Hujan adalah jatuhnya butir-butir air ke bumi. Terkadang, hujan dikaitkan dengan rindu dan kenangan, padahal nggak ada nyambung-nyambungnya.
Hujan yang begitu deras di beberapa tempat akan mengakibatkan air menggenang atau disebut juga banjir.
Banjir merupakan bencana alam yang tidak diinginkan. Juga tidak dapat dihindarkan. Sesungguhnya, banjir disebabkan oleh manusia sendiri, seperti penebangan hutan secara liar sehingga hilangnya daerah resapan air.
Terlalu banyaknya bangunan atau gedung-gedung sehingga tanah tak mampu lagi menyerap air. Siapa sih yang ingin banjir? Tentu saja tidak ada.
Kemarin sore (9/12/21) Â terjadi hujan lebat di daerah kami (Lampung Tengah, kec. Bumiratu Nuban), hujan yang berjam-jam mengakibatkan air menggenang, padahal di sini tanah-tanah kosong masih begitu luas, pepohonan pun bisa dikatakan rapat dan rimbun.
Entah mengapa, hujan tak kunjung reda. Lalu, pada akhirnya terjadi banjir di daerah kami. Tidak terlalu tinggi memang, hanya satu jengkal di atas mata kaki orang dewasa. Hal ini harusnya membuat warga cemas. Namun, sebaliknya. Warga malah merasa kegirangan.
Sejak setelah isya, mereka ke luar rumah, padahal cuaca sedang hujan sedang. Begitu ramai di depan rumah. Ada apa ini? Mengapa hujan-hujan malah mereka keluar rumah tanpa memakai alat pelindung seperti jas hujan atau payung.
Di awali rasa penasaran, saya dan adik saya pun keluar untuk menghampiri. Ternyata, mereka sedang asyik mencari ikan di parit-parit. Lho kok ada? Ikan dari mana ini?
Ada yang mendapat beberapa ikan kumis alias lele, bahkan ada juga yang mendapat ikan gabus. Wah, lumayan nih. Karena di luar memang sedang hujan, akhirnya aku tidak dapat berlama-lama alias segera pulang.
Ada apa itu kok rame-rame, tanya ibu. Anu itu...Ayahku yang juga penasaran dengan keributan tersebut, Â ternyata langsung keluar dengan membawa golok. Eits, santuy, bukan buat bacok orang kok, tapi buat membacok ikan.
Tidak begitu lama ayahku pulang membawa satu ekor gabus. Wah, mantap. Hingga pukul 20.49 WIB ayahku berhasil mendapatkan lima ekor ikan.
Tak disangka, warga rt sebelah malah ada yang mendapat hingga dua puluh ekor. Tapi bukan cuma ekornya ya, melainkan bersama kepala dan tubuhnya alias ikan utuh.Â
Ada dua hipotesis di sini, yang pertama ikan dari kolam yang melompat keluar karena banjir, dan yang ke dua, ikan dari sungai yang melompat masuk.Â
Sejak itu, hingga kini, warga mendadak hobi menjaring dan juga memancing.
Memang, hujan membawa berkah, banjir membuat warga bungah alias bahagia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H