Mohon tunggu...
Rani Sabila
Rani Sabila Mohon Tunggu... Lainnya - Penuang rasa

"Live as if you will die tomorrow and learn as if you will live forever" (Mahatma Gandhi)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Memuisikan Kata Hati

22 Oktober 2021   22:45 Diperbarui: 22 Oktober 2021   22:55 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi adalah lantunan syair dari kata-kata yang tersusun rapi berdiksi, bukan hanya mentahan isi hati yang tertuang lalu disebut puisi. 

Yah, sulitnya memuisikan kata hati. Itulah yang selalu ku alami. Rentetan diksi yang tak terlintas, ibarat kata ingin menggapai tapi tak sampai.

Seseorang mengatakan, puisi zaman sekarang bebas, tak terikat rima dan sebagainya, selama penulis menyebutnya puisi maka itulah puisi. Benarkah demikian? Bukankah puisi memiliki ketentuan?

Bagiku, menulis puisi bukanlah hal sembarangan, tak dapat dilakukan secara asal-asalan. Mungkin itu juga menurut sebagian orang. Faktanya, setiap kali aku menulis sekali jadi mengikuti isi hati, tak pernah mendapat label pilihan. 

Seperti yang kulakukan sekarang. Entah ini puisi atau hanya sebuah rentetan isi hati. Lalu, apakah itu diksi?  Bagiku, diksi bukanlah kata-kata asing yang belum pernah terdengar oleh manusia, tapi diksi adalah penempatan kata pada tempatnya. 

Lampung, 22 Oktober 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun