Perempuan bekerja bukanlah hal yang tabu di masa sekarang. Masih banyak perempuan yang tetap bekerja, bahkan mengejar karir walaupun sudah menikah. Ada juga yang memang bekerja karena kebutuhan, mungkin Ia merupakan single parent, misalnya.Â
Masih banyak alasan lain yang membuat seorang perempuan yang sudah menikah tetap harus bekerja, bahkan ketika sudah punya anak sekalipun. Alasan-alasan tersebut hanya perlu dimaklumi, tanpa judgement.
Tentunya, sebelum anak lahir, para perempuan mengalami fase kehamilan. Perempuan yang bekerja dan sedang hamil, seringkali mendapatkan perhatian lebih dari orang sekitar. Mengapa begitu? Karena perempuan hamil tanpa bekerja saja, banyak hal yang harus diperhatikan, apalagi kalau bekerja.
Kehamilan yang dirasakan setiap perempuan beraneka ragam dan tidak bisa dipukul rata. Ada yang sejak trimester 1, kehamilannya rentan, mudah mual, dan banyak keluhan lainnya.Â
Artinya, ibu hamil satu ini sangat butuh pengertian, bukan berarti yang lain tidak, ya. Tetapi calon ibu dengan kehamilan rentan, harus ekstra menjaga janinnya supaya tetap sehat. Banyak hal yang harus dihindari dan banyak juga hal yang harus dilakukan supaya janinnya tetap aman.
Ada juga yang biasa disebut dengan hamil kebo, yaitu ibu hamil yang tidak mengalami keluhan sebanyak calon ibu dengan kehamilan rentan. Biasanya, calon ibu dengan kehamilan kebo ini masih bisa agak leluasa dalam melakukan banyak hal. Makan pun biasanya juga lebih mudah karena tidak terlalu mual.
Calon ibu yang bekerja atau biasa disebut working mom, tentu saja melalui banyak tantangan selama hamil. Ada yang bekerja di dalam ruangan saja, ada yang bekerja di lapangan, ada juga yang kombinasi keduanya.Â
Selama hamil, calon ibu dituntut untuk tetap fokus pada kesehatannya dan calon buah hati. Beberapa pantangan, seperti jangan terlalu lama di satu posisi, misal duduk terlalu lama tidak disarankan. Maka, calon ibu yang bekerja penuh waktu di balik meja kantor, harus memutar otak agar tetap bisa melakukan stretching.
Sedangkan calon ibu yang bekerja di lapangan, biasanya lebih berat. Karena akan banyak aktivitas berat yang harus dilakukan, belum lagi kondisi lapangan yang tidak menentu.Â
Maka, calon ibu lagi-lagi harus memutar otak supaya tetap bisa menjaga kesehatan dan keamanan dirinya dan janin. Memakai baju yang nyaman, memakai alat pelindung dengan disiplin dan beristirahat ketika tubuh sudah mulai teriak kelelahan.
Selain itu, calon ibu juga harus memikirkan hal-hal yang harus dilakukan setelah melahirkan nanti. Bagaimana nasib sang buah hati ketika sang ibu harus bekerja di kantor nanti? Siapa yang akan menjaga sang buah hati selama jam kerja? Apalagi bila calon ibu bekerja juga untuk membantu perekonomian keluarga, harus juga memikirkan biaya persalinan dan biaya untuk kebutuhan sang buah hati.
Padahal, bekerja di kantor saja rasanya sudah lelah, tetapi masih harus memutar otak untuk pikiran-pikiran yang lainnya. Berusaha tetap profesional supaya rekan kerja juga tidak terbebani dan atasan pun juga tidak mengusik dengan banyak kritik.Â
Jangan sampai ada ucapan: "Mentang-mentang hamil ya", karena pasti ibu hamil pun sangat sensitif tanpa ucapan sarkas tersebut. Harus tetap bekerja semaksimal mungkin walau rasa nyeri terasa, rasa mual muncul, ataupun rasa lelah padahal belum waktunya pulang kerja.
Walaupun patriarki tidak sekental jaman dulu di beberapa tempat, tetapi tetap saja peran ibu sekalipun bekerja untuk keluarga, tetap dituntut untuk bisa sempurna dalam pengasuhan anak seolah-olah itu murni hanya tanggung jawab ibu saja. Sedih rasanya.Â
Tapi kita pun tidak boleh menutup mata, masih banyak ayah yang juga memberikan kontribusinya dengan baik dalam pengasuhan anak. Sudahlah, jangan tambah beban ibu hamil, baik yang bekerja maupun tidak. Mereka butuh support sebanyak-banyaknya agar dirinya dan janin sehat lahir batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H