Mohon tunggu...
Rani Fitria
Rani Fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi universitas pamulang

Siapapun bisa menjadi apapun.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kritik Sastra pada Novel Layla Majnun

20 Desember 2023   21:19 Diperbarui: 20 Desember 2023   21:31 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kritik sastra adalah bentuk analisis dan penilaian terhadap karya sastra, yang mencakup unsur-unsur seperti plot, karakter, tema, gaya penulisan, dan pesan yang disampaikan oleh karya tersebut. Kritikus sastra bertujuan untuk menyelidiki dan mengevaluasi nilai seni dan estetika karya sastra, serta memberikan pemahaman lebih dalam tentang berbagai aspek yang ada di dalamnya.

Novel adalah bentuk narasi prosa panjang yang biasanya mengandung cerita fiksi. Ini adalah salah satu bentuk sastra yang paling umum dan populer. Novel sering kali melibatkan pengembangan karakter, plot yang kompleks, dan tema yang mendalam. Berbeda dengan cerpen yang lebih pendek, novel memberikan ruang yang lebih besar untuk pengembangan cerita dan karakter.

Saya yang bernama Rani Fitria ingin menyampaikan sebuah kritik sastra tentang novel yang berjudul "Layla Majnun". Pengarang Nizami Ganzavi, penerbit Gava Media xviii / 226 halaman, ISBN : 978-602-5568-49-7. 

Judul Novel: "Layla Majnun"

Kisah ini dimulai dengan pengenalan dua tokoh utama, Layla dan Qais (Majnun). Layla adalah seorang wanita cantik dan pintar, sedangkan Qais adalah pemuda yang jatuh cinta secara mendalam kepadanya. Mereka berasal dari dua suku atau keluarga yang berbeda, dan cinta mereka dilarang oleh orang tua mereka.

Meskipun cinta mereka saling terwujud, Layla dan Majnun saling jatuh cinta satu sama lain. Namun, karena berbagai alasan seperti perbedaan suku dan pertentangan keluarga, cinta mereka menjadi terhalang.

Ketika cinta mereka tidak terwujud, Majnun merasakan penderitaan dan kegilaan karena kehilangan Layla. Dia menjadi terkenal sebagai Majnun, yang berarti "gila" dalam bahasa Arab. Meskipun Layla menikah dengan orang lain, cinta Majnun tidak pernah pudar.

Majnun hidup sebagai pengembara, melintasi padang pasir dan daerah terpencil, terus mencari Layla. Dia mengalami berbagai penderitaan fisik dan emosional tetapi tetap setia pada cintanya. Layla, meskipun menikah, juga tetap setia pada cintanya kepada Majnun.

Kisah mencapai puncak tragedi ketika Layla meninggal dunia. Majnun, yang telah hidup dalam kegilaan dan penderitaan, merasakan kehilangan yang tak terlukiskan. Pada akhirnya, Majnun juga meninggal, dan kisah mereka menjadi simbol cinta yang tragis dan keabadian.

Novel "Layla Majnun" mengeksplorasi kisah cinta klasik yang telah melibatkan pembaca selama berabad-abad. Meskipun menghadirkan keindahan dan intensitas emosi, kritik sastra feminis dapat mempertimbangkan beberapa aspek kisah ini yang berkaitan dengan representasi perempuan dan dinamika gender.

1. Stereotip Peran Gender

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun