tempur. Saat malam itu liga Real Madrid melawan Barcelona. Ada 2 tokoh yang menjadi idolaku di liga itu, hingga membuatku bingung untuk memilih yang mana.
"Kamu piih yang mana Den?" tanya Yoga
"Madrid aja deh, kalo kamu?" tanyaku
"Jelas Barca lah. Gini aja deh, kita taruhan. Kalo yang liga dipilihnya kalah, harus push up 50x" ucap Yoga
"okelah gas" jawabku
"Den" kata seseorang yang tiba-tiba menghampiriku
"Eh firman, disini juga kamu?" Tanyaku
"iyo. Baru ja datang. Boleh gabung gak nuh?" Tanya firman kepada kami
"tentu" Kataku
Setelah menyaksikan pertandingan semalam, aku saat dirumah benar-benar semangat dan bertekad untuk fokus pada karir disepak bola.
Yang diharapkan malah mengecewakan
Sekian lama aku berlatih, menghabiskan semua tenaga waktu dan uangku untuk di sepak bola. Akan tetapi aku malah tidak terpilih untuk seleksi masuk ke dalam liga padahal aku menempati urutan ke-1. Walau aku sudah menghusut kasus ini, mereka tidak memedulikannya. Anak yang skillnya sangat buruk bisa masuk dan lolos karena mereka punya uang untuk menyogok. Apalah dayaku yang hanya wong desa yang tidak memiliki apa-apa.
"Licik banget ya, ketauan banget disogoknya si pelatih itu" Kata Yoga kepadaku
"Huuh, yawes lah" kataku pasrah
"jadi sekarang kamu mau gimana? apa kamu sudah punya plan?" Tanya Yoga
"Entahlah, tapi aku mau keluar aja. Soalnya hal kek gini bukan sekali dua kali gi. Lagi pula pelatihan sepak bola ini akan pindah ke Cililin. Jarak dari Gembol ke Cililin kan jauh yea gak?" ucapku
"hem, yaudah. Padahal mah kan bisa bareng. Tapi  ya gitu deh, kalo udh gak semangat dan bener-bener patah harapan, bakalan susah di obatin" Kata yoga sambil cemberut
"Kamu selamat ya, berhasil masuk" kataku sambil menjabat tangannya.
Hobi Baru
"A dendi ikut aku main bola voli yuk? Tim aku kurang 1. Soalnya si niko lagi sakit" Kata Angga adikku
"hm, males ah" kataku
"Ah, ayo lah. Coba-coba dulu. Toh A Dendi juga udah gak pernah latihan bola lagi kan? Semenjak hal itu hem" ucap Angga sambil mengemasi barang
"yasudah iyoo aku coba dech" Kataku yang lansung bersiap
Ketika aku mencoba bola voli, aku hanya iseng-iseng saja. Aku yang begitu jago dalam bidang perbolaan, seketika dengan cepat bisa menguasai medan. Aku berhasil mempelajari bola voli dengan begitu cepat hingga membuat adikku terheran-heran.
"Jago banget tadi A Dendi" kata Angga
"ya heeh atuh. Aa nya siapa dulu dong wkwkw" Kataku
3 bulan berlalu, kini aku aktif di hobi baruku, yaitu voli. Bahkan aku menjadi kapten di timku karena usia ku lebih tua di antara mereka dan tentunya skillku juga. Voli di tempatku gembol sering di adu dengan tempat desa lain. Dan pasti nya selalu menang.
"Eh A Dendi, nanti katanya ada seleksi tim voli besar-besaran di Bandung. Nanti tim kita, kita daftarin yuk?" Tanya Angga
"Oh tentu dong. Nanti kamu ajak mereka. Kalo mereka mau, kita kencengin latihan kita. Latihan terus sampe mampos" Kataku sambil tersenyum dan tertawa
"haha siap-siap deh"
Seleksi tim terbaik pun dimulai. Ada sekitar 40 tim dari setiap daerah di Bandung yang mendaftarkan diri. Pada awal seleksi memang menegangkan karena baru pertama kali diseleksi seperti ini. akan tetapi pelatihku yang bernama Mang jajang terus menyemangati tim dan mendoktrin agar tetap stay don't panic.
"udah gak kerasa, sekarang tim kita berhasil terus melawan musuh-musuh yak" Kata Dedi\
"yoi. Ini berkat kerjasama dan kesolidan kalian" Kataku
"Beberapa hari lagi kan kita final di daerah nih. Nah kalo abis itu kita juga bakal di seleksi lagi lawan setiap daerah. Agar bisa masuk ke tingkat Nasional nantinya" Kata Angga
"owh gitu ya. Semoga kita berjaya" kataku
"Uraaa" teriak timku
Di final akhirnya tim kami berhasil memenangkan pertandingan. Yang selanjutnya tes seleksi Nasional yang akan di ikuti 34 tim dari setiap Provinsi.benar-benar menegangkan. Ini karena yang dilombakan adalah yang terbaik diantara terbaik.
"kalian sudah bisa mencapai dititik ini. kalian mewakili daerah Bandung. Jangan sampe menyerah dan takut melawan musuhmu. Buat mereka melihat dirimu" Kata Mang Jajang yang begitu semangat smembara.
"Siap" teriak timku yang sudah berhasil masuk ke Final Nasional.
Sayang seribu sayang, di final timku harus kalah dibobol oleh tim dari daerah Surabaya. Akan tetapi ternyata. Tim ke-2 dan 3 akan di ambil pemain terbaiknya. Kurang lebih 2 orang. Beruntung sangat beruntung, aku dan Angga berhasil direkrut menjadi Timnas Voli.
"emang ya, kalo udah rezeki gak kemana wkwkw" Kata Angga
"yop" kataku
1 tahun kemudian, aku dan Angga berhasil menjadi pemain yang naik daun. Dari itu aku dan Angga  membeli rumah untuk tempat tinggal keluarga kami, aku berhasiil mencukupi kebutuhan diriku sendiri dan bahkan aku mengikuti banyak les dari hasil lomba voli ku ini. bahkan pernah bertanding se Asean.
Sesuatu yang benar-benar tak terduga. Yang diharap dan dinanti-nanti malah mengecewakan. Dan yang tak pernah harapkan malah menjadi sebuah puncak kejayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H