Untuk mendapatkan perhatian atau simpati, mental korban sering membesar-besarkan masalah dan musibah yang dialami. Kamu menjadi sangat waspada terhadap orang lain dan bereaksi terhadap hal-hal kecil secara berlebihan.
Seperti melebih-lebihkan resiko suatu situasi atau seberapa buruk dampaknya. Kamu merasa lebih nyaman menjadi pusat perhatian sebagai korban yang berhak untuk mendapatkan simpati dari orang lain.
5. Pesimisme yang Berlebihan
Pandangan tentang hidup selalu penuh dengan hal-hal negatif. Bahkan dalam situasi baik, kamu cenderung melihat sisi buruknya. Sering kali menganggap kritik sebagai serangan pribadi, bukan sebagai peluang untuk berkembang.Â
Orang dengan mental victim cenderung fokus pada apa yang salah dalam hidupnya, sehingga sulit melihat hal-hal baik yang sudah dimiliki. Ketika ada orang datang mencoba menawarkan solusi, kamu malah memberi berbagai alasan bahwa solusi tersebut tidak akan berhasil yang membuat mereka yang menawarkan bantuan jadi frustrasi dan tidak mengerti apa yang salah
6. Ketergantungan Emosional
Sering mencari pengakuan atau rasa aman dari orang lain karena kamu merasa tidak cukup kuat untuk berdiri sendiri. Kamu mungkin terus-menerus menceritakan masalahmu untuk mendapatkan perhatian atau simpati dari orang lain, tanpa berusaha mencari solusi dari permasalahan dan enggan mengambil resiko.
Bagaimana Mengatasi Mental Korban
Mental korban tidak hanya merusak hubungan dengan orang lain tetapi juga menghentikan perkembangan pribadimu. Pola pikir ini membuat seseorang terjebak dalam lingkaran ketidakbahagiaan, tidak produktif, dan tidak mampu mewujudkan potensi dan versi terbaiknya.Â
Selain itu, orang dengan mental korban seringkali kehilangan kepercayaan dari orang-orang di sekitarnya karena dianggap negatif dan sulit diajak bekerja sama. Oleh karena itu mengubah pola pikir membutuhkan kesadaran, usaha, dan dukungan yang konsisten. Berikut ini beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mengatasi victim mentality dan beralih pada pola pikir yang lebih baik.
1. Sadari dan AkuiÂ