Masihkah ingat bagaimana ketakutan masyarakat saat hendak melangkahkan kaki di tahun 2023? Begitu banyak media-media menayangkan isue resesi global bahkan tidak dapat dipungkiri ketakutan tersebut semakin terasa nyata ketika mendengar PHK karyawan secara besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan terkemuka.
Hal tersebut seharusnya tidak lagi perlu menghantui kita, sebab isu resesi telah lama diberitakan dan sejarah menuliskan bahwa suatu disrupsi adalah peluang besar.Â
Disrupsi lebih dari sekadar renovasi yang berfokus pada perbaikan-perbaikan kecil melainkan suatu inovasi yang bersifat radikal. Disrupsi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat saat ini, khususnya di masa pandemi akan membawa perubahan yang radikal dengan memunculkan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya.
Bayangkan jika seorang pengusaha warung kopi yang sangat terkenal mengeluh jika penghasilannya di masa pandemi berkurang begitu drastis. Apakah hal ini menunjukkan bahwa jumlah penikmat kopi juga berkurang? Saya yakin sesekali tidak.Â
Pada kondisi ini, usaha terbaik yang dapat dilakukan oleh pengusaha tersebut bukanlah menambahkan dekorasi atau lampu berwaran di sudut warung kopinya, akan tetapi ia perlu melakukan perombakan besar-besaran dengan mengubah caranya dalam berjualan.Â
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah mengubah warung kopinya menjadi warung kopi digital, dengan demikian penikmat kopi menjadi tetap terhubung dengan aroma kopi yang disuguuhkan barista. Bukan saja penikmat kopi yang biasa berkunjung ke warung kopinya melainkan mampu menjangkau penikmat kopi lainnya hingga ke sudut-sudut kota.
Kisah pengusaha kopi tersebut menjadi satu contoh untuk bisa memahami bahwa disrupsi adalah peluang untuk meroket berkali-kali lipat. Hal penting yang perlu dipelajari oleh manusia untuk bisa menemukan peluang di tengah-tengah disrupsi dan krisis adalah menjadi manusia kreatif dan adaptif. Seorang yang adaptif akan menemukan solusi atas masalah yang sedang di hadapi.
Pandemi Covid-19 yang berawal di tahun 2019 telah merubah susunan kehidupan dalam masyarakat. Pandemi Covid-19 telah membuat kita menjadi orang yang lebih peduli terhadap lingkungan dan sesama. Jika kembali memikirkan kondisi pandemi, maka yang saya ingat adalah kita diwajibkan memakai masker dan mencuci tangan.Â
Awalnya hal ini adalah perilaku yang asing bagi kita dan mengutuk pandemi karena merenggut kebebasan kita, akan tetapi seiring waktu kita paham bahwa pandemi telah membawa perubahan perilaku yang besar dalam hidup.Â
Tidak terkecuali dalam hal ekonomi, pada awalnya kita mengutuk pandemi sebab kabar PHK semakin sering kita dengar, karyawan bekerja dari rumah dengan bayaran yang lebih murah. Tanpa kita sadari, pengalaman tersebut justru membantu kita untuk saling terhubung, kolaborasi bahkan menjadikan teknologi semakin dekat dengan kehidupan setiap orang.
Kesempatan bekerja dari rumah merupakan peluang bagi pelaku UMKM untuk dapat memulai suatu usaha dengan bantuan digital misalnya dengan berjualan secara online menjadi afiliator dari berbagai platform. Kegiatan distribusi barangpun semakin mudah dengan bantuan JNE yang menawarkan berbagai layanan. Ditengah pandemi yang terjadi, justru JNE melihat adanya peluang untuk memenuhi kebutuhan konsumen terhadap pengiriman barang dalam waktu yang cepat dan instan.
Jika ada hal yang pasti di dunia ini, maka perubahan adalah kepastian itu sendiri. Tuntutan kebutuhan manusia akan terus meningkat dari masa-masa sementara digitalisasi akan terus berkembang maka sebagai generasi muda harus mampu menggunakan setiap kesempatan untuk menjadi solusi terhadap permasalahan yang muncul. Tumbuhkan karakter muda yang adaptif dan perkuat kolaboratif dengan berbagai pihak. Bersatu kita maju, demi Indonesia Emas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H