Mohon tunggu...
Ranna Babel
Ranna Babel Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Hy

Anak Pend. IT yang merangkap suka Sastra, Seni dan Nicholas Saputra.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ingin Punya Pasangan Cakep demi Memperbaiki Keturunan

24 Desember 2021   01:36 Diperbarui: 24 Desember 2021   03:37 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Tadi liat interview Gaga Muhammad yang merupakan selebgram "ganteng" kontroversial yang selalu diterpa isu negatif. Dalam interviewnya gaga mengaku bahwa dalam memilih pasangan, melihat fisik itu penting karena akan memperbaiki keturunan. 

Sebenarnya tidak yang salah dari referensinya dalam memilih pasangan itu, cuma kalimat "nyari yang cakep untuk memperbeiki keturunan" cuma bagi saya pribadi, ini agak meresahkan karena ada kemungkinan dampak kurang baiknya dari menikah yang berlandaskan keyakinan itu.

Sebelum menganalisa dampak jangka panjang dari kutipan tersebut, saya ingin menegaskan bahwa saya sangat tidak ada masalah dengan orang yang berparas menarik, sebagai perempuan, saya pun mendamba menjadi cantik, putih mulus tanpa noda setitik pun. 

Karena saya percaya menjadi cantik ditambah ilmu yang banyak, akan membuat hidup jauh lebih mudah. Teman-teman saya pun adalah kebanyakan cantik, jadi landasan argumen ini bukan karena ketidaksukaan saya dengan orang cakep. haha

Sudah sering mendengar interview atau argumen sejenis ini, yang menegaskan bahwa alasan ingin menikah dengan pasangan yang dipilih yaitu "untuk memperbeiki keturunan". Jarang sekali saya mendengar seseorang nyari pasangan dengan alasam agar bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak-anaknya, memilih si dia sebagai pasangan karena ingin melahirkan anak yang cerdas dan berguna untuk lingkungannya. 

Memilih menikah karena alasan utamanya karena ingin"memperbeiki keturunan"adalah alasan paling konyol yang pernah saya dengar, terlalu mendewakan rupa sehingga lupa, keharmonisan dalam rumah tangga parameternya bukan "anak yang gud looking".

Jelas orang tua bahagia jika memiliki anak yang wajahnya indah, tetapi apa esensi memiliki anak yang cantik/ganteng jika orang tuanya tidak mampu menjadi contoh yang baik untuk anak cantiknya itu? Tidak mampu membuat anaknya menjadi manusia yang punya jiwa kemanusiaan? Apa esensi dari rupa yang menarik, kalau dalam realitanya, tidak ada teman yang nyaman berinteraksi dengan si anak cantik dan ganteng tersebut?

Kita ambil contoh Gaga Muhammad yang saya sebut di pembuka tulisan ini, anak itu ganteng, digemari banyak wanita karena rupanya, tetapi makin kesini karakter aslinya mulai di baca publik, karakter yang sering memeras, tidak bertanggung jawab, angkuh dan sekarang lagi berjuang di pengadilan akibat masalah yang dibuatnya. 

Karakter gaga ini jelas tidak serta merta terbentuk, ada peran besar orang tua-nya dalam mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan. Mungkin dulu, orang tua gaga juga alasannya dalam menikah karena pertimbangan fisik semata, ingin memperbeiki keturunan. Iya terwujud, keturnannya bagus dari segi fisik, tetapi sayang, karena sifatnya sekarang, Gaga malah menghancurkan citra orang tuanya. Lalu, sekali lagi, jika sudah begini, apakah punya keturunan yang rupawan masih begitu urgen?

Saya sebagai penulis artikel ini, juga bukanlah manusia yang baik pribadinya sehingga kayaknya lantang banget menyuarakan kebaikan, masih banyak yang minus juga di saya, tetapi untuk kalimat "ingin menikah karena memperbeiki keturunan" benar-benar mengusik pikiran. Resah dan gelisah Wkwk.

Output dari alasan ingin menikah untuk memperbaiki keturunan adalah berpotensi anaknya tumbuh menjadi yang buruk perilaku dan hatinya. Karena tipe orang tua ini berpikir tugasnya hanya membuat dan melahirkan anak yang gud looking, sehingga setelah anaknya lahir, malah abai terhadap mendidik dan mencontohi anak-anaknya kemudian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun