Deseminasi dan penerapan dari Overseas Training di Indonesia
Ilmu-ilmu dan pengalaman-pengalaman baru yang saya peroleh harus saya deseminasikan ke teman sejawat setelah sampai di Indonesia. Alhamdulillah kemarin di MGMP guru IPA kota Mojokerto saya sampaikan beberapa pengalaman itu, meskipun belum semua, dan terus akan saya lakukan. Tidak tertutup di daerah dan kota/kab. lain. Itulah instruksi Bapak Dirjen Pembinaan SMP setelah kami semua di sambut ketika sekembali dari Malaysia.
Adapun untuk anak-anak didik saya yang ada di SMPN 2, sungguh sangat bermanfaat apa yang telah saya peroleh ketika anak didik saya mencoba menerapkan dan mencobanya. Selama ini dengan keterbatasan alat dan bahan untuk media pembelajaran sering kita hanya jelaskan "benda tersebut" secara abstrak.Â
Berbekal pengalaman workshop dengan Mr. Hideo Nakano pengajar kami dari Jepang yang mampu memanfaatkan bahan-bahan sederhana untuk media pembelajaran, penjelasan abstrak tersebut menjadi terwakili, siswa-siswa saya terlibat aktif dan mencoba ikut mengkreasi juga.
Sebagai contoh, saat materi pelajaran tentang berbagai macam sumber energi, sering kita menjelaskan hanya menyebut inilah macam-macam energi dan lain-lain. Dengan pemanfaatan barang sederhana, anak-anak didik saya merancang sebuah motor angin (Wind Car) yang digerakkan oleh baling-baling. Dari baling-baling yang diputar itu mobil angin yang mereka buat dapat bergerak melaju ke depan.Â
Mereka menjelaskan bagaimana proses kerja kincir dengan memanfaatkan energi angin. Sungguh pembelajaran yang sangat berharga menurut saya karena siswa-siswa saya tidak hanya sekedar menghafal materi pelajaran tentang energi angin, tetapi mampu membuat hipotesa, merancang eksperimen dan mengkomunikasikan hasil kreasi mereka dengan luar bisa.Â
Inilah sebenarnya menurut saya pembelajaran IPA yang di ajarkan secara tepat, Bahwa IPA atau Sains itu diajarkan seperti IPA itu di temukan yaitu dengan metode ilmiah yang di dalamnya berisi tentang hipotesis, eksperimen dan publikasi hasil penelitian. Dalam bahasa kurikulum 2013 itulah yang disebut sebagai pendekatan sains (Saintific Approach).
Semuanya mengarahkan kepada kemampuan berfikir tingkat tinggi (HOT=High Order Thinking). Namun demikian pembelajaran yang masih menuntut berfikir tingkat rendah tetap saya perhatikan. Seperti, memberikan materi pelajaran dengan pendekatan strategi mnemonik.
Mnenomik atau sering disebut sebagai jembatan keledai, merupakan cara efektif dalam menghafal materi pembelajaran yang bersifat deklaratif, berupa fakta dan definisi. Sebagai contoh kelainan tulang belakang ada 3 macam; skoliosis, kifosis, dan lordosis. Siswa sering terbalik dan salah dalam mendefinisikan masing-masing. Bila dibuat mnemonik akan menjadi mudah mengingatnya, yaitu Lo KedepanKi BungkukSoko Samping;
1. Lordosis merupakan kelainan tulang belakang yang membengkok ke depan.
2. Kifosis merupakan kelainan tulang belakang yang membengkok ke belakang (Bungkuk).
3. Skoliosis merupakan kelainan tulang yang menyebabkan tulang belakang membengkok ke samping kiri atau ke samping kanan.
Penguasaan Low Order Thinking (LOT) dirasa tetap penting, sebab untuk dapat berpikir dengan HOT harus didasari dengan kemampuan LOT. Dan Alhamdulillah, pengalaman-pengalaman yang saya dapat di Overseas Training Malaysia melengkapi kemampuan saya dalam mengajar dan memberikan pengalaman belajar yang baru, memberikan pembelajaran yang menyenangkan kepada anak didik, mensinergikan pola pengajaran klasikal yang berbasis LOT dengan pengajaran berbasis HOT, dengan harapan semoga semua itu bermanfaat terus menerus demi kemajuan pendidikan yang ada di Indonesia. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H