Masa Sekolah (6-12 Tahun)
   Pada tahap ini konflik yang terjadi adalah kerja keras (Industry) vs rasa Inferior (inferiority). Pada tahap ini anak akan berusaha keras untuk menyelesaikan tugas akademiknya atau segala sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan dan ketrampilan intelektual. Ketrampilan ego yang dikembangkan pada tahap ini adalah kompetensi. Apabila tahap ini berlangsung dengan baik maka ia akan merasa puas dan bangga dengan hasilnya. Sebaliknya ketika ia tidak mampu mengimbangi pencapaian teman temannya maka ia akan merasa inferior.
Masa remaja (12-19 tahun)
   Konflik yang terjadi pada tahap ini adalah identity vs confusion. Tahapan ini biasa disebut dengan tahap pencarian jati diri. Seorang remaja akan mencoba mengeksplor peran-peran baru pada tahap ini. Jika ia mampu menjalankan peran tersebut dengan baik maka ia akan menemukan identitas yang baik pula (positif). Tetapi bila remaja hanya terpaksa menuruti peran yang diinginkan orang tua maka akan terjadi kebingungan identitas.
Masa dewasa awal (20-25 tahun)
   Konflik yang terjadi pada tahap ini adalah intemacy vs isolation. Pada tahap ini seseorang akan memperdalam interaksi dengan orang lain. Keintiman akan tercapai bila seseorang mampu membangun hubungan baik dengan orang lain kemudian akan menghasilkan ketrampilan ego yaitu cinta. Apabila gagal maka ia akan merasa kesepian dan mengalami isolasi diri (gangguan karakter).
Masa dewasa (26-64 tahun)
   Pada tahap ini, konflik yang terjadi adalah generativity vs stagnation. Orang dewasa akan membantu orang yang lebih muda (generasi penerus) untuk membimbing dan mengarahkannya ke arah kehidupan yang lebih berguna. Sebaliknya, orang yang tidak mampu melakukan itu akan mengalami stagnasi dan berfikir bahwa hidupnya tidak berharga. Adapun ketrampilan ego yang terbentuk pada tahap ini adalah perhatian..
Masa Usia Lanjut (65 tahun-meninggal )
   Konflik yang terbentuk pada tahap ini adalah integrity vs dispaer. Pada tahap ini seseorang akan merefleksi masa lalunya apakah selama ini hidupnya bermanfaat atau tidak, selain itu untuk melihat makna, integritas serta ketentraman dimasa lalunya. Apabila tahapan yang terbentuk pada seseorang di masa lalu positif maka ia akan merasa bahwa integritas dapat tercapai sehingga merasa puas. Tetapi jika tahapan yang terbentuk bersifat negatif maka akan menimbulkan keputusasaan.
        Dari 8 tahapan perkembangan psikososial yang dikemukakan oleh erikson, dapat dilihat bahwa anak mengalami perkembangan yang sangat pesat pada usia pra-sekolah (3-6 tahun) dan usia sekolah (6-12 tahun). Fenomena yang terjadi saat ini hampir semua anak dalam kehidupan sehari harinya tidak terlepas dari gadget. Dikutip dari Jurnal Ilmiah Sejilah Dasar: Dampak Penggunaan Gadget Tehadap perkembangan Psikologi pada Anak Sekolah Dasar, Vol.3, No.4, 2019, disebutkan Gadget dalam pengertian umum dianggap sebagai suatu perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus disetiap perangkatnya, contohnya: komputer, smartphone, dll. Gadget tidak hanya sekedar digunakan untuk membantu mereka dalam belajar, tetapi mereka juga menggunakan gadget untuk bermain game. Anak yang berhasil menyelesaikan perkembangan pada tahap pra-sekolah dengan baik akan memiliki kemampuan inisiatif untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Namun penggunaan gadget yang berlebihan akan menghambat proses anak dalam mendapatkan kemampuan inisiatif karena anak hanya akan asyik sendiri dengan gadgetnya sehingga mereka merasa ketergantungan dengan benda tersebut dan hanya fokus pada satu titik tanpa memperhatikan hal lain. Terkadang durasi anak untuk bermain game pada gadget lebih banyak dibandingkan waktu untuk belajar terlebih lagi ketika anak menggunakan gadget tanpa pengawasan orang tua. Akan tetapi sebagian orang tua sengaja memfasilitasi gadget pada anak dengan berbagai alasan. Misalnya orang tua menganggap bahwa dengan adanya gadget maka anak akan betah dirumah dan tidak bermain di luar, ataupun agar anak tidak mengganggu pekerjaan orang tua. Hal semacam ini tidak benar. Orang tua seharusnya mampu mengawasi anak mereka dalam menggunakan gadget dengan membatasi waktu penggunaan gadget serta mengimbanginya dengan mengajarkan interaksi sosial anak dengan lingkungan sekitar sehingga perkembangan psikososial anak dapat berlangsung dengan baik.