Mohon tunggu...
Raniah Oktariza Imani
Raniah Oktariza Imani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Kognitif Perkembangan menurut Jean Piaget: Sebuah Tinjauan

6 Oktober 2023   13:02 Diperbarui: 7 Oktober 2023   23:09 1745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://moderntherapy.online/blog-2/piagets-four-stages

Didalam  teori belajar kognitif, belajar adalah suatu proses yang lebih menekankan pada belajar itu sendiri dibandingkan pada hasil belajar. Aliran kognitif pertama kali muncul sebagai perlawanan terhadap teori pembelajaran behavioristik, yang berpendapat bahwa pembelajaran hanyalah fungsi interaksi stimulus dan respons (S-R). Menurut para pendukung aliran kognitif, pembelajaran mencakup lebih dari sekedar interaksi antara stimulus dan reaksi. Fakta bahwa hal ini memerlukan proses mental yang rumit berarti ada fungsi otak yang berlangsung saat seseorang belajar. 

Menurut teori kognitif, setiap keadaan dan informasi yang ditemui selama proses pembelajaran harus dikaitkan dengan konteks pengetahuan yang lebih luas agar lebih relevan. Oleh karena itu, sistem memori atau memori di otak pada saat pembelajaran individu merupakan pengolah informasi yang aktif dan terorganisir, pengetahuan awal individu memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Adapun salah satu tokoh psikologi yaitu Jean Piaget menyatakan pendapatnya tentang teori kognitif. Piaget bukanlah seorang pendidik, sebagaimana terlihat dari sejarah hidupnya, namun ia menawarkan kerangka konseptual yang mungkin dapat digunakan dalam bidang pendidikan. Berikut gagasan Piaget yang dapat diterapkan dalam pendidikan anak (Santrock, 2007).

Tahun 1989 adalah kelahiran Jean Piaget di Neuhatel, Swiss. Ibunya adalah seorang wanita yang bersemangat, terpelajar, dan saleh, sedangkan ayahnya adalah seorang profesor yang berspesialisasi dalam sejarah abad pertengahan. Piaget memiliki minat yang besar terhadap alam sejak kecil dan senang mengamati burung, ikan, dan hewan lain di habitat aslinya. Dia sangat tertarik pada kelas biologi di sekolah karena hal ini. Dia menerbitkan artikel pertamanya tentang burung pipit albino pada usia 10 tahun di majalah ilmu pengetahuan alam. Posisi sebagai kurator moluska di museum ilmu pengetahuan alam di Jenewa diberikan kepada Piaget pada usia 15 tahun sebagai hasil dari esainya yang sangat bagus tentang moluska, yang juga mulai ia pelajari. Dia menolak tawaran itu dan harus mencapai kesuksesan.

Dalam teori kognitif Piaget lebih menekankan struktur kognitif dalam pembahasannya. Dari tahun 1927 hingga 1980, ia melakukan penelitian dan menulis tentang topik perkembangan kognitif. berbeda dari psikolog sebelumnya. Menurutnya, anak-anak tidak hanya kurang dewasa dibandingkan orang dewasa karena pengetahuan mereka lebih sedikit, tetapi mereka juga berbeda secara kualitatif. Penelitiannya juga menunjukkan bahwa kapasitas individu dalam memperhatikan sains sangat dipengaruhi oleh perubahan usia dan tahapan pertumbuhan otak mereka. Piaget mengajukan teori untuk menjelaskan dasar kognitif tentang bagaimana anak-anak membentuk konsep tentang lingkungannya.

Evolusi pikiran di dalam hal pertumbuhan, anak muda menunjukkan cara berpikir anak-anak. Kapasitas seorang anak dalam mengoordinasikan berbagai gaya berpikir dapat dijadikan tolok ukur perkembangan kognitifnya. Dalam proses perkembangan kemampuan kognitif seseorang, setiap kali mereka berinteraksi dengan lingkungan mereka, ada ketidakstabilan yang terjadi. Melalui interaksi ini, anak-anak dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk memecahkannya. Ketika anak berhasil menyelesaikan suatu masalah, mereka menggunakan pengalaman itu sebagai panduan untuk mengatasi masalah-masalah yang serupa di masa depan.

Konsep-konsep dasar dalam proses perkembangan kognitif menurut Piaget melibatkan:

