Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan mental, akhir-akhir ini istilah inner child kian populer. Menurut Herawati dan Kamisah (2019), inner child merupakan bagian dari diri seseorang yang dihasilkan dari suatu pengalaman saat masih kecil yang berdampak pada kehidupan sekarang. Inner child terbentuk dari perasaan atau emosi dalam jiwa anak yang sedang bertumbuh yang akan membentuk mental dan kepribadiannya. Jika anak mendapatkan perilaku yang baik dari lingkungannya, maka jiwa dan kepribadiannya akan terpenuhi. Sebaliknya, jika anak mendapatkan pola asuh yang buruk dari lingkungannya maka akan timbul kekurangan rasa jiwa dan kepribadian.
 Seseorang yang inner childnya terluka akan menunjukkan masalah dengan kepercayaan, keintiman, perilaku adiktif dan kompulsif, serta hubungan saling ketergantungan. Akibatnya, banyak dari mereka yang tidak memiliki bonding dengan orang tua yang kuat. Trauma pada masa kecilnya membawa seseorang pada implementasi perilaku yang seringkali mereka tidak percaya diri, anti kritik, mudah tersinggung, mudah marah, takut disakiti orang lain, khawatir, cemas, dan merasa tidak aman. Perilaku-perilaku tersebut adalah bentuk pertahanan diri dari ‘bahaya’ yang diciptakan oleh lingkungan sebagai bentuk manifestasi pola asuh yang didapatkan semasa kecil.Â
 Inner child mempengaruhi kehidupan dalam berbagai aspek, seperti cara berkomunikasi, cara menghadapi konflik, cara merespon suatu kejadian, cara berinteraksi sosial, dan banyak hal lain. Jika semua aspek yang membentuk inner child seseorang itu kebanyakan baik, maka dia akan bisa membawa dirinya menjadi pribadi yang lebih baik lagi saat dewasa. Namun, jika kebanyakan aspek yang membentuk inner child itu tidak baik, maka seseorang akan membawa hal yang bisa saja kurang baik di kehidupan dewasanya nanti.Â
Bagaimana cara berdamai dengan inner child yang terluka ini?Â
Berdamai bukan berarti membuang semua pengalaman buruk yang dialami dan tidak menerima keberadaannya. Berdamai justru menyadari dan menerima bahwa kita terhubung dengan sosok inner child yang kita miliki.Â
 Peluklah diri sendiri dan ajaklah untuk berbicara. Sambil memeluk diri, lakukan teknik watering flower. Dalam teknik ini terdapat 2 sosok yang berbicara, versi dewasa dan versi anak-anak. Versi dewasa akan menanyakan apa yang membuat sosok inner child sedih dan marah, versi anak anak akan mer-recall masa lalu yang menyakitkan, lalu versi dewasa memberi pandangan terhadap luka tersebut, menyiramnya dengan segala hal yang telah terlewati dengan baik.
Semua akan baik-baik saja.
We can do it.
Tenang ya? Ikuti alurnya
Yuk, mencintai dan dicintai
Mencintai diri sendiri, mencintai orang sekitar, dan dicintai oleh mereka