Mohon tunggu...
Rani Yulianty
Rani Yulianty Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Moms two kids

Blogger, penulis buku cerita anak, pebisnis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saatnya Bisnis Cantik Lancar dengan Non Tunai

28 Mei 2015   12:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:30 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Saat menggesek kartu kredit, tidak akan merasa bersalah. Berbeda dengan menggunakan uang tunai yang akan menimbulkan perasaan bersalah setelah uang tunai di dompet berkurang,

Kalimat di atas saya baca di salah satu artikel yang diposting di internet yang menjelaskan bagaimana pengaruh kartu kredit dalam kehidupan keseharian masyarakat saat ini. Begitu pun, saat searching di internet dengan keyword kartu kredit, banyak keluar artikel yang bernada negatif mengenai kartu kredit. Hal itu dikarenakan banyak orang yang mengalami pengalaman buruk mengenai kartu kredit. Berbagai macam cerita dilontarkan, mulai dari bunga kartu kredit yang terus membengkak, tagihan yang tidak lunas-lunas, bahkan kisah seram didatangi debt collector yang tidak segan menggunakan kekerasan. Iih.. mengerikan, ya.

Jujur, saya pengguna kartu kredit dan kartu-kartu nontunai lainnya. Awalnya, saya iseng aja mengajukan aplikasi kartu kredit karena ditawari seorang teman. Coba, aja. Pikir saya. Setelah beberapa tahun menggunakan kartu kredit dari beberapa bank, saya menjadi mulai mengerti cara kerja kartu kredit, dan kartu kredit bisa sangat membantu seseorang yang sedang merintis bisnis seperti saya, asalkan tahu bagaimana cara menggunakannya.

Awalnya, saya menggunakan kartu kredit hanya untuk keperluan pribadi. Misalnya, saat jalan-jalan, eh kepengen beliin baju buat suami, ya tinggal gesek aja. Memang benar, menggunakan kartu kredit membuat saya tidak sadar bahwa saya telah berhutang untuk berbelanja. Kemudian, saya sadar, kartu kredit ini bagaikan pisau tajam yang harus bisa kita gunakan dengan bijak. Jika kita tidak menggunakan dengan bijak maka akibatnya kita akan terlilit hutang, jika kita bisa menggunakan dengan baik, akan sangat membantu mengatur keuangan kita.

Akhir tahun 2013, saya mulai merintis bisnis cantik. Kenapa saya sebut bisnis cantik? Karena bisnis yang saya mulai itu merupakan bisnis jualan produk-produk kecantikan. Bisnis yang memang perempuan banget. Nah, saya memulai bisnis ini dengan tanpa modal. Lho, kok, bisa? Hehehe…bukan tanpa modal, sih, tapi modal kecil dari menyisihkan uang belanja sehari-hari. Bisnis yang dimulai dengan uang Rp 200.000, untuk membeli produk kemudian dijual dan uang hasil penjualan diputar kembali untuk belanja lagi, begitu seterusnya. Alhamdulillah, bisnis yang dimulai dengan modal minim ini sudah saya jalankan selama hampir dua tahun dan menunjukkan perkembangan.

[caption id="attachment_386005" align="alignnone" width="470" caption="#Pesanan siap dikirim dengan transaksi nontunai"][/caption]

Dalam perjalanan bisnis ini,ada saat-saatnya, saya menerima pesanan dari konsumen, sementara saya tidak memiliki uang untuk belanja karena uang modal masih ada di luar. Untungnya, saya sudah memiliki kartu kredit, sehingga saya bisa menggunakan kartu kredit terlebih dahulu untuk belanja pesanan dengan komitmen jika barang sudah terjual, saya langsung bayar tagihan kartu kreditnya. Di saat itulah, saya merasa dimudahkan dengan transaksi nontunai.Saya merasakan, transaksi nontunai lebih prakris, efisien karena saya tidak harus membawa-bawa uang tunai saat harus belanja pesanan barang. Membawa-bawa uang tunai pergi dengan jumlah yang cukup banyak tentunya berisiko juga atas keselamatan diri kita.

Seiring dengan perkembangan bisnis, saya pun ingin mengembangkan bisnis saya dengan menggunakan iklan di salah satu media sosial paling favorit di Indonesia. Nah, banyak teman saya yang terkendala pasang iklan karena tidak memiliki kartu kredit karena ternyata untuk memasang iklan di sosial media tersebut memang harus menggunakan transaksi nontunai seperti kartu kredit dan atau akun paypal. Alhamdulillah, dengan memiliki kartu kredit, saya jadi dimudahkan untuk memasang iklan di sosial media tersebut.

Untuk bertransaksi dengan konsumen pun saya sudah jarang menerima uang tunai dari konsumen. Saya menjalankan bisnis secara online, jadi konsumen pesan barang, saya terima pembayaran melalui rekening bank, kemudian barang pun dikirim. Dengan transaksi seperti itu, saya mendapatkan kemudahan untuk mendapat catatan transaksi saya dengan konsumen. Saya tidak harus mencatat satu per satu uang yang masuk dari konsumen karena saya sudah mendapat catatannya dari bank.

[caption id="attachment_386006" align="alignnone" width="470" caption="Suami pengguna e-money, memudahkan perjalanannya ke luar kota"]

14327923871278274258
14327923871278274258
[/caption]

Selain saya, suami juga sudah menggunakan produk nontunai yang berupa uang elektronik yaitu e-money. Menurut suami, saat perjalanan ke luar kota untuk urusan pekerjaan sangat terbantu dengan adanya e-money. Uang elektronik tersebut digunakan saat bertransaksi di jalan tol. Suami tidak harus lama mengeluarkan uang saat harus membayar uang tol, cukup menempelkan e-money ke mesin yang sudah disediakan di pintu tol. Sangat praktis dan tidak membuat antrean panjang di pintu tol. Suami tidak harus mengeluarkan uang dan menunggu uang kembalian yang kadang menghabiskan waktu lumayan lama.

Kemudian, saya mendapat informasi bahwa saat ini Bank Indonesia sedang menggalakan Gerakan Nasional Non Tunai. Waah, tentu saja saya tertarik dengan gerakan tersebut karena selama ini saya memiliki pengalaman transaksi nontunai. Ternyata, Bank Indonesia memang sedang menggalakan program mendorong masyarakat untuk menggunakan alat transaksi nontunai seperti kartu kredit/debit dan uang elektronik pada saat belanja ataupun melakukan transaksi lewat mesin ATM. Hal itu dikarenakan beberapa keuntungan transaksi nontunai di antaranya transaksi nontunai lebih praktis, efisien, mudah, bahkan mendukung perekonomian melalui peningkatan kecepatan peredaran uang. Selain itu, ternyata ada beberapa kelemahan dalam transaksi uang tunai, di antaranya; (1) biaya yang besar dalam pengelolaan uang rupian (waaah, baru tahu kalau pemerintah mengeluarkan biaya besar untuk mengelola uang tunai), (2) kerepotan bertransaksi, dan (2) tidak tercatatnya transaksi (saya setuju).

Namun, ternyata menurut data di Bank Indonesia, transaksi nontunai di Indonesia masih sangat rendah. Padahal Gerakan Nasional Non-Tunai sendiri sudah dicanangkan sejak 14 Agustus 2014. Sementara, kenyataannya, uang tunai masih mendominasi transaksi ritel. Padahal, menurut perhitungan pemerintah, transaksi uang tunai memiliki banyak kelemahan. Oleh karena itu, pemerintah terus memperbaiki layanan transaksi nontunai untuk memudahkan masyarakat menggunakan transaksi nontunai. Program-program yang digalakan pemerintah di antaranya kewajiban penggunaan uang elektronik untuk transportasi umum seperti Transjakarta dan KCJ. Ada juga program bantuan pemerintah secara nontunai seperti BSM, PKH, dan BPJS. Lembaga pemerintah juga menggunakan pembayaran nontunai untuk PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak).

Selain program-program tersebut, pemerintah juga terus melakukan upaya dengan memperbaiki fasilitas infrastruktur untuk memperlancar layanan nontunai. Pemerintah melakukan peningkatan instrumendan infrastruktur berupa standardisasi instrument dan infrastruktur, interkoneksi pinsipal ATM/Debit. Serta kewajinan peningkatan keamanan chip, PIN, OTP, PCI-DSS. Pemerintah juga melakukan upaya ke depan berupa dorongan agar kartu dari berbagai penerbit dapat diterima/dibaca oleh penerbit lain. Dikembangkannya standar nontunai. Dilakukan koordinasi untuk penyediaan sarana pendukung seperti mesin ATM, mesin EDC, dll. Dilakukannya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat secara luas melalui media cetak dan elektronik.

Saya sebagai anggota masyarakat yang sudah merasakan manfaat menggunakan transaksi nontunai mendukung gerakan pemerintah ini. Menurut pengalaman saya, transaksi nontunai memiliki banyak keuntungan yang memperlancar bisnis saya sehingga dapat meningkatkan perekonomian rumah tangga. Saya jadi berpikir bahwa penggunaan transaksi nontunai ini juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat secara umum karena akan lebih mudahnya transaksi dilakukan. Saya berharap, program GNTT ini bisa berjalan lancar dan terus dikembangkan program-program yang dapat mengedukasi masyarakat mengenai keuntungan transaksi nontunai.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun