Pandemi Covid-19 telah memberikan pembatasan pada aktivitas para seniman dalam berkreasi. Masa pandemi yang sudah menetas sejak awal tahun 2020 telah membuat ekonomi para seniman mulai menurun karena banyaknya hambatan-hambatan yang berdampak pada profesi mereka.Â
Terlepas dari dampak buruk pandemi Covid-19, seniman mulai berpikir dari sudut pandang yang berbeda dan menghasilkan sesuatu yang baru agar bisa merubah nasib karir mereka.Â
Pemikiran seniman yang kreatif menjadi penggerak tangan mereka, sehingga ruang untuk menjelajahi karya-karya yang baru tidak lagi terbatas dan memberikan mereka kesempatan untuk terus melestarikan warisan budaya. Pandemi dapat dikatakan sebagai suatu kesempatan emas bagi para seniman untuk mengembangkan karya seni mereka.Â
Sehubungan dengan hal tersebut, esai ini akan membahas tentang bagaimana para seniman Indonesia dari berbagai cabang seni berusaha mempertahankan profesi mereka dan beradaptasi dengan kegiatan-kegiatan baru selama masa pandemi Covid-19.
Diberlakukannya beberapa protokol kesehatan seperti menjaga jarak fisik antar manusia, mengurangi perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya, serta menghindari keramaian telah menghambat aktivitas para seniman musik untuk melakukan aktivitas bermusik bersama ansambel seperti orkestra, karena membutuhkan tidak sedikit pemain alat musik maupun vokal dalam satu tempat.
Agar seniman musik mampu bertahan dalam kondisi pandemi yang sedang berlangsung, tentunya diperlukan kreativitas dan pemikiran-pemikiran baru.Â
Salah satu pemikiran baru di bidang seni musik adalah orkestra virtual. Orkestra virtual merupakan bentuk orkestra musik seperti pada umumnya, namun pemain alat musik beserta vokal maupun konduktornya tidak berada dalam satu tempat yang sama.Â
Pada orkestra virtual, para anggotanya berada dalam tempatnya masing-masing. Berkat kemajuan teknologi dalam bidang musik, perekaman, video serta internet yang memadai, maka hal tersebut dapat direalisasikan.Â
Contoh seniman musik yang mengimplementasikan orkestra virtual ialah Orkestra Prodi Musik Institut Kesenian Jakarta (IKJ), yaitu sebuah orkestra yang terdiri dari mahasiswa, alumni dan dosen dari Prodi Musik IKJ.
Selama masa pandemi, Orkestra Prodi Musik IKJ telah mempublikasikan 5 video berupa orkestra virtual pada channel resmi YouTube Prodi Musik IKJ dan Institut Kesenian Jakarta. Tak hanya melalui platform YouTube, Prodi Musik IKJ juga menggunakan media sosial Instagram, Facebook, dan juga Twitter sebagai tempat publikasi mereka.Â
Terdapat banyak hal yang perlu dilakukan dalam pembuatan orkestra virtual yang membutuhkan keahlian khusus. Oleh sebab itu, proses pembuatannya melibatkan banyak orang.Â
Dalam pembuatan orkestra virtual, Orkestra Prodi Musik IKJ melaksanakan 6 tahapan. 6 tahapan meliputi penetapan, pengembangan, pra produksi, produksi, pasca produksi dan distribusi.Â
Walaupun proses pembuatannya cukup rumit, namun Orkestra Prodi Musik IKJ telah berhasil merealisasikan orkestra virtual tersebut. Berkat kreatifitas yang dihasilkan oleh para seniman musik di Indonesia, maka eksistensi dari seni musik tetap dapat terlestarikan dan memiliki gaya yang baru.
Dampak pandemi Covid-19 pada aspek seni pertunjukan telah membuat pemusik, sutradara, pemeran, serta penari menjadi kesulitan dalam mencari pendapatan dari pertunjukan mereka.Â
Bagi para seniman, peraturan yang melarang adanya perkumpulan sangatlah merugikan dan membingungkan. Jika tidak orang-orang tidak diperbolehkan berkumpul, maka pertunjukan tidak dapat berjalan seperti biasanya.Â
Keadaan yang menekan perekonomian para seniman tersebut akhirnya memaksa mereka untuk menghasilkan sebuah strategi baru dengan kreativitas yang tinggi untuk mengatasi masa pandemi ini.Â
Berkat adanya teknologi internet, kini para seniman tetap berkesempatan untuk mempergelarkan pertunjukan mereka secara virtual. Terdapat banyak seniman Indonesia yang telah memanfaatkan platform YouTube dengan bantuan dari pemerintah maupun institusi sosial.Â
Salah satu grup teater Elyandra Widharta, Sedhut Senut telah melakonkan drama Jawa yang dibantu oleh pemerintah Yogyakarta. Sebagian besar pertunjukan yang dibantu oleh pemerintah memiliki tema Covid-19 dengan dua tujuan, yaitu untuk menghibur audiens selama karantina dan juga mengantarkan pesan untuk berjaga diri.
Proses syuting dan livestreaming pertunjukan telah memberikan seniman sebuah kesempatan untuk berkarya dengan cara yang baru, yaitu melalui teknologi digital.Â
Pada awal proses tersebut, Elyandra Widharta menjelaskan bahwa anggota grup Sedhut Senut mengalami beberapa masalah dalam bersandiwara yang membuat mereka harus mengulangi adegan-adegannya jika terdapat kesalahan.Â
Namun pada akhirnya para seniman tersebut berhasil beradaptasi dengan teknologi baru tersebut dan mendapat kemahiran dengan kreativitas yang baru.
Walaupun para seniman telah menemukan cara yang baru, teater virtual memiliki modal yang jauh lebih tinggi dibandingkan pertunjukan secara langsung. Hal ini disebabkan oleh tingginya biaya jaringan internet, penyewaan alat-alat rekaman, serta teknologi internet yang masih terbatas di daerah pedesaan.Â
Dengan adanya komplikasi-komplikasi tersebut, tidak sedikit seniman yang tidak berkesempatan untuk melakonkan pertunjukan mereka secara virtual.Â
Seniman Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan serta hambatan selama masa pandemi Covid-19. Seperti apapun bentuk dari pertunjukannya, para seniman Indonesia telah bersikap bijak dalam menghadapi situasi tersebut dan terus berusaha sebaik mungkin agar dapat mewujudkan pertunjukan mereka di masa depan.
Beragam peraturan yang membatasi aktivitas selama pandemi tak hanya memberikan dampak negatif bagi para seniman, namun juga memberikan dampak positif terutama pada seniman grafis dan seni murni dari Bali.Â
Sejak timbulnya berbagai rintangan yang menghalangi karir seniman, muncul banyak seniman yang mengadakan workshop serta mengiklankannya melalui media sosial.Â
Aneka karya yang dihasilkan memiliki proses kreatif yang mampu dijadikan sebagai kegiatan yang menghibur selama masa pandemi, serta memberi pengalaman baru bagi peminatnya.Â
Salah satu contohnya yaitu Artniluh dan Kapingit Studio yang diciptakan oleh seniman Ni Luh Pangestu dan Lie Ping Ping yang telah bekerja sama dan membentuk "cukilin" dengan mengadakan workshop linocut.
Bagi beberapa orang, seni grafis linocut merupakan hal yang menarik untuk dicoba bila ingin melepas penat dari rutinitas online selama pandemi, karena seni grafis ini dapat dikerjakan secara langsung, manual, terdapat interaksi sosial, namun tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada.Â
Oleh karena itu, seniman yang terhimpun dalam "cukilin" telah sukses menarik hati masyarakat melalui media sosial dengan mencoba memberikan makna baru melalui teknik kuno seni grafis linocut, yang nyatanya merupakan suatu hal yang baru di zaman digital ini.Â
Workshop linocut diadakan terbatas, seperti di beberapa kedai kopi, bar dan restoran serta studio kesenian yang terletak di daerah Ubud dan Canggu yang bekerjasama dengan "cukilin". Namun untuk saat ini, biaya workshop yang relatif tinggi membuat aktivitas ini jarang dijejaki para pelajar atau mahasiswa.
Sehubungan dengan seni rupa, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ditetapkan selama pandemi telah membuat para pengrajin batik harus mencari jalan untuk mempertahankan usahanya agar perekonomiannya tidak terganggu dalam kondisi tersebut. Selain menekan para seniman batik untuk melestarikan seni tradisi, mereka juga harus menjaga ketenangan diri di tengah pandemi Covid-19.Â
Salah satu seniman batik dari Girilayu, Yuliasih telah mengalihkan kegiatan membatiknya menjadi sebuah wadah untuk mengekspresikan dirinya serta sebagai media kontemplasi untuk mengendalikan emosi diri di tengah pandemi.Â
Pemberlakuan PSBB yang membuat workshop Yuliasih sepi pengunjung memberikan ide pada Yuliasih untuk memasarkan batik-batiknya melalui media sosial.Â
Kurangnya interaksi sosial dan berkurangnya keperluan pasar kain batik telah menghasilkan pengembangan kreativitas ekspresi dari kain batik menjadi lukisan batik.Â
Hal inilah yang dilakukan oleh Yuliasih sebagai cara untuk menjaga ketenangannya di tengah pandemi. Adanya pengembangan kreativitas telah memberikan dampak positif bagi para seniman batik agar tidak kehilangan keahliannya yang selama ini terus diasah.Â
Oleh sebab itu, munculnya pandemi Covid-19 tidak menghalangi para pengrajin batik untuk tetap berkreasi dengan menggunakan media dan alat yang sudah dimilikinya.
Pandemi yang telah terjadi sejak bulan Maret 2020 telah mengubah segala aspek kehidupan dalam masyarakat, dan menekan para seniman tari untuk beradaptasi dengan memunculkan ide baru bagi dunia tari, yaitu tari virtual.
Istilah tari virtual dapat dimaknai sebagai eksistensialisme dalam era modernitas dalam masa pandemi yang bertujuan untuk melestarikan seni tari dalam masyarakat.Â
Tari virtual adalah perwujudan para penari dalam memperlihatkan keberadaannya sebagai masyarakat berbudaya melalui pertunjukan tari.Â
Acara tari virtual merupakan sebuah kegiatan baru yang dijadikan sebagai wadah interaksi budaya untuk menjalin komunikasi antar pemerintah, praktisi, maupun komunitas seni dalam melestarikan keberadaan seni tari di masa pandemi Covid-19.Â
Acara tari virtual juga menyampaikan tema yang berkaitan dengan pandemi dan menampilkan koreografi dalam bentuk tradisi dan kontemporer.
Salah satu acara tari virtual yang berhasil direalisasikan adalah Saweran Online. Saweran Online merupakan suatu acara berupa panggung virtual untuk para seniman tari yang dipelopori oleh Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) yang berkolaborasi dengan Kemendikbud.Â
Acara tersebut diterbitkan dalam rangka merayakan Hari Tari Dunia pada tanggal 29 April 2020 dengan membawakan karya-karya dari seniman tari yang dapat dinikmati melalui kanal Indonesia Dance Network dan Budaya Saya Kemendikbud di platform YouTube.Â
Saweran Online telah membuka kesempatan bagi masyarakat agar turut berkontribusi dalam membantu para seniman tari yang kesulitan mencari nafkah semenjak timbulnya pandemi Covid-19.Â
Acara ini juga dijadikan sebagai ajang yang mempertemukan seniman tari dengan para penggemarnya. Saweran Online menyimpan berbagai karya seni tari yang diwujudkan seiring berlakunya protokol kesehatan yang membatasi kontak fisik manusia. Selain menyajikan karya dari para seniman tari, acara ini juga mempersembahkan karya dari para penari di jalur pendidikan yang tekun mengajar teknik menari di berbagai sanggar dan sekolah.Â
Saweran Online terbuka untuk umum serta dapat diakses pada kanal YouTube dan website Indonesia Dance Network tanpa biaya apapun, namun diperbolehkan menyawer secara sukarela.Â
Selanjutnya, sebagian dari hasil saweran akan diberikan sebagai bantuan untuk penanganan Covid-19 dan juga sebagai bantuan produksi para pencipta karya.
Tak bisa dipungkiri bahwa munculnya pandemi Covid-19 telah memberikan berbagai rintangan pada para seniman Indonesia. Namun adanya pemikiran-pemikiran seniman yang kreatif telah memberikan mereka sebuah celah untuk terus berkreasi dengan berbagai cara yang baru.Â
Dengan adanya pengembangan kreativitas, bantuan teknologi, serta berbagai pihak yang memberikan dukungan, para seniman mampu beradaptasi selama masa pandemi dengan tetap melestarikan seni dalam masyarakat melalui platform YouTube dan berbagai media sosial lainnya.Â
Kebijakan yang ditetapkan selama pandemi telah memberikan berbagai hambatan dan gangguan pada perekonomian para seniman Indonesia, namun mereka tetap dapat bersikap bijak serta berusaha mewujudkan karya seni mereka melalui berbagai jalan hingga menjadikannya sebagai media untuk berekspresi dan meluapkan emosi diri.
Daftar Referensi
Amaliana, M., et al. (2021). Creative Process of Contemporary Handwriting Batik as an Expression Media During Pandemic. Visualita Jurnal Online Desain Komunikasi Visual, 9(2), 15. https://doi.org/10.34010/visualita.v9i2.3814
Hatley, B., dan Rowe, E. (2021). The performing arts and the pandemic. Diakses pada 18 Juni 2021 pukul 22.06 WIB, dalam https://www.insideindonesia.org/the-performing-arts-and-the-pandemic
Maharesi, G. B. (2021). Proses Kreatif Orkestra Prodi Musik IKJ di Masa Pandemi Melalui Bentuk Orkestra Virtual. Diakses dari http://repository.ikj.ac.id/id/eprint/218
Saputri, A. H. (2021). Eksistensi Tari Virtual Pada Masa Pandemi Covid-19. Dalam Seminar Nasional Implementasi Merdeka Belajar di Masa Pandemi Covid-19 Peluang dan Tantangan. Diakses dari http://repository.lppm.unila.ac.id/id/eprint/31542
Sari, D. (2021). Kreativitas Seni Grafis Linocut di Masa Pandemi. Jurnal Nawala Visual, 3(1), 1-7. Diakses dari https://jurnal.idbbali.ac.id/index.php/nawalavisual/article/view/165
Suryandari, S. (2020). Saweran Online Gerakan Menghidupkan Tari di Tengah Wabah Covid-19. Diakses pada 19 Juni 2021 pukul 23.39 WIB, dalam https://mediaindonesia.com/hiburan/307528/saweran-online-gerakan-menghidupkan-tari-di-tengah-wabah-covid-19
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H