Mohon tunggu...
Rania Feraihan
Rania Feraihan Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Rania Feraihan_Psikologi_Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mitos Vs Fakta: Kepribadian Ganda Bisa Mengatur Perubahan Identitas?

30 Januari 2021   16:00 Diperbarui: 30 Januari 2021   16:06 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Film merupakan media hiburan favorit bagi semua orang dan bermanfaat sebagai media edukasi untuk masyarakat, termasuk pemahaman mengenai pengetahuan psikologi seperti gangguan mental. Banyak film berkisah tentang individu yang memiliki gangguan mental sebagai tokoh utama. Hal itu memunculkan dampak positif, yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap individu dengan gangguan mental. 

Seperti film Split (2016) yang berkisah tentang seorang pria dengan Dissociative Identity Disorder (DID) yang memiliki 24 kepribadian. Pada film tersebut, setiap kepribadian (alter) memiliki identitas dan ciri khas yang sangat kontras dan berpenampilan fisik berbeda-beda. Seperti alter perempuan memakai baju feminim atau alter anak kecil memakai baju warna mencolok layaknya anak-anak. 

Tokoh utama yang mengalami DID juga ada pada film series The United States of Tara (2009 – 2011) yang menceritakan seorang wanita penderita DID dengan 5 kepribadian. Setiap kepribadian juga memiliki ciri khas penampilan yang kontras pula.

Film-film tersebut sangat populer di kalangan masyarakat umum karena plot yang menarik dan memperoleh informasi mengenai DID. Tetapi, hal itu membuat persepsi yang muncul di masyarakat adalah individu dengan DID dapat mengontrol kepribadian mereka dengan mudah dan memunculkan alter yang diinginkan sesuai situasi yang ada. 

Masyarakat juga berpikir bahwa alter pada individu dengan DID dapat muncul secara terstruktur sehingga memiliki  waktu untuk merubah penampilan sesuai dengan alter yang sedang mengambil alih.

 Dissociative Identity Disorder (DID) merupakan suatu gangguan dimana seseorang memiliki dua atau lebih kepribadian atau kepribadian pengganti. Gangguan ini bisa terbentuk dari rasa traumatik pada masa kecil yang menyakitkan sehingga membentuk alter sebagai defense mechanism mereka. Dalam DSM V, disosiatif sendiri memiliki gejala salah satunya adalah ketidakmampuan untuk mengolah informasi atau mengontrol fungsi mental yang seharusnya secara normal mampu untuk dikontrol. Sehingga, orang dengan gangguan disosiatif terutama DID tidak dapat mengontrol alter yang ingin dimunculkan sesuka sesuai yang ia inginkan. Oleh karena itu, penampilan pada individu DID tidak selalu berubah sesuai dengan pergantian alter karena prosesnya begitu cepat. Biasanya individu dengan DID akan berpenampilan cocok dan dapat diterima pada semua alter. Perubahan yang terjadi pada individu dengan DID yang terlihat kontras adalah persepsi terhadap diri mereka sendiri. Seperti wanita dengan alter laki-laki sehingga sikap lebih jantan, orang dewasa dengan alter anak kecil sehingga bersikap kekanak-kanakan, atau memiliki alter dengan ras yang berbeda sehingga dapat bicara berbagai bahasa.

Proses switching dari kepribadian satu dengan lainnya dapat terjadi secara natural karena ada perubahan struktur pada otak individu dengan DID yang meliputi sistem limbik, serebral korteks, dan bagian hipokampus. Switching alter dapat terjadi jika ada pemicu (trigger) yang membuat alter lain muncul seperti trauma-related memory. Sehingga, saat muncul stimulus berupa trauma atau memori, otak merespon memori yang muncul dan alter yang terkait dengan memori itu mengambil alih individu. Selain memori traumatik, stress dapat menjadi akibat dari perpindahan alter karena stress dapat berupa tekanan yang menyakitkan dan memunculkan rasa tidak nyaman sehingga ia secara otomatis akan berpindah ke alter yang terbiasa untuk mengatasi tekanan tersebut. Emosi positif atau negatif juga dapat berpengaruh terhadap munculnya alter yang dominan terhadap emosi tersebut.

 Walaupun demikian, individu dengan DID bisa mengurangi intensitas switching dengan melakukan sesi terapi agar dapat mengontrol dan lebih waspada terhadap proses perpindahan alter. Selain itu, terapi juga dapat berfungsi untuk mengintegrasikan beberapa kepribadian, menghilangkan kepribadian yang tidak diinginkan, dan menghilangkan trauma masa lalu yang menyakitkan. Salah satu terapi untuk individu dengan DID adala  schema therapy dengan fokus mengintegrasikan perilaku kognitif dengan elemen interpersonal. Jika terapi dapat berjalan dengan baik, individu dengan DID dapat meminimalisir perubahan alter yang tidak terkontrol dengan memanajemen emosi dan stress supaya tidak mudah terpicu untuk switching alter diluar kontrol mereka.

Referensi:

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-V). Washington: American Psychiatric Publishing.

Brand, B. (2017, May 1). Split Is Based on Myths AboutDissociative Identity Disorder. PsycCRITIQUES, 62 (18), 1-3.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun