Mohon tunggu...
Rania Lana Rifat
Rania Lana Rifat Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa, Blogger, Penyiar Radio, Prograammer, Anak Mama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Boleh Jadi Kau Bersamaku, Namun Aku Tak Mengerti

25 Agustus 2014   05:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua hari yang lalu awan datang dengan cara yang tak biasa, mungkin karna angin juga turut berubah oleh kehangatan yang ada dipermukaan berkurang atau entahlah. Aku yang melihatnya sedikit aneh, udara lebih terasa dingin dari biasanya.Dan itu semua bersamaan dengan menghilangnya sekelumit dari dirimu. Boleh jadi kau bersamaku, namun dimana hatimu?, tatap yang utuh menatapku dimana perhatianmu yang ku nantikan. Rasanya nyata melihatmu tak seutuhnya, aku sakit. Kemudian aku mencoba menyembunyikannya dalam tidurku. Namun mereka malah menjadi mimpi yang menambah berat hati. Dihari itu, awalnya aku bersama denganmu yang berdiri mematung. Segala disekitarku berubah dengan sendirinya tanpa bisa kuikuti perubahannya. Bersama perubahan itu kau melesap menghilang. Lalu ku pejamkan mataku, biar tak hanya hitam polos yang ada dalam sini. Sedikit berharap juga kau kan muncul kembali menemani, aku ingin berjalan – jalan mungkin saja kau yang seutuhnya dapat kutemui disini di duniaku yang alam sadar ciptakan untukku. Kamu masih saja belum hadir sekitar tlah berubah aku tiba di suatu tempat, ada seperti bukit tinggi berwarna hijau. Bukan pohon yang membuatnya menjadi hijau, namun lumut. Kemudian aku terposisikan diantara tiga telaga. Masing – masingnya memiliki warna, kedalaman, riak air, dan bias yang berbeda. Dan hal kedua yang kutanyakan, dimana hadirmu? Aku masih terjebak dalam tiga telaga itu. Ku ingat ingat lagi, warna dari tiap telaga itu berbeda – beda. Ada yang jernih hingga aku dapat melihat betapa dalamnya telaga itu dari tepian. Ada yang jernih pada tepinya namun mengabu menuju tengah, dan kemudian telaga yang ada di dekat balai airnya tak begitu jenih dan aku merasa ada sesuatu yang membahayakan ku jika aku sampai menyentuh airnya. Balai itu setidaknya dapat ku jadikan tempat untukku bernaung barang sebentar. Namun tak ku tuju langkahku tuk kesana. Aku ingin pergi. Namun tak tau bagaimana untuk berteleportasi. Bagaimana ini?, sempat perasaaan terjebak dan takut menyelimuti hati dan fikirku. Sekali lagi, dalam selanya aku berfikir aku tak menemukanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun