Mohon tunggu...
Rani Badri Kalianda
Rani Badri Kalianda Mohon Tunggu... profesional -

Creative & Art Director, Facilitator Soul of Speaking\r\nwww.soulofspeaking.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Workshop Soul of Speaking for Speaking with Soul - 28 April 2012

16 April 2012   23:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:32 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Menata Ego Menjadi Cinta”

Swiss BelHotel Kemang, Jakarta, 28 April 2012 (08.00 – 17.00 WIB)

Tahukah Anda bahwa banya masalah keseharian yang harus kita hadapi hanya karena hambatan dalam komunikasi. Beberapa contoh keluhan yang mungkin sering kita dengar adalah:

  • “Saya sudah 30 tahun tapi masih saja dianggap anak kecil.”
  • “Saya sudah bekerja siang-malam, jungkir-balik, karier tetap jalan di tempat.”
  • “Anak saya susah diajak diskusi, saya nggak ngerti deh kenapa.”
  • “Saya anak bungsu dan sampai saat ini masih saja dianggap si Paling Kecil dan tidak dianggap dalam mengambil keputusan.”
  • “Saya merasa minder jika berada di depan umum. Badan saya gemetar semua.”
  • “Suami saya itu orang terakhir yang bisa diajak diskusi soal anak-anak. Dia nggak mau peduli sama sekali.”
  • “Anak remaja saya pemarah sekali. Saya sudah berbicara baik-baik tapi tetap saja emosinya tidak terkendali.”
  • “Saya merasa ‘bersaing’ dengan saudara-saudara yang lain hanya untuk mendapat perhatian dari orang tua.”
  • “Waktu kecil, orang tua saya adalah pengontrol dan posesif. Sekarang suami saya pun seperti itu. Kenapa ya?”
  • “Saya tidak pernah punya privasi. Suami dan ayah saya selalu intervensi. Akibatnya saya jadi tidak berani untuk keluar

Mengapa keluhan-keluhan tersebut bisa terjadi? Keluhan-keluhan itu dapat terjadi karena adanya sub-peran dalam diri. Sub-peran itu sudah terbentuk sejak masih dalam kandungan dan terus menempel hingga kita dewasa. Secara negative, sub-peran dibentuk dari kelekatan dengan orang tua, luka dasar, dan emosi dasar. Banyaknya sub-peran yang tidak kita hendaki itu  mendominasi cara kita berpikir dan bertindak. Inilah yang menghambat semua tujuan-tujuan kita terwujud. Sebuah fakta menyatakan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia dikuasai oleh 70% rasa takut dan 30% rasa cinta. Rasa takut yang kita miliki itu adalah ego yang berasal dari sub peran dalam diri. Sehingga tindakan dan prilaku kita tidak lagi melibatkan cinta atau soul. Rasa takut (fear) tercipta karena terjadinya hambatan komunikasi di dalam diri setiap individu. Rasa takut atau fear (ke luar) menyebabkan individu cepat emosional, mudah tersinggung, kerap menyalahkan, menghujat, mengomentari, menilai dan memaksakan kehendak. Sedangkan rasa takut atau fear (ke dalam) menyebabkan individu mudah stress, merasa penuh tekanan, pesimis, cepat putus asa, dan merasa dirinya korban kehidupan. Pengaruh fear ini tercermin pada aspek sosial, hampir semua persoalan cenderung terselesaikan dengan cara marah, paksaan, pertentangan bahkanpembunuhan. Penyelesaian masalah hanya bersifat instant, parsial, berjangka pendek dan rentan menimbulkan masalah  baru. Banyak pengamat mengatakan, bangsa kita sedang mengalami krisis sosial dan spiritual atau degradasi moral.  Jika kita tidak segera berubah maka ego ini akan menimbulkan beragam beragam penyakit fisik dan mental. Seperti, penyakit jantung, darah tinggi, migraine, kolesterol bahkan kanker. Lalu, apa solusinya? Solusinya adalah kemampuan kiita menata ego menjadi cinta. Kemampuan ini sudah dimiliki oleh semua orang hanya perlu berlatih untuk menata rasa takut baik rasa takut yang ter-ekspresi keluar diri kita maupun rasa takut yang berada di dalam diri. Jika kita mampu menata ego maka yang ada dalam diri hanya rasa cinta dan rasa nyaman. Bagaimana menata itu semua hingga menjadi cinta? Speaking with Soul mengajak kita untuk menjadi individu yang tidak dikuasai oleh ego. Dalam workshop Speaking with Soul, kita akan mengetahui lebih jauh soal mindfulness (menyelaraskan pikiran dan perasaan pada aktivitas yang sedang dijalani terus menerus), konsentrasi dan atensi, ingatan & emosi serta searching your need (tangkas mewujudkan berbagai kebutuhan diri). Jika semua menyadari pentingnya keberhasilan komunikasi dengan anak, pasangan, teman atau atasan maka hambatan-hambatan dalam mencapai segala tujuan tidak akan pernah terjadi. Semua ini akan dipelajari dalam workshop Speaking with Soul.

Facilitator Soul of Speaking

  • ·Rani Badri Kalianda (Creative & Art Director)
  • ·Kasim Rasjidi(Dokter 3 Spesialis : Jantung Intervensi, Infeksi  & Internis)
  • ·Luki Arinta (Self Development & Program Director)
  • ·Ine Febriyanti (Artist & Sutradara)

Investasi •    Rp. 1.500.000 (Umum) •    Rp. 1.000.000 (Alumni) •    Rp. 1.250.000 (Referensi Alumnni) Info & Pendaftaran •    Evy Faurina ( 087874448803 / Pin BB: 23513E66) •    Jimmy Fajar ( 0818919043 / 081388210538 / (021) 95136840 / PIN BB  276B2779) •    Tina Efendi ( 081386759116 / 021-96912518 /PIN BB: 2B2F1367) Atau Sekretariat Soul of Speaking Jl. Bona Permai IV B4.No.14, Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Phone : (021) 7503113 / (021) 96912518 Fax :021 7503164 Email : sos@soulofspeaking.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun