Mohon tunggu...
rani nuraini
rani nuraini Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar, mahasiswa

Masih dalam proses belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Resensi E-book "Gerakan Literasi Sekolah: Dari Pucuk hingga Akar (Sebuah Refleksi)"

29 Juni 2020   18:29 Diperbarui: 29 Juni 2020   18:27 997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://gln.kemdikbud.go.id/

Gerakan Literasi Sekolah bertujuan untuk memenuhi kebijakan pendidikan yang mengarah pada kecakapan abad 21 (literasi, kompetensi dan karakter). Ini menyesuaikan dengan pengertian literasi dari PISA (Programme for International Student Assessment) dan hasil laporan WEF (World Economic Forum). Di mana kebijakan ini sudah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Literasi menjadi salah satu subjek survey internasional yang banyak diteliti. Indonesia bergabung sejak tahun 2000 dengan hasil yang masih jauh dibawah rata-rata. Ini dikarenakan tingkat kegiatan membaca yang merupakan salah satu komponen dalam berlitersi, masih dirasa kurang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Kemungkinan kendala dari hal tersebut, diantaranya : 1) kebijkana kurikulum yang terus berubah-ubah seiring bergantinya menteri; 2) manajemen sekolah; 3) kesejahteraan guru; 4) profesionalitas guru; dan 5) akses pendidikan. 

Pada dasarnya membaca membawa dampak yang baik dalam diri individu. Sebelumnya Indonesia membuat program dengan fokus untuk memberantas buta aksara masyarakat. Yang kemudian terjadi peralihan fokus ke literasi, dengan harapan dari pemberantasan buta aksara menjadi peningkatan kemampuan literasi masyarakat. 

Dengan dibentuknya berbagai organisasi dan program untuk mendongkrak Gerakan Literasi di masyarakat dibawah naungan Gerakan Literasi Nasional.

 Buku atau bahan yang disediakan oleh instansi pendidikan haruslah sesuai dengan usia, jenjang pendidikannya, dan tingkat kemampuan membaca pengguna atau siswanya. Dari hal ini, dibuatlah buku Panduan GLS yang akan diawasi Satuan Tugas GLS untuk memastikan terlaksana dan berjalannya dengan baik.

Salah satu program yang saat ini sedang gencar-gencarnya ialah membaca buku nonteks pelajaran 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Program ini bertujuan untuk membiasakan siswa membaca secara intens dan menambah wawasan siswa agar tidak terlalu berpaku pada buku teks pelajaran saja. 

Ada beberapa metode membaca yang bisa diterapkan dalam kelas, diantaranya : a) membaca nyaring atau read aloud (guru membaca secara lantang di depan kelas dengan menekankan pada pembelajaran kosakata, pelafalan, dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari); b) membaca bersama atau shared reading (guru membaca secara lantang di depan kelas, lalu siswa akan meniru pelafalan dengan menekankan pada pembelajaran mengatur tempo dan irama suara); c) membaca terpandu atau guided reading (guru akan memandu siswa untuk membaca buku dengan menekankan pada pembelajaran bersama); dan d) membaca mandiri atau independent reading (siswa membaca buku pilihannya sendiri).

Kegiatan membaca dapat dilakukan di mana saja selama pembacanya nyaman dengan situasi dan kondisinya. Pihak sekolah pun harus mendukung kegiatan ini dengan menyediakan program yang inovatif dan menyenangkan. 

Salah satunya dengan mengombinasikan membaca buku dengan musik. Atau menulis untuk membaca, yang mana ini dapat membantu siswa untuk meluapkan perasaan atau pikiran yang sedang membebaninya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun