Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate, Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

Ultra Processed Food, Berbahayakah?

25 November 2023   10:11 Diperbarui: 27 November 2023   17:16 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: unsplash.com/AminRamezani

Dilansir dari www.klikdokter.com, makanan ultra-proses (ultra processed food) banyak dijumpai di swalayan dan restoran. Meksipun terdapat lebih dari 50 persen makanan tersebut adalah ultra processed food, kebanyakan dari kita masih tidak menyadari hal ini.

Ultra processed food merupakan makanan yang diolah dengan berbagai proses, misalnya pengeringan, pemanggangan, perebusan, pasteurisasi, ataupun pengawetan. 

Ultra processed food biasanya ditambahkan bahan aditif makanan, seperti perisa, gula, lemak, pewarna, atau pengawet sehingga kandungan nutrisinya menjadi berbeda dari makanan yang segar atau belum diproses. 

Contoh makanan ultra-proses diantaranya adalah es krim, nugget dalam kemasan, sosis, sereal sarapan, keripik kentang, kentang goreng, ayam goreng, biskuit, cookies, permen, mie instan, frozen food, dan masih banyak lagi. 

Ultra processed food diolah melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah persiapan sebelum pengolahan atau biasa disebut prapengolahan. Pada tahap ini makanan utuh disiapkan sedemikian rupa sebelum memasuki tahap pengolahan yang sebenarnya. 

Tahap kedua adalah pengolahan sekunder, yang bisa meliputi penggorengan, pemanggangan, pembekuan, ataupun fermentasi. 

Lalu tahap terakhir adalah pemrosesan tersier, ini memberikan sentuhan akhir produk agar lebih lezat dan menarik secara visual sehingga penerimaan konsumen pun meningkat. Tahap ini dapat berupa penambahan zat aditif makanan, seperti perisa, pewarna, dan pengawet.

Dari pemaparan terkait pengertian dan tahap pemrosesan makanan ultra-proses tersebut dapat kita ketahui bahwa makanan ini memang akan lebih menggoda dan menarik karena banyak sentuhan akhir sebelum diedarkan ke konsumen untuk meningkatkan kelezatan maupun umur simpan produk itu. 

Namun pemrosesan yang terjadi dalam ultra processed food tersebut dinilai kurang baik untuk kesehatan. Misalnya, pada produk yang dimasak dengan suhu terlalu tinggi dapat memicu zat karsinogen penyebab kanker. Selain itu, penambahan bahan aditif tertentu dapat mengganggu kerja dan fungsi bakteri baik pada sistem pencernaan. 

Sebuah penelitian dalam jurnal Nutrients pada tahun 2020, menyebutkan bahwa beberapa penyakit yang berisiko timbul akibat konsumsi ultra processed food secara berlebihan adalah obesitas, stroke, diabetes, kanker, dan penyakit jantung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun