Mohon tunggu...
Raniah Oktariza Imani
Raniah Oktariza Imani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Keterampilan Berfikir Abstrak pada Masa Remaja: Sebuah Analisis Kritis

4 Desember 2023   23:06 Diperbarui: 5 Desember 2023   02:16 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.genpi.co/gaya-hidup/228045/3-hal-bisa-membantu-orang-tua-tetap-sabar-dalam-mendidik-anak-remaja

Tahukah kalian? 

            Ketika masa remaja datang, Remaja mempengaruhi dan dipengaruhi oleh orang-orang di berbagai lingkungan sosial, termasuk keluarga, rekan kerja, teman, dan sekolah. Dan eksplorasi identitas mereka -- mengetahui siapa mereka, seperti apa mereka dan ke mana tujuan mereka -- merupakan inti dari perkembangan mereka. Mereka sudah dapat menggambarkan diri mereka sendiri. Sudah dapat untuk berfikir kritis. Sudah dapat menolak apa yang menurut mereka tidak mampu untuk dilaksanakan. Sudah bisa merasakan sensasi emosional pada diri mereka sendiri.

            Masa remaja awal merupakan masa dimana anak mencapai usia dewasa yang belum dapat ditentukan secara pasti. Masa remaja awal terjadi antara usia 12 dan 15 tahun. Remaja mulai mengembangkan kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien dan akhirnya mencapai pertumbuhan otak penuh. Masa remaja merupakan masa transisi kritis yang ditandai dengan berbagai perubahan fisik, emosional, dan kognitif. Di antara perubahan-perubahan tersebut, kematangan intelektual sangat penting karena secara langsung mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang, kemampuan mengambil keputusan, dan perkembangan secara keseluruhan.

            Seorang remaja, didorong oleh perilaku yang disesuaikan secara biologis, termotivasi untuk memahami dunia. Menurut Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitifnya, dimana informasi yang diperoleh tidak mudah diasimilasikan ke dalam skema kognitifnya. Remaja memiliki kemampuan untuk membedakan signifikansi relatif dari berbagai konsep atau gagasan, kemudian mengembangkan gagasan tersebut. Remaja tidak hanya mengatur pengalaman dan observasinya, namun mereka juga mempunyai kapasitas untuk mengubah proses kognitifnya, sehingga memunculkan ide-ide baru.

Perkembangan sosioemosi pada remaja : 

  • Terjadinya perubahan emosi dapat berupa berbagai kondisi.
  • Misalnya, dimana kondisi individu mungkin menjadi sangat sensitif, menunjukkan kecenderungan seperti mudah menitikkan air mata, merasa cemas, dan mengalami frustrasi. Ataupun sebaliknya, mereka mungkin juga menunjukkan tawa yang tidak terkendali tanpa sebab yang jelas. Fluktuasi emosi seperti ini terutama terjadi pada remaja putri, terutama menjelang siklus menstruasi mereka. Selain itu, individu  cenderung bereaksi cepat dan agresif terhadap gangguan atau rangsangan eksternal, sehingga memicu konflik. Selain itu, mereka memiliki kecenderungan untuk mencari perhatian dan bertindak impulsif tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, Sehingga ada kecenderungan di antara mereka untuk tidak mematuhi instruksi orang tua dan memilih menghabiskan waktu bersama teman-temannya jauh dari rumah.
  • Perkembangan kecerdasan kognitif pada masa remaja menimbulkan berbagai dampak.
  • Pertama, hal ini menumbuhkan kecenderungan terhadap pemikiran abstrak dan kecenderungan untuk memberikan analisis kritis.
  • Kedua, hal ini menanamkan keinginan untuk mengeksplorasi konsep-konsep dan ide-ide baru, yang akibatnya mengarah pada dorongan untuk bereksperimen dengannya. Namun, meskipun terjadi transformasi tersebut, proses pematangan psikologis terjadi relatif lebih lambat jika dibandingkan dengan perubahan fisik yang terjadi.

https://www.genpi.co/gaya-hidup/228045/3-hal-bisa-membantu-orang-tua-tetap-sabar-dalam-mendidik-anak-remaja
https://www.genpi.co/gaya-hidup/228045/3-hal-bisa-membantu-orang-tua-tetap-sabar-dalam-mendidik-anak-remaja

Banyak orang tua merasa bingung dan terprovokasi oleh tuntutan remaja akan otonomi dan tanggung jawab. Orang tua menyaksikan anak remajanya lepas dari kendalinya, sehingga mendorong mereka untuk mempertimbangkan penerapan tindakan yang lebih ketat ketika anak remajanya menyatakan keinginannya untuk mandiri dan akuntabilitas. Kedua belah pihak dapat terlibat dalam keadaan emosi yang intens, dimana salah satu pihak memberikan hukuman, mengintimidasi, dan menggunakan segala cara yang diperlukan untuk mendapatkan kendali.

Meskipun sebagian besar orang tua memperkirakan bahwa remaja akan menghadapi tantangan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan yang menyertai masa remaja, hanya sedikit orang tua yang dapat memahami dan memperkirakan kecenderungan remaja untuk menghabiskan waktu bersama teman sebayanya dan/atau keinginan kuat remaja tersebut untuk menunjukkan bahwa merekalah, dan bukan orang tua mereka, yang merupakan pihak yang bertanggung jawab. arsitek sejati atas pencapaian dan kemunduran mereka sendiri.

Remaja dipengaruhi oleh keluarganya dalam berbagai aspek sosial dan emosional. Tingkat konflik antara orang tua dan remaja dan bagaimana dampaknya terhadap perkembangan remaja merupakan pertimbangan penting. Tingkat kedewasaan remaja dan orang tua dapat mempengaruhi cara mereka berinteraksi satu sama lain. Hubungan teman sebaya pada masa remaja dapat dikategorikan sebagai persahabatan kelompok, klik, atau  individu, dan sebagian besar interaksi terjadi dalam konteks ini.

Lalu, bagaimana pengaruh orang tua dalam perkembangan sosioemosial remaja?

            Kelekatan orang tua dengan anak-anak perlu dijaga hingga remaja, dikarenakan pada fase perkembangan kognitif banyak faktor psikologis yang di mana mereka terus menggali informasi baik di sekolah, lingkungan sekitar dan keluarga yang biasanya terjadi perbedaan dan membuat mereka memiliki kebingungan. Ikatan antara orang tua dan anak harus dijaga hingga masa remaja. Karena pada masa perkembangan kognitif, banyak faktor psikologis yang  terus menerus mengumpulkan informasi  di sekolah, lingkungan, dan keluarga, yang biasanya menimbulkan ketidaksesuaian dan kebingungan. Orang tua perlu menjaga ikatan positif dengan anak selama masa perkembangan dari masa kanak-kanak hingga remaja, karena proses kognitif membawa perubahan yang dapat mempengaruhi pendidikan anak. 

Daftar Refrensi :

Abdullah, A. (2019). Perkembangan sosio-emosional pada masa remaja. VIII, 417--429.

Diananda, A. (2020). Kelekatan Anak Pada Orang Tua Dalam Meningkatkan Perkembangan Kognitif Dan Harga Diri. Journal Istighna, 3(2), 141--157. https://doi.org/10.33853/istighna.v3i2.47

Lubis, S.-. (2021). Perkembangan Kognitif Anak dan Remaja di Tengah Popularitas Aplikasi Tik Tok: Studi Selebgram Tiktokers Remaja Kota Pontianak. Raheema; Vol 8, No 1 (2021)DO - 10.24260/Raheema.V8i1.1725, 111--121. https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/raheema/article/view/1725

Sary, Y. N. E. (2017). Perkembangan kognitif dan emosi psikologi masa remaja awal. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 01(01), 6--12.

Teena, K. A., Srikandi, N. A., Pratama, R., & Suprayogi, N. (2021). Pengaruh kelekatan anak dengan orang tua terhadap perkembangan kognitif anak dan remaja. Prosiding Konferensi Nasional Psikologi Kesehatan, 191--199.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun