Mohon tunggu...
Nono Purnomo
Nono Purnomo Mohon Tunggu... Guru - mandiri

Belajar memahami dan merasakan ....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Masih Tentang “Pemaknaan“ dalam Materi Pembelajaran

26 April 2015   23:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memberikan makna pada suatu kejadian, proses atau gambar yang menghubungkannya dengan karakter positif menjadi dasar utama, ketika kita akan melakukan pemaknaan dalam proses pembelajaran untuk disampaikan pada peserta didik. Hal ini penting sebab tujuan pemaknaan terhadap materi pelajaran adalah mencari sisi positif yang dapat diambil hikmah untuk diteladani dan direplikasi ulang oleh peserta didik dalam tindakan nyata di dalam lingkungannya.

Pada tulisan ini, saya masih konsisten untuk memberikan contoh beberapa materi pelajaran yang dapat digunakan dalam pemaknaan.

Tentang Perkecambahan Biji

Perkecambahan dapat di definisikan munculnya tanaman baru dari dalam biji. Kita mengenalnya dengan Kecambah!!!  Pada materi ini kita dapat menanamkan karakter menghormati orang tua oleh siswa kita dengan memaknai kecambah!

Biji yang telah melakukan imbibisi, akan memecah cadangan makanannya  dengan hormon giberelin sehingga muncullah tanaman baru yang masih belum sempurna yang kita sebut sebagai kecambah. Kecambah yang tumbuh ini memiliki bagian-bagian: 1). Akar, 2). Kotiledon (cadangan Makanan), 3). plumula (bakal daun).

Sebelum mampu berfotosintesis, segala suplai makanan kecambah berasal dari kotiledon. Seiring dengan perjalanan waktu, kecambah yang tumbuh menjadi tanaman mulai dapat berfotosintesis dengan daun-daunnya yang berwarna hijau, dan di sisi lain kotiledon akan jatuh gugur ke tanah.

Kita dapat memaknainya kejadian ini ke anak didik kita; Bahwa kehidupan yang dijalani bersama dengan kedua orang tua kita, ibarat pertumbuhan kecambah tadi. ORANG TUA kita senantiasa dan terus menerus mensuplai  kehidupan baik secara materi maupun batiniah (kasih sayang) seperti kotiledon yang tak henti-hentinya memberikan cadangan makanannya untuk pertumbuhan kecambah!!!

Begitu tumbuhan sudah dapat berfotosintesis, gugurlah kotiledon yang selama ini dengan setia menemaninya. Dan pada kehidupan kita yang nyata, orang tua - orang tua kita dengan ikhlas "melepas" anak-anaknya yang mulai mandiri untuk meneruskan kehidupannya. Tanpa pamrih ingin mendapat balasan materi dari anak-anaknya, bahkan tidak sedikit yang gugur ketika memperjuangkan kehidupan TERBAIK buat anak-anak tercintanya.

Pemaknaan yang dapat diambil:

1. Bagi kita orang tua; mari kita tak henti-hentinya memberikan pelayanan yang terbaik bagi putera - puteri kita untuk meraih kehidupan yang baik, agar mereka menjadi anak-anak yang hebat dan mandiri dalam mengarungi kehidupan ini! (seperti kotiledon).

2. Bagi kita anak (Murid) : Marilah kita menghormati, menyayangi dan Taat kepada orang tua yang telah dengan ikhlas berkorban untuk kita agar menjadi anak2 yang berhasil dan berguna serta bermanfaat untuk orang lain!!!

Menjadi orang tua yang baik seperti kotiledon dan menjadi anak-anak yang baik dengan menghormati perjuangan orang tua kita!!!

Dominasi Puncak  pada pembentukan  tunas tumbuhan

Bagi yang pernah belajar biologi waktu SMA, pasti mengenal hormon auksin. Hormon yang mampu memberikan dominansi apikal. Artinya tanaman akan terus tumbuh di bagian ujungnya, menjadi semakin tinggi dan tinggi. Keberadaan hormon auksin membuat tanaman menjulang sangat tinggi inilah yang di kenal dengan dominansi pucuk (apikal). Nah apabila bagian ujung tanaman ini di pangkas atau dipotong maka dominansi apikal akan terhenti. Hal ini terjadi karena  hormon auksin yang di produksi pada bagian apikal peranannya terhenti pula. Namun dampak positifnya munculah tunas-tunas aksiler. Tunas aksiler akan tumbuh menjadi bagian tanaman yang tumbuh ke samping. Demikian terus muncul banyak tunas-tunas aksiler.

Pemaknaan yang dapat di ambil dari peristiwa ini adalah kita dapat sampaikan kepada anak didik bahwa  pemotongan bagian tunas apikal tadi seperti kita memberikan sebagian harta benda untuk kita sedekahkan. Sedekah yang kita berikan tidak menjadikan kita miskin. Selain mensucikan harta benda, sedekah malah dapat membuat kita “kaya” (InsyaAllah), seperti di contohkan pada tanaman di atas dengan banyak muncul tunas-tunas aksiler. Maka mengapa kita masih ragu untuk bersedekah??? Ucapan semangat yang dapat kita sampaikan ke anak didik kita dengan penuh keyakinan.

Selain tentang perkecambahan dan dominansi apikal,  masih banyak yang dapat kita berikan pemaknaan terhadap berbagai materi yang ada. Antara lain; a).Buah Padi; Karakter semakin berisi semakin tunduk, b). Magnet; Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, c). Kehidupan sosial pada rayap; Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Meskipun buta rayap pekerja memberi dan melayani tidak meminta dan dilayani.

Sekarang saatnya teman-teman seperjuangan, para pendidik yang terhormat mari mencoba memberikan pemaknaan terhadap materi pelajaran yang anda ajarkan dengan nilai-nilai karakter positif, agar anak didik kita semakin peka terhadap nilai-nilai positif dan pada akhirnya memiliki karakter positif. Selamat mencoba, dan beri sentuhan anak didik kita dengan karakter positif!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun