Mohon tunggu...
Ranny Emilia
Ranny Emilia Mohon Tunggu... -

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mau Dibawa ke Mana Relawan Politik Kita?

23 Maret 2016   07:54 Diperbarui: 23 Maret 2016   12:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Status Politik


Usaha relawan politik bisa terorganisir bisa juga tidak. Biasanya diawali oleh beberapa orang sebagai tim intinya. Orang-orang ini sekaligus berfungsi sebagai inisiator, motivator sekaligus koordinator untuk memperbesar barisan relawan. Ada juga kelompok relawan politik yang membentuk sebuah organisasi, lalu mendaftarkan dirinya ke pemerintah untuk mendapatkan status legal formal. Untuk relawan politik yang semacam ini mereka bisa melakukan kerjasama kelembagaan secara terbuka dengan pihak lain dan bisa diaudit. Namun hal ini dapat dilakukan atau tidak dilakukan oleh suatu kelompok relawan politik. Jenis organisasi relawan politik sifatnya berbeda dengan lembaga swadaya masyarakat atau organisasi kemasyarakatan pada umumnya. Mereka hanya ramai dalam masa-masa pemilihan umum, ketika iklim politik sedang naik, setelah pemilu usai umumnya membubarkan diri. Tidak setiap hari organisasi relawan politik hadir dalam sebuah sistem politik.


Sebaliknya politisi apakah itu yang memakai jalur perorangan atau partai politik cendrung memposisikan relawan politik hanya penting dan memiliki manfaat dalam masa-masa pemilihan. Jarang terlihat kandidat yang berusaha menjadikan kelompok relawannya sebagai sebagai sarana pendidikan politik yang stabil, agar orang-orang yang tadinya “awam” dengan dunia politik menjadi terbiasa terlibat dengan bentuk-bentuk partisipasi yang bertanggungjawab. Kebanyakan kandidat tidak bermaksud untuk merawat hubungan dengan relawannya setelah pemilihan usai, kecuali terhadap beberapa orang saja yang memiliki potensi bisa mengancam kekuasaannya. Maka tidak jarang hubungan kandidat dan relawan bisa berubah menjadi lawan ketika pemilu usai. Entah karena kandidat yang didukung tidak menepati janji politiknya atau karena kecewa karena ambisi pribadinya tidak terpenuhi.


Produktif atau kontra produktif?


Sudah banyak kasus suatu kelompok relawan yang berkembang menjadi kelompok “perusuh,” yang mengarahkan konflik-konflik yang rawan dalam masyarakat, dengan memunculkan sentiment agama, ras, atau etnik yang dijalankan dengan terknik-teknik provokatif. Bagaimana mereka bisa menjadi seperti itu? Hal ini karena produk relawan politik bukan hanya bertambahnya dukungan suara untuk seorang kandidat. Sukses relawan juga diukur dari keberhasilannya membuat citra dan dukungan kepada lawan politik merosot. Kerja-kerja semacam ini dilakukan dengan berbagai macam taktik, bermacam-macam sarana publik, dan melibatkan banyak sekali orang. Pada saat yang sama tak ada aturan hukum yang membatasi aksi-aksi relawan politik.


Di negara yang belum memiliki aturan hukum untuk relawan politik akan sulit untuk menilai pergerakan dan tindakan relawan politik, karena tidak ada acuannya. Disinilah relawan politik bisa mengambil keuntungan dari beberapa hak warga sipil, khususnya negara yang memakai sistem liberal, berupa kebebasan dan hak asasi manusia. Jika terjadi hal-hal yang tidak terduga, yang menimbulkan kekacauan dalam masyarakat, atau diduga melanggar hukum, maka hukum yang lain yang dipakai untuk menjerat dan hukum yang lain juga bisa dipakai untuk melindunginya. Hak-hak istimewa sangat mungkin diperoleh untuk relawan politik yang di “back up” oleh orang-orang kuat yang ada di belakang layar.


Jenjang Karier Relawan


Tim inti dalam kelompok relawan politik merupakan orang-orang yang sudah terlatih atau sengaja dilatih untuk menjalankan peran tersebut. Mereka terdiri dari orang-orang terdidik, memiliki jaringan-jaringan di masyarakat, bisa mengakses media massa dan media sosial. Sebelum pemilihan digelar  mereka biasanya bertugas untuk memasarkan kelebihan dan keunggulan kandidat melalui saran-sarana komunikasi publik, yang sudah disiapkan sedemikian rupa agar kandidatnya tampak sangat berkemampuan dan dekat dengan keinginan para pemilih. Dalam menjalankan tugas ini individu-individunya sekaligus juga bisa memasarkan dirinya agar menjadi lebih terkenal di masyarakat.


Bukan mustahil seseorang yang tadinya “nobody” kemudian kerja-kerja relawan politik memberikan kepadanya status baru, sebagai politisi muda atau pengusaha baru, atau pemimpin komunitas. Status barunya ini memberi peluang baginya untuk terus naik bila kandidat yang didukung memenangkan pemilihan. Inilah yang membuat relawan politik menjadi sesuatu yang menggiurkan untuk orang-orang muda yang belum mapan dari segi ekonomi, pekerjaan maupun orientasi hidup. Kadang karena ambisi pribadi yang tak terbendung, pemujaan yang berlebihan kepada kandidat ditunjukan, nyaris dogmatik dan melibatkan teknik-teknik yang kasar. Hal semacam ini dilakukan bukan karena kecintaan kepada kandidat, melainkan hasrat yang kuat untuk ikut terangkat dari kemenangan sang kandidat.


Jadi memang benar pada diri relawan politik ada peluang yang luar biasa besar untuk bisa naik dari segi bisnis, kekuasaan politik maupun pengaruh sosial. Sudah banyak kasus orang yang karier politiknya tiba-tiba melesat tinggi setelah aktif menjadi relawan dari seorang calon kepala pemerintahan yang menang dalam pemilihan. Namun tidak sembarang relawan politik yang bisa bertemu dengan keberuntungan semacam itu.


No pain, No brain, No gain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun