Pernikahan seharusnya menjadi hubungan yang hangat dan penuh cinta, di mana pasangan saling mendukung dan berkomunikasi secara baik. Namun dalam beberapa kasus, pernikahan bisa terasa sepi dan hampa, meskipun kedua pasangan masih tinggal bersama.Â
Situasi ini dikenal sebagai lonely marriage atau pernikahan yang sepi, di mana dua orang hidup berdampingan namun merasa terasing satu sama lain.
Pernikahan, yang sering dianggap sebagai lambang persahabatan dan janji suci untuk saling mencintai, secara paradoks dapat menimbulkan perasaan kesepian yang mendalam bagi sebagian orang. Meskipun menjanjikan cinta dan dukungan, kenyataan mungkin tidak sesuai harapan, membuat pasangan merasa terisolasi dan terputus hubungan.
Penyebab Lonely Marriage
Pernikahan yang terasa lonely atau sepi adalah kondisi di mana salah satu atau kedua pasangan merasa sendirian, meskipun secara fisik bersama. Kamu merasa kesepian, bahkan saat bersama. Rasanya seperti ada perpisahan di antara kalian berdua yang tidak diketahui cara untuk memperbaikinya. Beberapa penyebab dari lonely marriage antara lain:
1. Prioritas yang Berubah
Setelah menikah, bisa saja fokus utama beralih pada pekerjaan, anak, atau tanggung jawab lain, yang membuat pasangan kehilangan waktu berkualitas bersama. Mereka berjuang dengan jadwal yang padat sementara juga harus mengurus anak-anak, bekerja, dan menangani tanggung jawab lainnya.Â
Ketika pasangan suami istri terlalu sibuk bekerja atau sering berada jauh (LDR) baik karena pekerjaan atau kegiatan lain, waktu bersama menjadi terbatas, dan hubungan bisa menjadi renggang. Jika masing-masing pasangan lebih sering menghabiskan waktu untuk kegiatan yang berbeda tanpa berusaha bersama-sama, ini bisa menjadi tanda bahwa ada jarak emosional yang terbentuk.
2. Perbedaan Harapan dan Ekspektasi
Dalam beberapa kasus, perasaan kesepian disebabkan adanya kebutuhan lain yang tidak terpenuhi karena harapan yang tidak realistis. Bila harapan masing-masing terhadap peran pasangan atau kehidupan pernikahan tidak terpenuhi, ini bisa membuat satu atau kedua pihak merasa tidak dimengerti atau kecewa.Â
Misalnya mengharapkan dan mengandalkan pasangan memenuhi semua kebutuhan sosial yang tidak sesuai dengan kemampuan, harus selalu bersikap romantis dan sebagainya.Â