  • Skema: Skema adalah struktur kognitif atau kerangka kerja yang digunakan individu untuk mengorganisasi dan memahami informasi. Ini seperti pola-pola pikiran atau konsep-konsep yang digunakan untuk memproses pengalaman.
  • Adaptasi : Adaptasi adalah proses fundamental di mana individu berinteraksi dengan lingkungannya. Ini melibatkan dua komponen penting, yaitu asimilasi dan akomodasi.
  • Asimilasi : Asimilasi terjadi ketika individu menginterpretasikan pengalaman baru atau informasi dengan menggunakan skema yang sudah ada dalam pikirannya. Mereka mencoba "menyelaraskan" informasi baru ke dalam kerangka kerja yang sudah ada.
  • Akomodasi : Akomodasi terjadi ketika individu harus mengubah atau mengadaptasi skema mereka untuk memahami informasi baru yang tidak dapat dijelaskan oleh skema yang sudah ada. Ini adalah proses penyesuaian.
  • Keseimbangan : Piaget menganggap keseimbangan sebagai tujuan dalam perkembangan kognitif. Ini merujuk pada upaya untuk mencapai keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Keseimbangan adalah ketika individu dapat menggabungkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada tanpa mengganggu keseluruhan pemahaman mereka.
  • Organisasi : Organisasi adalah cara individu mengatur skema-skema mereka sehingga dapat digunakan secara efisien dalam memahami dunia. Ini melibatkan pengelompokan dan pengaturan skema-skema menjadi sistem yang lebih besar dan terstruktur.

Dengan konsep-konsep ini, Piaget menjelaskan bagaimana anak-anak mengembangkan pemahaman mereka tentang dunia melalui proses adaptasi, yaitu asimilasi dan akomodasi, sambil mencari keseimbangan dan mengorganisasikan informasi dalam skema mereka. 

Piaget menyajikan teori tentang perkembangan kognitif anak yang melibatkan serangkaian proses penting, termasuk skema, asimilasi, akomodasi, organisasi, dan ekuilibrasi. Dalam teorinya, perkembangan kognitif terjadi melalui empat tahap yang berurutan:

  • Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) : Pada tahap ini, bayi membangun pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman indrawi dengan gerakan fisik. Salah satu pencapaian penting adalah pemahaman tentang objek permanen, yaitu kesadaran bahwa objek masih ada meskipun tidak terlihat.
  • Tahap Pra-operasional (2-7 tahun) : Pada tahap ini, anak-anak mulai menggunakan fungsi simbolis, seperti bahasa dan tanda-tanda, untuk memahami realitas di sekitar mereka. Meskipun mereka mulai mengembangkan pemikiran simbolis, keterbatasan mereka termasuk egosentrisme (melihat dunia hanya dari sudut pandang mereka sendiri), animisme (memberikan sifat hidup pada objek mati), dan centration (fokus pada satu aspek objek, gagal memperhatikan aspek lainnya). Berpikir mereka pada tahap ini tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak selalu logis.
  • Tahap Operasional Konkret (7-11/12 tahun) : Pada tahap ini, anak-anak sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logis atau operasional, tetapi hanya untuk objek-objek fisik yang konkret dan nyata. Mereka telah melampaui animisme dan artificialisme. Berpikir mereka lebih sistematis dan logis dalam hal objek-objek fisik yang ada dalam lingkungan mereka saat itu.
  • Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas) : Pada tahap ini, anak-anak telah mencapai tingkat perkembangan yang lebih tinggi dalam berpikir. Mereka mampu menggunakan operasi-operasi konkritnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks. Ciri utama perkembangan ini melibatkan kemampuan berhipotesis, berpikir abstrak, berpikir deduktif dan induktif, serta berpikir logis dan probabilistik. Mereka dapat melakukan pemikiran tentang konsep yang tidak selalu terkait dengan objek fisik yang konkret.

https://www.guruberto.com/2021/05/4-tahapan-perkembangan-kognitif-menurut.html
https://www.guruberto.com/2021/05/4-tahapan-perkembangan-kognitif-menurut.html

Tingkatan perkembangan intelektual manusia memiliki dampak yang signifikan pada kedewasaan, pengalaman fisik, pemahaman logika, transmisi sosial, dan kemampuan untuk mengatur diri sendiri. Teori Piaget sangat relevan dalam memahami proses perkembangan kognitif anak, karena melalui teori ini, kita dapat mengidentifikasi tahap-tahap perkembangan spesifik dalam kemampuan berpikir anak pada tingkat usia tertentu. Dengan pemahaman ini, kita dapat mengaitkannya dengan pendekatan pembelajaran yang lebih efektif. Dengan memahami teori Piaget, kita dapat menyusun metode pengajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak. Ini berarti kita dapat memilih cara penyampaian materi yang sesuai dengan tingkat pemikiran anak pada usia mereka. Dengan demikian, kita dapat memberikan pendekatan pembelajaran yang lebih relevan dan efektif, membantu anak-anak memahami konsep-konsep yang sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. 

Sumber Refrensi : 

Asih, B. (2005). Belajar & Pembelajaran. Rineka Cipta.

Hanafi, I., & Sumitro, E. A. (n.d.). PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT "JEAN PIAGET" DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN. ALPEN: Jurnal Pendidikan Dasar, Volume 3. file:///C:/Users/User/Downloads/Perkembangan_Kognitif_Menurut_Jean_Piage.pdf

Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Intelektualita, 3(1), 242904.

Muhammad Irham, N. A. W. (2017). PSIKOLOGI PENDIDIKAN (Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran) (Rose Kusumaning Ratri (ed.); Edisi II). Ar-Ruzz Media.

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak (Edisi Kese). Erlangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun