Mohon tunggu...
Ranifiaini
Ranifiaini Mohon Tunggu... Penulis - Rani Fitri

into the unknown.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Terbitnya Fajar di Langit Utara (Part 1)

29 Februari 2020   10:07 Diperbarui: 29 Februari 2020   10:06 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sepasang langkah kaki berlari mendekat Acha. Di tangan kanannya tampak sebuah buku kecil dan bolpoin bertinta hitam. Rizka namanya. Langkah kakinya semakin mendekati sahabat karibnya, Acha.

"Acha," panggil Rizka. Gadis yang dipanggil menoleh.

"Kenapa, Riz?" tanya Acha.

"Kamu udah lihat daftar psikolog yang akan dikirim ke kota Saf?" tanya Rizka.

"Belum, Riz. Tapi aku sudah tahu kalau namaku ada di dalam daftar. Keenan yang memberitahuku tadi" jawab Acha.

"Aku juga akan dikirim, Cha. Jumlah psikolog yang akan dikirim ada dua puluh orang. Berangkatnya minggu depan. Dan mulai besok kita harus ikut pelatihan," jelas Rizka. Acha mengangguk paham.

"Makasih infonya ya, Riz!" ucap Acha senang.

***

Kota Saf. Sebuah kota yang menjadi tempat pertempuran dua negara besar di dunia. Kota itu bukan sebuah kota canggih dengan peradaban modern, itu hanyalah sebuah kota yang sekarang dikelilingi bangunan-bangunan hancur dan tanah tanah yang rusak akibat gencatan senjata. Pemerintah Indonesia telah memerintahkan psikolog, dokter, dan tentara untuk membantu kota Saf. Dan Acha merupakan salah satu psikolog yang akan dikirim ke kota Saf.

"Mereka siapa, Nan?" tanya Acha pada Keenan yang berdiri di sampingnya. Kini mereka telah sampai di kota Saf.

"Para dokter yang ditugaskan disini. Kita semua akan tinggal di markas yang sudah disiapkan oleh pemerintah," jelas Keenan. Acha mengangguk mengerti. Acha dan Keenan merupakan teman seangkatan saat SMA. Jadi mereka sudah saling mengenal dan akrab.

Setelah Kapten TNI menjelaskan kegiatan mereka semua selama di kota ini, mereka melangkah menuju sebuah rumah tua yang berukuran luas. Rumah itu berdesain klasik dengan tembok yang masih berdiri kokoh. 

Lebih dari cukup untuk menjadi tempat tinggal mereka semua selama di kota Saf. Acha duduk di sebuah kursi tua yang terletak di ruangan yang akan menjadi kamarnya dan kamar Rizka. Gadis itu menatap kosong, sementara Rizka membereskan barang-barang.

"Jangan ngelamun, Cha! Mikirin apa, sih?" tanya Rizka, membuyarkan lamunan Acha.

"Aku tadi ngerasa nggak asing sama beberapa tentara dan dokter yang ditugaskan disini. Apa jangan-jangan aku kenal mereka, ya?" tanya Acha.

"Makanya kemana-mana pakai kacamata!" tegur Rizka. Acha hanya nyengir. "Habis ini jalan-jalan sana! Sekalian kenalan sama pak dokter," ejek Rizka. Tetapi tiba-tiba Acha terdiam. Pikirnya melambung jauh kearah masa-masa yang pernah ia lalui.

**

Acha memotret sekumpulan anak yang sedang bermain di tepi danau. Bibirnya mengukir senyum manis. Tiba-tiba seseorang berdehem di belakangnya. Acha menoleh dan mendapati seorang pemuda berpawakan tinggi yang memakai jas putih khas seorang dokter. Pemuda itu tersenyum menatap wajah bingung Acha.

"Lupa, ya?" tanya pemuda itu.

"Siapa?" Acha balik bertanya.

"Big Boss," jawab pemuda itu. Mata Acha membulat.

"Kak Razka?!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun