Mohon tunggu...
Rani Murniati
Rani Murniati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kepribadian saya sangat cerewet

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cagar Budaya Lingga-Yoni Kedungbenda

19 Desember 2022   13:45 Diperbarui: 19 Desember 2022   14:16 1961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Cagar Budaya Lingga-Yoni, Kedungbenda, Kemangkon/dokpri

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 bahwa Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia.

Situs Lingga Yoni ini tepatnya di Kedungbenda, belum lama diresmikan oleh pemerintah,  dari pemerintah harapanya dengan dilestarikannya situs ini, banyak masyarakat yang mengetahui situs ini dan juga terawatnya situs Lingga Yoni. Lingga ditemukan kurang lebih 3 kali umur orang dewasa yaitu 120 tahunan yang lalu kemudian di angkat menjadi cagar budaya pada tahun 2017.

Menurut cerita versi masyrakat Lingga merupakan perwujudan alat kelamin laki-laki dari pandhita Drona dan Yoni merupakan perwujudan dari alat kelamin perempuan.jadi yang berpasangan lingga dan yoni itu ada makna adanya mengayomi,Lingga dan Yoni ada istilah menempatkan diri di desa Kedungbenda.

Desa kedung benda dialiri antara sungai klawing dan sungai srayu.Jadi diistilahkan dalam Bahasa jawa yaitu kali lanang dan kali wadon (sungai laki-laki dan sungai perempuan),itu merupakan penyebutan bagi lingga yoni dalam simbolnya,diantara dua sungai tersebut salah satunya putus di desa kedung benda yang terputus merupakan sungai klawing, dan yang sungai serayu yang disebut kali lanang itu, yang terus mengalir kearah Banyumas. Jadi terputusnya dua sungai tersebut di desa Kedungbenda yang namanya pertempuran congot,yaitu di ujung perbatasan Banyumas.

Kemudian cerita tentang alat kelamin diantara wayang werkudhara ada perjanjian yaitu membuat sayembara yang mana seandainya masuk wilayah Banyumas atau perbatasan diantara desa Bokol dan disebelahnya itu mereka  berhenti sejenak membuat perjanjian,yang salah satunya itu sungai klawing yang membuat adalah pandita Dorna  dikarenakan pandhita drona kalah dalam saeymbara dan pada akhirnya alat kelamin pandhita drona di potong dan digunakan untuk membuat sungai klawing.

Adapun versi nasionalisme yaitu lingga yoni adalah symbol alat kelamin laki-laki dan perempuan.lingga yoni merupakan sarana ritual kesuburan untuk pelestarian alam semesta.kemudain di belakng yoni ada sebuah batu yang di namakan batu Phaulus.Batu Phaulus adalah symbol ajaran siwaisme yang percaya bahwa siwa adalah alam semesta.

Lingga yoni ada hubungannya dengan dieng.dieng memang aliran sumber mata air dari gunung dieng.dieng adalah penyebaraan agama hindu Mahayana yang banyak di kujungi oleh kerajaan-kerajaan yang ada nusantara yang disebut tukdimalukar.
Keberadaan lingga yoni yang ada di purbalingga atau yang di sebut panembahan durna yang dulunya di sebut Situs Lingga yoni.

Tidak hanya cerita masyarakat saja yang beredar dindalam daerah Lingga Yoni terdapat tradisi yang sering kali di adakan di desa ini yang masih di anut oleh masyarakat yang berada di sekitar Lingga Yoni tersebut yang di laksanakan setiap satu tahun sekali,tepatnya di bulan mukharom tepatnya dalam kalender jawa yaitu pada bulan Suro, dalam Kalender Jawa-Islam Suro diartikan sebagai bulan yang pertama. 

Penyebutan kata Suro bagi orang Jawa ialah bulan Muharam dalam kalender Hijriah. Kata tersebut berasal dari kata Asyura dalam bahasa Arab dan dicetuskan oleh pemimpin Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agung.

Masyarakat wilayah Kedungbenda beramai-ramai membawa makanan dan pada waktu sebelum virus corona melanda warga sekitar memotong kambing sebanyak 10 ekor tetapi sekarang warga hanya memotong 2 ekor kambing saja sebagai persyaratan tradisi khusus lingga yoni, dalam tradisi tersebut ada juga doa bersama yang bertujuan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan keberkahan dan  mengirim doa kepada para leluhur.

Jadi meskipun Lingga Yoni merupakan situs peninggalan orang-orang Hindu-Budha, Namun dilestarikan oleh masyarakat Islam. Bukan menjadi suatu hal masalah karena melestarikan peninggalan bersejarah itu sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada generasi berikutnya. 

Selain hal itu pula, alasan masyarakat Isam yaitu sebagai bentuk rasa toleransi terhadapa sesama umat manusia meski berbeda agama. Maka dari itu pelaksanaan tradisi pun dilaksanakan sesuai dengan ibadah orang islam yang terakulturasi dengan adat jawa sekitar tempat tersebut.

Lingga -Yoni/dokpri
Lingga -Yoni/dokpri
Sebagai simbol organ maskulin, lingga mengandung energi penciptaan. Akan tetapi energi tersebut akan berfungsi apabila disatukan dengan energi shakti, yang disimbolkan dalam wujud yoni, untuk memberikan kekuatan bagi energi penciptaan tersebut.

Menurut cerita versi masyrakat lingga merupakan perwujudan alat kelamin laki-laki dari pandhita Drona dan Yoni merupakan perwujudan dari alat kelamin perempuan.jadi yang berpasangan lingga dan yoni itu ada makna adanya mengayomi,lingga dan yoni ada istilah menempatkan diri di desa Kedungbenda .

Desa kedung benda dialiri antara sungai klawing dan sungai srayu.Jadi diistilahkan dalam Bahasa jawa yaitu kali lanang dan kali wadon (sungai laki-laki dan sungai perempuan),itu merupakan lingga yoni dalam simbolnya,diantara dua sungai tersebut salah satunya putus di desa kedung benda yang terputus merupakan sungai klawing, dan yang sungai serayu yang disebut kali lanang itu, yang terus mengalir kearah Banyumas. Jadi terputusnya dua sungai tersebut di desa Kedungbenda yang namanya pertempuran congot,yaitu di ujung perbatasan Banyumas

Yoni/dokpri
Yoni/dokpri
Yoni merupakan lapik lingga berbentuk kubus dengan cerat di salah satu sisinya, yang berfungsi sebagai penyalur air pembasuh arca atau lingga.yoni) adalah kata yang mempunyai arti bagian/tempat (kandungan) untuk melahirkan.Yoni merupakan sarana ritual kesuburan untuk pelestarian alam semesta.kemudain di belakng yoni ada sebuah batu yang di namakan batu Phaulus.Batu Phaulus adalah symbol ajaran siwaisme yang percaya bahwa siwa adalah alam semesta.

Watu Lumpang/dokpri
Watu Lumpang/dokpri

Situs Watu Lumpang letaknya berada di sebelah kiri Situs Lingga Yoni dalam satu komplek Situs Purbakala Panembahan Drona (Lingga -Yoni) sangat mudah dicari karena letaknya sebelah kiri jalan raya Grumbul Sokasada Desa  Kedungbenda kurang lebh 500 m dari Jembatan penghubung Kabupaten Banyumas dan Purbalingga yaitu Jembatan Lingga Mas.

Berdasarkan ciri dan bentuk situs Watu Lumpang dapat dikategorikan peninggalan pra sejarah zaman Batu Besar Megalitikum, di Pulau Jawa yang biasanya berada di pinggir sungai.Sebuah benda peninggalan purbakala  yang sangat menarik untuk dikunjungi berupa Situs Watu Lumpang yang diperkirakan atau ditaksir kurang lebih berumur 3.931 tahun berdasarkan jenis batuanya.termasuk zaman Megalitikum.

Watu Lumpang di Kedungbenda berdasarkan bentuk ,ukuran maupun lobang ditengahnya memberi petanda atau simbol bahwa wilayah desa Kedungbenda sangat kesulitan air karena letaknya tanahnya diatas dua Sungai besar yang mengitarinya yaitu Sungai Klawing dan Sungai Serayu.Pertemuan Sungai Serayu dan Sengai Klawing digambarkan sangat jelas melalui vusualisasi bagian bawah watu lumpang yang lancip segi tiga menggambarkan "Tempuran Congot" atau Campuhan Congot.

Secara umum lubang berbentuk cekung setengah lingkaran yang ada pada Watu Lumpang pada zaman Megalitikum pada bagian tengahnya sangat berbeda-beda, ada yang besar,sedang  dan kecil ,menjadi salah satu pertanda bahwa di sebuah daerah tersebut sumber air mudah didapat dan melimpah ruah atau sebaliknya suatu daerah kesulitan sumber mata airnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun