rumpun itu
letih lunglai
terpaan angin yang terus mengusiknya
justru ia sambut, sebagai ayunan pengusir gundah gulana
juga pada kemarau yang melintang dari pangkal ke ujung tahun
ia beri suguhan, berupa harapan
ia tetap mengakar pada tanah, meski kekuningan dan kecoklatan sekujur tubuhnya
memaksanya mati, kering, dan kehausan
--
cermin paling nyata saat ini
bagimuÂ
adalahÂ
ilalang-ilalang itu
--
uji coba kehidupanmu terus meremas-remas pengharapan
tapi kau tetap menyambutnya, bukan?
meski telah diremasÂ
ia masih bisa terurai, bukan?
maka jika badai terus mengembuskan kesia-siaan
kau tetap harus memberinya suguhan
--
jika tak lagi punya harapan
setidaknya ada kekuatan yang bisa kau andalkan, bukan?
soal harapan, biarlah menjadi keikhlasan
seperti ilalangÂ
yang menerbangkan sisa hidupnya pada kepak musim kemarau
yang tak kunjung merebah
pada hujan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI