Mohon tunggu...
Rani Nur Latifah
Rani Nur Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester 7 UIN Walisongo Semarang

Menjadi lebih baik setiap harinya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pendidikan Ala Ki Hajar Dewantara sebagai Senjata Hadapi Revolusi Industri 4.0

18 November 2021   23:09 Diperbarui: 18 November 2021   23:24 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Semakin berkembangnya zaman semakin pesat pula perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi ini membawa dampak pada kehidupan sehari-hari salah satunya dibidang perindustrian. Dewasa ini, dunia perindustrian mulai memasuki revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan penggabungan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Munculnya revolusi industri 4.0 mengakibatkan terjadinya disrupsi dalam berbagai bidang yang memberikan tantangan sekaligus peluang bagi generasi milineal.

Munculnya superkomputer, robot pintar, kendaraan tanpa pengemudi, editing genetik dan perkembangan neuroteknologi merupakan sedikit dari banyak contoh dari kemajuan teknologi di era sekarang ini.

Revolusi industri 4.0 ini bagaikan pisau bermata dua. Kemajuan teknologi yang pesat memungkinkan terjadinya pengurangan atau musnahnya tenaga kerja manusia pada sektor tertentu.

Dalam sektor industri misal, yang sebelumnya masih menggunakan tenaga manusia dalam proses produksi barang. Namun akibat adanya revolusi generasi keempat ini barang dibuat secara masal dengan menggunakan mesin berteknologi canggih karena memiliki tingkat efektifitas dan efisiensi waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan tenaga manusia. Kebutuhan akan tenaga kerja manusia akan berkurang karena mudahnya menjaga dan mengatur komunikasi antar mesin.

Namun disisi lain, revolusi industri 4.0 juga dapat menciptakan lapangan kerja baru yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan digeluti manusia, seperti data trainer dan conversation designer yang mengarah kepada bidang teknologi informasi.

Oleh karena itu generasi milineal dituntut untuk bisa beradaptasi dalam menghadapi perubahan yang ada. Mereka dipaksa bukan hanya pandai menguasai teori namun juga harus menjadi pribadi yang inovatif, kreatif dan berjiwa entrepreneurship serta kemampuan memecahkan masalah yang tinggi.

Lantas bagaimana generasi milenial menyikapi hal tersebut?

Sepuluh atau dua puluh tahun yang akan datang masa depan suatu bangsa akan berada ditangan generasi milineal.

Beberapa aspek yang harus dipersiapkan dalam bidang teknologi adalah mempelajari dasar, seperti bahasa programming, algoritma, aliran sistem insformasi dan user interface serta memiliki suatu keunggulan yang tidak dikuasai oleh robot dan softskill seperti inovasi, kreativitas, complex problem solving, kemampuan adaptasi, rasa empati dan simpati, manajemen waktu dan kolaborasi serta memahami cara berinteraksi dan menerapkan pengetahuan yang beragam.

Selain membekali dengan kemampuan yang ada, pemerintah Indonesia perlu pula untuk mengubah mind set melalui pendidikan.

Salah satunya melalui konsep pendidikan yang pernah digagas oleh Ki Hajar Dewantara. Baginya pendidikan adalah daya-upaya untuk memajukan serta bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan keselarasan dengan dunianya. Dalam konteks tersebut, pendidikan sejatinya harus bersentuhan dengan upaya-upaya konkret berupa pengajaran dan pendidikan.

Pendidikan dimaknai sebagai upaya memerdekakan aspek batiniahnya. Manusia yang mengalami kemerdekaan batiniah akan menjadi subjek realitas dalam arti seluas-luasnya. Pendidikan membentuk dan menghantarkan seseorang menjadi subjek realitas. Ia memiki otonomi intelektual, otonomi eksistensi, dan otonomi sosial sebagai anggota masyarakat. Ketiga wilayah otonomi itu menjadi bagian integral identitas diri atau jati diri.

Konsep pendidikan yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara menjadi penting untukdigalakkan sebagai upaya untuk menghadapi revolusi industri 4.0 ataupun revolusi-revolusi industri yang akan lahir nantinya.

Bukan tanpa alasan penulis berkata seperti ini, pendidikan ala Ki Hajar Dewantara terbukti mampu membuat siswa memiliki otonomi secara utuh untuk dirinya sendiri termasuk dalam hal  kognisi, afektif, spiritual, sosial. Sehingga ia mampu memaksimalkan potensi –potensi yang ada dalam dirinya untuk menciptakan inovasi-inovasi termutakhir

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun