Beberapa hari yang lalu, mbak Imah, asisten rumah tangga di rumah orang tua saya mohon pamit untuk pulang kampung. Oke saya pikir tidak ada masalah karena toh setiap H-10 sebelum Hari Raya Idul Fitri setiap tahunnya juga selalu pulang ke kampungnya di Brebes.
Namun, info tambahannya adalah mbak Imah tidak akan pulang lagi ke rumah karena akan menikah di kampung dan menetap di sana. Sedih rasanya, karena masakan-masakan mbak Imah merupakan masakan ala-ala warteg dan itu favorit saya hehehe.. (efek sejak kuliah dan kost, makannya ya di warteg langganan karena murah meriah plus bersih pula).
Kami sekeluarga telah menganggap mbak Imah sebagai bagian dari keluarga. Dan kami di rumahpun tetap bagi tugas. Bapak yang sudah pensiun bertugas menyapu halaman dan menyiram tanaman, ibu masih aktif bekerja di kantor jadi sesekali memasak dan berbelanja untuk kebutuhan di rumah, mbak Imah mencuci pakaian, menyetrika, memasak untuk makanan sehari-hari, membersihkan rumah, saya kebagian tugas menyapu, mengepel, mencuci piring. Kemudian adik saya yang sudah kuliah bertanggung jawab merapihkan kamarnya dan mencuci mobil.
Tidak terasa bahwa mbak Imah telah ikut dengan keluarga kami sejak tahun 2007 hingga tahun ini. 8 tahun termasuk waktu yang cukup lama. Beberapa tahun lalu mbak Imah juga pernah dua kali mengundurkan diri dengan mencoba kesempatan bekerja di tempat lain. Ternyata di tempat yang barunya tidak betah dan kembali lagi berkumpul dengan keluarga kami.
Banyak kerabat-kerabat yang ketika berkunjung ke rumah, selalu heran dan bertanya-tanya mengapa asisten kami selalu betah bersama dengan keluarga kami. Kami tidak pernah menyebut mbak Imah dengan panggilan pembantu karena menurut kami kata tersebut sangat kasar membuat seperti ada jarak antara pembantu dengan majikan. Kami tidak pernah merasa sebagai majikan yang harus mendapatkan service yang luar biasa dari asisten kami. Dengan kehadirannya pun kami sudah sangat terbantu dalam berbagai situasi apapun.
Ketika mbak Imah mohon pamit untuk tidak bisa lagi berkumpul bersama dengan kami, kami sekeluarga berbesar hati. Dan kami juga selalu mendoakan semoga mbak Imah senantiasa berbahagia. Terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan atas dedikasi dan kebersamaannya dengan keluarga kami selama ini.Â
Semoga segala persiapan pernikahannya dilancarkan ya mbak Imah..Amin..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H