Mohon tunggu...
Rani Ardiyanti
Rani Ardiyanti Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Otoriter vs Pendidikan Demokratik: Mana Yang Lebih Baik?

27 Oktober 2023   19:14 Diperbarui: 27 Oktober 2023   19:27 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingatkah kalian hari-hari di sekolah ketika guru bersikap otoriter, meneriakkan perintah dan menuntut kepatuhan yang ketat? ”Duduk yang rapih! Jangan bicara! Lakukan apa yang saya katakan, bukan seperti yang saya lakukan!” dan segenap perintah lain yang sudah menjadi gaya pendidikan yang kaku ini mungkin telah menanamkan disiplin. Namun bagi banyak orang lainnya, hal ini mungkin menghambat kreativitas dan menghancurkan rasa ingin tahu.

Saat ini, ada pendekatan alternatif yang berfokus pada pendidikan demokratis yang menghargai masukan siswa dan bertujuan untuk memberdayakan generasi muda. Siswa memiliki lebih banyak kebebasan untuk mengarahkan pembelajaran mereka sendiri dalam lingkungan kolaboratif. Mereka belajar berpikir kritis dengan mempertanyakan asumsi dan berpikir sendiri.

Jika anda orang tua, anda mungkin bertanya-tanya gaya mana yang lebih baik. Jawabannya mungkin bergantung pada nilai-nilai anda dan kebutuhan anak anda. Namun di dunia saat ini, di mana kemampuan beradaptasi dan penyelesaian masalah sangat penting, pendekatan domekratis nampaknya lebih relevan dibandingkan sebelumnya. Teruslah membaca untuk mempelajari lebih lanjut tentang paradigma pendidikan yang kontras ini dan lihat mana yang paling cocok untuk keluarga Anda. Masa depan ada di ruang kelas kita saat ini, jadi pilihan ini penting.

Apa Itu Pendidikan Otoriter?

Pendidikan otoriter adalah pedekatan Pendidikan yang menekankan kedisiplinan dan ketaatan siswa. Dalam sisitem ini guru dan orang tua memiliki kekuasaan penuh dalam menentukan apa yang harus dilakukan siswa. Siswa diharapkan untuk menerima apa yang disampaikan tanpa banyak bertanya.

Dalam Pendidikan otoriter siswa belajra untuk memathi perintah dan meng hormati otoritas. Mereka jarang diberikan kesempatan untuk berpikir kritis atau mengemukakan pendapat. Siswa disiplin dan terkontrol dengan ketat. Guru menggunakan sistem punishment dan rewards untuk mengubah perilaku siswa.

Meskipun pendidikan otoriter efektif dalam hal kontrol dan efesiensi, pendekatan ini kurang menyenangkan bagi siswa. Siswa kurang termotivasi untuk belajar dan kreativitas mereka terhambat. Pendidikan otoriter juga dikritik karena gagal menyiapkan siswa menjadi pemikir yang mandiri dan kritis.

Pendidikan demokratik, di sisi lain, memberdaykan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa bekerja sama secara kolaboratif. Siswan didorong untuk mengemukakan pendapat menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar. Pendidikan demokratik dianggap lebih efektif dalam menyiapkan generasi yang kreatif dan mandiri.

Apa Itu Pendidikan Demokratik?

Pendidikan demokratik berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Siswa didorong untuk bertanya, mengemukakan pendapat, dan berdebat dengan teman sekelasnya. Guru bertindak sebagai fasilitator, bukan otoritas mutlak.

Apa saja ciri-ciri pendidikan demokratik?

  • Siswa memiliki kebebasan berekspresi dan berpendapat. Mereka didorong untuk berpikir kritis tentang materi pelajaran dan tidak menerima begitu saja apa yang dikatakan guru.
  • Siswa terlibat dalam proses pengambilan keputusan di kelas. Mereka dapat memilih topik yang ingin dipelajari dan cara mengerjakan tugas.
  • Guru mendorong terjadinya diskusi dan pertukaran pendapat antarsiswa. Siswa belajar dari satu sama lain, bukan hanya dari guru.
  • Penilaian tidak hanya berfokus pada hasil akhir tetapi juga pada proses belajar. Siswa dinilai dari partisipasi dan kontribusinya selama proses belajar berlangsung.
  • Hubungan antara guru dan siswa, serta antarsiswa, didasarkan pada saling menghormati dan bekerja sama. Tidak ada Intimidasi atau ancaman.

Pendidikan demokratik membantu siswa menjadi warga negara yang kritis, kreatif, dan peduli terhadap masyarakat. Walaupun pendidikan ini membutuhkan usaha lebih, namun manfaatnya sangat besar bagi perkembangan jiwa dan kemampuan berpikir siswa.

Perbedaan Utama Antara Keduanya

Pendidikan otoriter dan demokratik memiliki perbedaan mendasar dalam filosofi dan metode pengajaran mereka.

