Mohon tunggu...
Rani R Tyas
Rani R Tyas Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mengaduk Perasaan Bersama Senja

Mamah Blogger pecinta drama Korea

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuikhlaskan Kau dengan Alhamdulillah

19 Februari 2020   13:01 Diperbarui: 19 Februari 2020   13:16 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesibukan kami di semester akhir menjadikan kami sibuk dengan masing-masing kegiatan. Juga dengan kehidupan masing-masing.

Betapa lugunya aku saat itu. Aku terlalu percaya padanya. Aku jadi jarang menghubunginya karena aku khawatir akan mengganggu kuliahnya. Tanpa aku sadari, Amik telah jatuh cinta lagi dengan perempuan lain. Perempuan dari satu jurusan yang sama denganku. Meski tidak sekelas, tapi aku mengenal perempuan ini. Kebetulan dia adalah sahabatnya temanku. Hampir semua satu jurusan mengenalnya, karena selain cantik, memang dia pintar.

Bahkan mungkin Amik telah menceritakan perihal aku pada perempuan ini. Aku selalu disapa dengan hangat dan seolah-olah dia ikut mengganggapku sebagai adik kecil. Hadirnya Facebook kala itu, membuat hatiku semakin remuk kala melihat mereka saling berbalas komentar dengan mesra.

Aku memutuskan mundur dari dunia persilatan.

Rasanya ingin berteriak seperti BCL, "Ku ingin marah, dengan siapa? Tapi ku sendiri di sini."

Sial! Lagu itu muncul pas bertepatan dengan apa yang kurasakan saat itu.

Aku berusaha menyibukkan diri dengan pekerjaan. Berusaha tertawa lepas dengan sahabat-sahabat yang aku punya. Malangnya, tawaku terasa begitu hambar. Aku tetap merasakan kekosongan dalam waktu yang cukup lama.

Dia ingin Berbagi denganku

Dalam perjalanan pulang, aku menerima sebuah SMS. Bukan lagi dari Amik. Melainkan dari perempuan yang kini disayangi Amik. Dia dengan jujur mengatakan bahwa dia dan aku menyayangi orang yang sama. Dia bertanya, oh tidak maksudku menawarkan opsi, bagaimana jika kami sebaiknya berbagi suami.

Hatiku saat itu juga, seperti piring yang terjatuh pecah dan berderai-derai.

Mengapa perempuan ini, sampai dengan ikhlas ingin berbagi calon suaminya untukku. Dia sudah gila! Oh tidak, mungkin aku yang gila! Saat itulah aku merasa terlempar ke lorong waktu yang panjang dan kelam. Aku melihat bayangan Fahri, Aisha dan Maria dalam film Ayat-Ayat Cinta pertama. Sayangnya, aku tidak melihat keberadaanku sebagai Aisha. Akulah yang menjadi Maria. Akulah yang merusak kebahagiaan mereka.

Tidak. Aku tidak ingin benar-benar menjadi Maria. Saat itulah aku segera berpikir aku harus benar-benar melepaskannya untuk bersama yang lebih baik dariku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun