Sekolah daring menjadi tantangan berat bagi guru, siswa, bahkan orang tua atau wali siswa. Khususnya bagi siswa kelas 6 SDN Jeungji Rigil Sariwangi.Â
Keterbatasan penggunaan gawai bagi siswa-siswa tersebut menjadi faktor utama terhambatnya pembelajaran. Mereka terpaksa bergantian menggunakan gawai dengan orang tua dan saudara mereka yang juga menjalankan pekerjaan dan sekolah secara daring.
"Kelas 6 SD belum lancar membaca, belum lancar perkalian. Sekolah daring kami tidak bisa menggunakan zoom karena keterbatasan ekonomi orang tua siswa. Melalui WA, kami tidak dapat mengawasi langsung bagaimana siswa belajar," Ungkap wali kelas 6 SDN Jeungji Rigil.
Meski demikian, semangat para guru tidak lantas luntur. Mereka memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang ada untuk tetap melanjutkan pembelajaran semaksimal mungkin.Â
Setiap siswa yang bermasalah dalam membaca dan berhitung akan bergiliran bertatap muka dengan gurunya di selasar masjid Al-Hikmah untuk menerima bimbingan khusus.Â
Kelas tatap muka ini dilakukan dengan menaati prokes yang telah dianjurkan pemerintah. Selain itu, selasar masjid Al-Hikmah merupakan ruangan terbuka sehingga suasana belajar menjadi semakin nyaman.
Di tengah-tengah itu, Universitas Pendidikan Indonesia menghadirkan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang bertemakan literasi.Â
KKN Tematik ini bertujuan untuk mengembangkan budaya literasi di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam rangka pembelajaran sepanjang hayat sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup.Â
Secara khusus, program ini ditujukan kepada siswa-siswa dari jenjang TK/PAUD hingga SMP/MTs yang berperan sebagai penerus bangsa.
Rani Haya Cantika, salah satu Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia pun turut mengambil peran dalam mewujudkan program KKN Tematik tersebut.Â
Setelah mengamati sistem pembelajaran daring dan bagaimana proses belajar siswa kelas 6 di SDN Jeungji Rigil, Rani pun membentuk program literasi yang dapat membangkitkan semangat belajar para siswa.Â
Program tersebut yaitu penerapan permainan edukasi. Rani membentuk berbagai macam bentuk permainan dengan menyisipkan pembelajaran di dalamnya.
Salah satu contoh permainannya yaitu permainan numerasi. Para siswa akan bermain secara berkelompok dan membentuk satu baris. Siswa yang berada di baris terakhir akan diberi sebuah angka acak dan harus menyampaikan angka tersebut pada teman di depannya dalam bentuk hitungan.Â
Teman di depannya akan menjawab hitungan tersebut dan menyampaikannya lagi ke teman yang di depannya dengan hitungan yang berbeda. Begitu seterusnya hingga siswa yang berada di baris terdepan dapat menjawab angka tersebut dengan benar.
Setelah dipraktikan, tampak bahwa literasi numerasi para siswa semakin meningkat. Permainan tersebut berhasil mengasah pola berhitung siswa kelas 6 di SDN Jeungji Rigil. Mereka pun sangat bersemangat selama melakukan permainan itu.
Selain itu, ada pula permainan lainnya yang berhubungan dengan literasi baca-tulis dan juga literasi sains. Permainan-permainan yang mengedukasi ini diharapkan dapat menjadi sarana lain untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar dan juga yang terpenting sebagai upaya peningkatan literasi.Â
Permainan-permainan tersebut juga dapat diterapkan oleh orang tua untuk meningkatkan literasi anak selama sekolah daring.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H