Mohon tunggu...
Rani Febrina Putri
Rani Febrina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Fresh Graduate, Bachelor of Food Technology | Fiction Enthusiast |

Penyuka fiksi dalam puisi, cerpen, dan novel. Hobi belajar dari buku-buku yang dibaca, orang-orang yang ditemui, lagu-lagu yang didengar, dan tempat-tempat yang dikunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Sepasang Kambing Hitam

7 Oktober 2023   20:45 Diperbarui: 9 Oktober 2023   20:00 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dua ekor kambing di ladang. (Sumber: unsplash.com/Julian)

Seragam putih biru masih melekat, lengket bercampur keringat di siang yang terik kala itu. Aku dan Budi cengengesan di depan seekor kambing hitam yang sedang mengunyah rumput dengan lahapnya. 

Pak RT menjual kambing itu dengan harga cukup murah, khusus untuk kami, si bocah ingusan yang bercita-cita ingin kurban di hari raya Iduladha. 

Mungkin perlu beberapa tahun lagi, menunggu si kambing hitam itu dewasa dan siap umurnya untuk disembelih. Pak RT memberi harga murah karena terkagum-kagum dengan tekad kami yang begitu kuat untuk usia kami yang masih belia ini. Aku dan Budi sudah menabung cukup lama untuk membeli "Syukur", nama yang akhirnya kami berikan pada si kambing setelah melalui perdebatan.

"Aku mau beri nama dia Marcel," celutuk Budi bersemangat.

"Heh, jangan macam-macam lah. Panggil saja dia Slamet," aku menimpali tak mau kalah.

"Antonio saja kalau begitu."

"Syukur saja deh."

"Syukur?"

"Mbeekk.." terdengar si kambing hitam bersuara setelah dari tadi sibuk mengunyah. Aku, Budi, dan Pak RT saling berpandangan, lalu mengangguk mantap. Menyepakati nama Syukur tanpa banyak ba-bi-bu lagi.

Begitulah akhir dari persahabatanku dengan Budi yang masih baik-baik saja, bahkan lebih dari baik. Kami berteman sudah sejak lahir. Rumah kami hanya berjarak lima langkah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun