“Eh, Rant. Kalau beneran mau ke Istanbul, jangan lupa ke Cappadocia. Dijamin nggak akan nyesel.”
Mendengar cerita temanku yang satu ini mengenai kisah travelling-nya memang selalu menarik. Mungkin karena dulu waktu di kampus, bakat story telling-nya cukup menonjol diantara teman-teman sesama penyiar radio kampus lainnya. Jadi pembawaannya buat orang susah berpaling.
Awalnya aku hanya ingin mengunjungi beberapa tempat saja di Turki, khususnya tempat-tempat yang bersejarah seperti Blue Mosque atau Masjid biru yang sekarang sudah menjadi museum yang menyimpan banyak sejarah dan Hagia Sophia yang menjadi ikon kota Istanbul dan merupakan sebuah museum yang megah nan indah. Namun tidak ada salahnya untuk menambah waktu liburan untuk menikmati sensasi Cappadocia di atas ketinggian hingga 1000 meter dengan balon udara. Walaupun jarak antara Istanbul ke Cappadocia memakan waktu lebih dari 7 jam dengan menggunakan bis.
Persiapan Menuju Istanbul dan Cappadocia
Merencanakan sebuah perjalanan baik itu di dalam apalagi di luar negeri memang butuh persiapan yang matang. Hal yang paling mendasar dari semuanya adalah biaya. Aku menyukai travelling saat masih kuliah dari tahun 2011 hingga lulus tahun 2015, tentunya dengan ala backpacker yang seadanya dan bersama teman-teman. Dan saat aku mulai berkarir di dunia profesional, aku mulai bertekad untuk menyisihkan sekitar 40% penghasilan dari gaji tiap bulan maupun hasil dari bekerja sebagai freelancer dari tahun 2015 sampai sekarang.
Selanjutnya adalah riset tentang tempat tujuan wisata. Ternyata tidak sedikit Travel blogger di Indonesia yang mengulas perjalanan mereka ke Turki dengan cukup rinci. Mulai dari tiket pesawat, akomodasi, seperti penginapan, rute perjalanan, tempat makan yang recommended, Baazar murah dan sebagainya. Riset ini terbilang cukup penting agar tujuan kita berwisata terukur dengan jelas, karena perjalanan kali ini saya tempuh sendiri dengan alias ala backpacker. Lain halnya kalau kita pakai jasa Tour and Travel yang nggak perlu pusing untuk memikirkan tiket dan akomodasi, karena sudah ada yang guide perjalanan kita.
Persiapan yang kedua adalah administrasi, yaitu paspor. Nah ini yang paling ribet menurutku. Karena untuk mengurusnya aku perlu menghabiskan waktu 2 hari pada jam kerja untuk mengurus semuanya. Karena terdapat masalah saat registrasi dan ramainya antrian di Kantor imigrasi. Walaupun pada saat itu hal tersebut bukanlah suatu yang mendesak, namun kalau tidak segera diurus, akan repot sendiri nantinya.
At last but not least, yang tak kalah penting dari semuanya adalah membeli suatu alat untuk mendokumentasikan perjalanan wisata ke Istanbul dan Cappadocia, yaitu sebuah kamera DSLR yang fungsinya adalah untuk medokumentasikan perjalanan selama berada di sana.
Hunting Kamera di Electornic City
Dalam memilih sebuah kamera DSLR, akuberdiskusi dengan teman satu kantor yang hobi fotografi untuk memilih kameramana yang cocok untuk pemula sepertiku. Yang aku tahu ada dua brand kamera DSLR yang paling sering dipakai oleh banyak orang, yaitu Canon dan Nikon. Berdasarkan rekomendasi dari temanku dan hasil riset kecil-kecilan yang kulakukan dari internet mengenai kedua merk tersebut, akhirnya pilihan hatiku jatuh pada Kamera Nikon.
Aku mulai mencari tahu dan membandingkan beberapa tipe kamera Nikon yang sesuai dengan kebutuhanku di Electronic City. Aku dibantu oleh Sales counter Electronic City, sambil kucoba satu persatu kamera yang dipajang di cabinet toko. Dengan sabardan penuh keramahan, Ia menjelaskan secara detail satu per satu tentang produk DSLR Nikon yang tersedia di toko. Dan akhirnya, aku pun membeli Kamera Nikon D3400. Kata abang sales counter-nya,itu keluaran terbaru dan dari spesifikasinya pun sesuai dengan harapan, yaitu besarnya daya tahan baterai yang cukup lama hingga 700 jepretan, lalu lensa yang digunakannya lebih tajam dan fokus dan yang lebih penting lagi adalah fitur Snapbridge-nya, yaitu kemampuan dalam mengirim foto ke handphone melalui Buetooth, sehingga tidak perlu repot untuk memindahkan file secara manual di dalam handphone maupun laptop. Dengan begitu, kita bisa eksis di sosial media dengan cepat dan mudah.
Alat Elektronik = Teman Travelling?
Tidak bisa kita pungkiri, bahwa dengan berkembangnya teknologi informasi sampai saat ini, peralatan digital dan sosial media sudah menjadi kebutuhan primer yang wajib terpenuhi sesuai kapasitas personal masing-masing. Contohnya dalam berwisata.
Kita merasa terbantu dengan internet dalam hal mencari tahu tempat wisata yang kita tuju maupun dari pengalaman-pengalaman netizen yang pernah mengunjungi tempat itu sebelumnya. Kita juga dimudahkan dengan berbagai aplikasi yang memudahkan kita membeli tiket pesawat mana yang terbaik dan yang mengadakan promosi sehingga dapat membeli tiket dengan harga terjangkau.
Begitu juga dengan kebutuhan alat elektronik terhadap aktivitas kita sehari-hari termasuk saat plesiran ke kota maupun negara yang kita tuju. Peralatan seperti Kamera, smartphone menjadi sangat penting untuk menjadi “Teman Travelling” kita. Kenapa? Karena tidak semua orang di dunia ini yang memiliki kesempatan untuk beriwisata ke tempat-tempat yang indah kapanpun Ia mau. Sehingga momen mereka untuk berwisata menjadi momen terinndah dalam hidup mereka yang wajib diabadikan melalui gambar foto maupun Video yang nantinya akan menjadi koleksi pribadi maupun di share melalui sosial media seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, YouTube dan lain-lain.
Facebook: Rant Guswandy - Share FB
Twitter: @gus_rant - Share Twitter
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H