Kisah ini di mulai, ketika aku pergi bersama keluargaku ke tempat nenekku tinggal,kampung desa bojong gede.Â
"Jangan lari anak-anak nanti jatoh... " larang ibu pada ku dan adik laki-laik ku.Â
 gebrukk
"aduh...sakit" ucap adikku, dengan tangisan diwajahnya. adik ku tersungkur ke tanah.Â
"ibu kan sudah bilang... jangan lari, ngeyel si" bentak ibu, sambil membantu membangunkan adikku.Â
namanya Ben di adalah adik laki-laki ku yang keras kepala jika di beri nasehat dan namaku lila
"senang rasanya bisa berkunjung kembali ke rumah nenek, yang suka cerita hal-hal tentang kehidupan
sore itu dingin menyelimuti  sekujur tubuhku, karena hujan. setelah beberapa jam hujan turun,akhirnya hujan sudah cukup reda dan malam mulai menampakkan dirinya, kami semua berkumpul bersama di ruang keluarga bersama nenek.Â
ketika ditengah- tengah pembicaraan  nenek mulai melakukan kebiasaannya, yaitu bercerita tentang artinya kehidupan dan pembelajaran yang dapat diambil dari sebuah peristiwa.Â
"dulu" ucap nenek dengan muka yang penuh dengan keseriusan.Â
"Ada seorang ayah yang memiliki 4 orang anak, Dia ingin 4 anaknya belajar untuk tidak menilai terlalu cepat. lalu dia menyuruh ke empat anaknya untuk datang melihat sebuah pohon apel di luar kota. Anak pertama disuruh ke sana saat musim dingin, Anak ke-2 saat musim semi, ke-3 saat musim panas, Dan ke-4 saat musim gugur. ketika semua anaknya sudah melihat pohon itu mereka berkumpul.
"Apa yang kalian lihat nak? ".
"hanya sebuah pohon apel yang jelek tanpa daun" ujar anak pertama nya.
"mana ada? Â pohonnya penuh dengan daun yang hijau" ucap anak ke keduanya .
"pohon itu penuh dengan bunga harum dan terlihat cantik kok" kata anak ke-3
"kalian semua salah...pohon itu dipenuhi dengan banyak apel yang enak" kata anak terakhir.
 lalu ayahnya menjelaskan bahwa mereka semua benar walaupun berbeda, karena mereka hanya melihat pohon itu hanya dalam satu musim.
sama dengan kehidupan, hanya karena seseorang tampah menyedihkan hari ini, bukan berarti sepanjang hidupnya dia begitu.
kalian nggak bisa menilai hidup seseorang, setelah kalian hanya melihat satu musim hidupnya". cerita nenek sampai membuat Ben tertidur karena begitu panjang nya.Â
setelah bercerita semua keluargaku pergi ke tempat tidur mereka, dengan membopong Ben yang tertidur.Â
tinggal aku dan nenek yang masih berada di ruang tamu
"nek, jadi kita itu jangan menilai buku dari sampulnya saja yaa? "tanyaku pada nenek.Â
" iya ndu... bukan hanya buku tapi kepada manusia juga.. kita jangan menilai orang lain dari luar nya saja". ucap nenek, dengan menatap cucunya itu.Â
cerita itu begitu menyadarkan lila kalo kita ga bisa menilai buku atau pun seseorang dari luarnya saja.Â
malam pun berakhir, karna lila dan keluarga nya masih di rumah nenek merek memutuskan pergi berkebun. Kebetulan nenek suka menanam tanaman yang bisa di panen bersama.Â
"wah banyak sekali mangga nya" ucap ku
tanpa pikir panjang, lila langsung menaiki pohon mangga itu dengan tergesa-gesa, akhirnya tanpa di sadari lila menginjak dahan yang kecil.Â
brukk
lila terpeleset dari pohon itu.Â
"aduhhh..."
untungnya tidak ada luka serius di tubuhnya, ibu lila langsung meraih tangan lila.Â
meskipun begitu lila tetap senang bisa mengambil mangga itu dengan seorang diri. karena dulu kalo dia menginginkan mangga selalu meminta bantuan pada ayahnya.Â
setelah kurang lebih satu minggu dari kejadian itu, keluarga kecil itu akhirnya memutuskan kembali ke kota, karena waktu libur sekolah juga sudah hampir berlalu. dari situlah mereka belajar untuk selalu berhati-hati dalam melakukan apapun termasuk dalam menilai seseorang.
"liburan yang paling menyenangkan adalah berkunjung ke rumah nenek, karena di sana banyak sekali pelajaran yang bisa diambil, banyak juga tanaman yang bisa dipanen dan halnya menyenangkan lainnya".cerita lila pada saat perjalanan pulangnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H