Apa saja ciri-ciri pendidikan demokratik?
- Siswa memiliki kebebasan berekspresi dan berpendapat. Mereka didorong untuk berpikir kritis tentang materi pelajaran dan tidak menerima begitu saja apa yang dikatakan guru.
- Siswa terlibat dalam proses pengambilan keputusan di kelas. Mereka dapat memilih topik yang ingin dipelajari dan cara mengerjakan tugas.
- Guru mendorong terjadinya diskusi dan pertukaran pendapat antarsiswa. Siswa belajar dari satu sama lain, bukan hanya dari guru.
- Penilaian tidak hanya berfokus pada hasil akhir tetapi juga pada proses belajar. Siswa dinilai dari partisipasi dan kontribusinya selama proses belajar berlangsung.
- Hubungan antara guru dan siswa, serta antarsiswa, didasarkan pada saling menghormati dan bekerja sama. Tidak ada Intimidasi atau ancaman.
Pendidikan demokratik membantu siswa menjadi warga negara yang kritis, kreatif, dan peduli terhadap masyarakat. Walaupun pendidikan ini membutuhkan usaha lebih, namun manfaatnya sangat besar bagi perkembangan jiwa dan kemampuan berpikir siswa.
Perbedaan Utama Antara Keduanya
Pendidikan otoriter dan demokratik memiliki perbedaan mendasar dalam filosofi dan metode pengajaran mereka.
Konsep kekuasaan
Dalam pendidikan otoriter, guru memegang kendali mutlak kelas dan tidak menerima pertanyaan atau masukan dari siswa. Sebaliknya, pendidikan demokratik memberi kekuasaan yang lebih besar kepada siswa, membiarkan mereka berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan dan mengeksplorasi topik yang diminati.
Interaksi siswa-guru
Dalam kelas otoriter, interaksi antara guru dan siswa sangat terbatas. Siswa diharapkan mendengarkan dan mematuhi perintah guru. Sementara dalam kelas demokratik, guru berinteraksi dengan siswa, mendorong diskusi dan pertanyaan. Guru melihat siswa sebagal individu yang memiliki gagasan dan perspektif unik.
Motivasi belajar
Pendidikan otoriter cenderung menekankan hukuman dan hadiah untuk memaksa siswa belajar. Sedangkan pendidikan demokratik memotivasi siswa dengan mendorong minat alami mereka dalam topik pelajaran dan memberi mereka kebebasan untuk mengeksplorasi area yang diminati. Ini membuat siswa lebih termotivasi secara intrinsik untuk belajar.
Pada akhirnya, pendidikan demokratik berfokus pada membangun keterampilan berpikir kritis dan kebebasan berekspresi. Ini membantu siswa menjadi warga negara yang lebih demokratis dan terlibat. Sebaliknya, pendidikan otoriter lebih berfokus pada ketaatan dan disiplin. Kedua pendekatan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, namun paradigma pendidikan saat ini semakin condong ke arah yang lebih demokratis dan inklusif.