Konsep kekuasaan

Dalam pendidikan otoriter, guru memegang kendali mutlak kelas dan tidak menerima pertanyaan atau masukan dari siswa. Sebaliknya, pendidikan demokratik memberi kekuasaan yang lebih besar kepada siswa, membiarkan mereka berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan dan mengeksplorasi topik yang diminati.

Interaksi siswa-guru

Dalam kelas otoriter, interaksi antara guru dan siswa sangat terbatas. Siswa diharapkan mendengarkan dan mematuhi perintah guru. Sementara dalam kelas demokratik, guru berinteraksi dengan siswa, mendorong diskusi dan pertanyaan. Guru melihat siswa sebagal individu yang memiliki gagasan dan perspektif unik.

Motivasi belajar

Pendidikan otoriter cenderung menekankan hukuman dan hadiah untuk memaksa siswa belajar. Sedangkan pendidikan demokratik memotivasi siswa dengan mendorong minat alami mereka dalam topik pelajaran dan memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi area yang diminati. Ini membuat siswa lebih termotivasi secara intrinsik untuk belajar.

Pada akhirnya, pendidikan demokratik berfokus pada membangun keterampilan berpikir kritis dan kebebasan berekspresi. Ini membantu siswa menjadi warga negara yang lebih demokratis dan terlibat. Sebaliknya, pendidikan otoriter lebih berfokus pada ketaatan dan disiplin. Kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, namun paradigma pendidikan saat ini semakin condong ke arah yang lebih demokratis dan inklusif.

Kelebihan Pendidikan Demokratik

Pendidikan demokratik memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengekspresikan pendapat dan berkreasi. Siswa diajak untuk berpikir kritis dan mengemukakan ide-ide baru. Guru lebih bersifat fasilitator yang membantu siswa mengembangkan potensinya.

Pendidikan demokratik juga menanamkan nilai-nilal kebebasan, toleransi, dan menghargai perbedaan. Siswa diajarkan untuk menghormati orang lain yang memiliki pemikiran berbeda. Hal ini penting untuk membentuk warga negara yang demokratis.

Kekurangan Pendidikan Demokratik

Pendidikan demokratik memerlukan guru yang terampil dalam membimbing diskusi kelas dan mengarahkan siswa. Tidak semua guru memiliki keterampilan ini. Tanpa bimbingan yang tepat, kelas bisa menjadi tidak terkendali dan kurang efektif.

Pendidikan demokratik juga membutuhkan siswa yang aktif dan kritis. Jika siswa pasif dan kurang responsif, tujuan pendidikan demokratik tidak akan tercapai. Pendekatan ini mungkin tidak cocok untuk siswa di tingkat dasar yang masih membutuhkan banyak bimbingan guru.

Walaupun demikratik, pendekatan ini tetap memerlukan kedisiplinan dan aturan main yang jelas agar proses belajar mengajar berjalan lancar. Tanpa adanya batasan-batasan tertentu, kelas bisa menjadi kacau dan tidak produktif. Oleh karena itu, kebebasan yang diberikan harus diimbangi dengan tanggung jawab.

Jadi begitulah – dua paradigma pendidikan yang berlawanan serta pro dan kontranya. Pada akhirnya, anda harus memutuskan pendekatan mana yang paling sesuai dengan nilai dan tujuan anda. Apakah anda ingin anak anda berkembang dalam sistem yang menekankan aturan ketat, disiplin, dan rasa hormat yang tidak perlu dipertanyakan lagi terhadap otoritas? Atau apakah anda lebih memilih pendekatan yang memberi mereka lebih banyak kebebasan untuk mengeksplorasi minat mereka, mengajukan pertanyaan, dan membentuk perjalanan belajar mereka sendiri?

Pendidikan demokratis mungkin tampak radikal, namun hal ini bisa menjadi perubahan inovatif yang dibutuhkan sistem pendidikan kita. Dunia kita berkembang lebih cepat dari sebelumnya, dan kita memerlukan pemikir yang kreatif dan mudah beradaptasi untuk memecahkan masalah yang kompleks. Memberi siswa lebih banyak otonomi dan kendali atas pendidikan mereka membantu menumbuhkan keterampilan tersebut. Namun, hal ini tentu tidak berlaku untuk setiap keluarga atau siswa.

Andalah yang paling mengenal anak anda. Pikirkan tentang kebutuhan mereka, gaya belajar dan apa yang akan memotivasi mereka untuk mencapai potensi penuh mereka. Meskipun satu pendekatan mungkin lebih baik untuk mengembangkan keterampilan tertentu, hal yang paling penting adalah anak- anak kita tumbuh untuk menjalani kehidupan yang memiliki tujuan, penuh kasih sayang, dan membuat perbedaan positif di dunia. Pada akhirnya, itulah yang terpenting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun